Malam ini aku akan menginap di restauran, sebab aku dan pegawaiku akan melakukan rekapitulasi jurnal akhir bulan. Aku memang menyediakan tempat mes berukuran empat meter persegi, kami biasanya akan tidur di lantai dengan alas busa setebal tiga puluh centi. "Aku, Wiwi dan Anya, Akan lembur memeriksa catatan penjualan dan menghitung omset selama sebulan.
"Maaf ya mbak Sasa" Ucap salah satu pegawaiku Wiwi.
"Kenapa Wi?"
"Aku tadi siang sempat lihat pacar mbak Sasa nyium embak"
Sontak ucapannya membuatku melirik ke wajahnya, begitu juga dengan Anya yang juga sama terkejutnya denganku.
Sementara Wiwi, masih dengan santainya tetap memeriksa catatan keluar masuk dana di restauranku.
Harus ku akui, pegawaiku ini memang hebat melakukan semua pekerjaannya. Buktinya, selama dia membantuku di sini, dia tak pernah mengacaukan semua hal yang berkaitan dengan restauran.
"Bukan pacar Wi?"
"Kalau bukan pacar terus siapa mbak?, kok nyium-nyium?" dia masih sesantai tadi, lain denganku yang sudah kacau dan nggak konsentrasi lagi dalam menghitung total pengeluaran. Sedangkan Anya, masih diam menyimak sembari terus fokus dengan kerjaannya.
Belum sempat aku menjawab, aku di kejutkan dengan dering ponsel. Dan nada itu menandakan ada sebuah pesan masuk. Aku buru-buru meraih ponsel yang letaknya agak jauh dari jangkauanku.
Aksara : "Besok pagi ke restauran jam berapa?" aku jemput pukul delapan kita sarapan sama-sama"
Ragu-ragu aku membalas pesannya, dan akhirnya pesan yang sudah ku tulis aku hapus kembali.
Nggak lama setelah itu, dia malah menelfonku, dan langsung membuat jantungku berdenyut geli.
"Assalamu'alaikum" ucapku ketika mengangkatnya.
"Waalaikumsalam. Kok nggak balas pesanku?"
"Aku juga mau balas tapi nggak sekarang, aku sedang sibuk"
"Sibuk apa?"
"Aku masih di restauran, dan kemungkinan akan menginap, jadi besok nggak usah jemput ke rumah"
"Kamu nginep di restauran?" Tanya mas Aksa, aku yakin saat ini dahinya mengerut tajam. Bahkan aku membayangkan saat ini satu tangannya tengah berkacak pinggang. "Nginep sama siapa?"
"Sama pegawaiku"
"Cewek apa cowok"
Pertanyaan yang menurutku nggak masuk akal. Bisa-bisanya dia bertanya seperti itu, padahal nggak perlu di tanya harusnya dia sudah bisa mengira kalau pegawai yang menginap bersamaku pastilah seorang wanita.
Alih-alih menjawab, aku justru menanyakan hal lain. "Ada apa?" tanyaku berusaha kalem.
"Aku kesitu sekarang"
Usai mengatakan itu, dia langsung menutup telfonnya. Aku sedikit heran kenapa dia bersikap seperti ini padaku, padahal kita masih baru banget saling mengenal, tapi seolah dia sudah mengenalku lama. Aku jadi berfikir jika aku hanya di jadikan pelampiasan olehnya, mengingat waktu itu si Fajar bilang bahwa mas Aksa baru saja putus dengan pacarnya, dan kunjungannya ke Singapura, tidak lain adalah untuk memergoki pacarnya yang tengah berlibur dengan selingkuhannya.
Tiga puluh menit berlalu, saat tengah menutup restauran tepat pada pukul sembilan malam, tiba-tiba ada sebuah mobil yang parkir di pelataran restauran. Mobil yang sudah ku tahu siapa pemiliknya, mobil yang juga pernah ku tabrak beberapa minggu lalu.
Aku yang hendak menutup tirai kaca, reflek mengalihkan pandangan padanya. Di sana, bisa dengan jelas ku lihat mas Aksa berdiri dengan setelan rumahan. Hanya celana cargo selutut, kaos polos berwarna putih, dan sepasang sendal.
Alisku menukik tajam melihatnya berjalan dengan santai ke arahku.
"Kamu lembur?" tanyanya sambil berjalan melewati pintu, lalu menutup pintunya kembali.
"Hmm" jawabku tanpa melihatnya, sebab aku sibuk menutup tirai jendela yang sebagian besar dari restauranku ini bertembok kaca tebal.
Mas Aksa sudah duduk di salah satu kursi pengunjung. Ketika aku akan menutup tirai yang terakhir, aku melihat seseorang memarkirkan mobilnya tepat di samping mobil mas Aksa. Saat pemilik mobil itu keluar, aku di buat tercenung karena pemiliknya adalah seorang artis terkenal, aku kurang tahu siapa namanya, tapi yang jelas dia adalah pemeran utama di film thrailer yang saat ini sangat di gandrungi oleh anak muda termasuk adikku Meira. Kemarin, saat dia tak hadir di acara makan malam keluarga, itu karena dia lebih memilih menonton film yang di bintangi oleh wanita yang saat ini tengah melangkah menghampiriku .
"Boleh saya masuk?" tanyanya membuat kerutan di dahiku semakin jelas. "Saya ada perlu dengan Aksa"
Seketika pandangan ku alihkan pada mas Aksa yang kini posisinya sudah berdiri dengan raut tak kalah terkejut denganku.
"Boleh" jawabku, dan wanita itu langsung melangkah masuk lalu duduk berhadapan dengan mas Aksa.
Aku bingung menatap bagaimana mereka saling beradu pandang. Karena mereka adalah tamu bagiku, aku berniat membuatkan mereka teh. Tapi saat aku melangkah ke belakang, mas Aksa buru-buru memanggilku.
"Khansa" panggilnya yang membuatku langsung menghentikan langkahku dan berbalik. "Duduk sini temani aku" Mas Aksa menatapku seolah menahan amarah, atau kebencian. Entahlah lebih tepatnya aku kurang tahu.
Dengan langkah ragu aku memposisikan diriku duduk di samping mas Aksa. Tangan mas Aksa tiba-tiba meraih tanganku, lalu membawanya ke atas pangkuannya. Aku rasa wanita di hadapan kami menyadari gerakan tangan mas Aksa di bawah meja, karena dia terus menatap lenganku dan lengan mas Aksa yang sempat berpindah tempat.
"Bisa kamu menemaniku jumpa fans besok?" ucap wanita itu tiba-tiba.
"Kenapa aku?" sahut mas Aksa. "Kita sudah nggak ada hubungan apa-apa lagi kan, Sesilia?"
Aku menelan ludahku sendiri. Mataku langsung melirik mas Aksa, sepasang matanya tampak menyorot benci ke arah mbak Sesilia.
Ya, aku ingat sekarang, dia Sesilia Ananta bintang iklan, model, dan bintang film terkenal.
"Apa karena dia" ucap mbak Sesil yang sempat meliriku sekilas. "Apa karena kamu sudah berselingkuh dengannya, jadi kamu nekad memergokiku, untuk menutupi hubungan kalian?"
Aku sempat tertegun mendengar ucapannya yang menuduhku sudah menjadi selingkuhan mas Aksa.
"Jangan asal bicara kamu" sergah mas Aksa cepat. "Aku mengenalnya karena kakek yang menjodohkanku dengannya" lanjut mas Aksa.
Meskipun aku telah di tuduh menjadi perusak hubungan mereka, aku tetap tidak ingin nimbrung dalam obrolan mereka. Justru aku ingin sekali menyingkir dari sini dan bergabung kembali dengan Wiwi dan Anya di lantai atas, namun mas Aksa menahanku dan menyuruhku untuk tetap duduk menemaninya.
"Kamu yang selingkuh, kenapa menuduhku berselingkuh dengannya" kata mas Aksa dengan ketenangan yang luar biasa.
"Kalau kamu nggak selingkuh, mana mungkin kamu secepatnya menjalin hubungan dengan dia, padahal kita baru saja putus"
Aku membenarkan sebagian prasangka mbak Sesil, sebab memang tidak masuk akal dengan sikap mas Aksa yang dengan cepatnya memutuskan ingin segera menikah denganku. Dan hati kecilku berkata aku memang sedang di jadikan pelariannya.
"Sikapmu ini menyakitiku tahu nggak?" lanjut mbak Sesil lalu menghirup napas kasar.
"Kamu tahu sendiri kan kalau selama ini kamu yang berselingkuh. Aku tahu sejak lama, tapi aku diam, sampai aku belum melihatnya sendiri bahwa kamu selingkuh dengan satria, aku masih mempertahankan hubungan kita"
Mbak Sesil mengatupkan bibir rapat, terlihat jelas amarah di wajahnya. Tapi bagiku, dia tetap elegan dengan apapun raut wajahnya. entah sedih, kesal, atau senang, dia tetap terlihat cantik.
"Jangan menyalahkan dia" ucap mas Aksa sembari melirikku. "Seharusnya kamu menyadari kesalahanmu, bukan malah melempar kesalahan padaku, dengan memutar balikan fakta dan menuduh aku yang berselingkuh"
Ku dengar mbak Sesil mendengkus kasar, sepertinya dia tidak terima dengan ucapan mas Aksa.
"Kamu sangat keterlaluan tahu nggak, bahkan dengan bangganya memamerkan kemesraan, dan berciuman sampai melakukan hubungan, maaf" Kata mas Aksa menggantung ucapannya sejenak. "Suami istri."
Aku melihat sorot terluka di mata mas Aksa. Nggak akan baik-baik saja jika membahas tentang perselingkuhan.
"Aku masih menerimamu, meski kamu entah sudah berapa kali tidur dengan Satria"
"Sudah" bisikku lirih sambil mengusap lengannya. Mas Aksa menatapku sendu.
"Dia nggak berhak menyalahkanmu Sa, apalagi menuduhmu sudah merusak hubunganku dengan dia" lanjut mas Aksa.
Entahlah kali ini aku ingin sekali memeluknya, bukan karena apapun, tapi hanya ingin mengurangi rasa sakit karena sudah di khianati oleh orang yang dia cintai.
"Kamu nggak pernah menghargai kesetiaanku, yang kamu lakukan justru menyepelekan" Mas Aksa kembali bersuara ketika sempat hening beberapa saat.
"Aku akan segera menikah dengannya, tolong jangan memperkeruh keadaan, apalagi sampai media heboh tentang aku dan kamu"
Kulihat mbak Sesil berdiri dengan wajah memerah.
"Baiklah aku nggak akan menganggumu" ucapnya.
Sebelum mbak Sesil keluar dari restauranku, dia sempat melirikku dengan tatapan penuh benci.
Aku menghembuskan napas lega, usai kepergiannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
NikiYas
Melempar kesalahan ke orang lain untuk mencari pembenaran diri...
Ga malu tuh Sesilia masih ngejar Aksa...hadeh...plak, tak keplak kamu nanti Sil...
2022-01-16
3
Lyzara
next kak
2022-01-14
0
Chia Rachman
😞😞😞😞😞
2022-01-14
0