Dengan gelegak amarah yang kian memuncak, Khansa berusaha menahan diri untuk tidak melayangkan pukulan pada pria yang saat ini berada di sampingnya. Ia benar-benar tidak menyangka jika dirinya akan berakhir di ranjang seorang pria yang tak di kenal
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Khansa setenang mungkin. Tanpa menatap wajah Aksa, air matanya jatuh membasahi pipi.
Menelan saliva, Aksa berusaha menyusun kalimat untuk memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan Khansa. "Maaf, aku nggak bisa kasih penjelasan apapun karena aku melakukannya tanpa sadar"
Mendengar jawabannya, sontak Khansa menoleh ke samping kiri menatap wajah Aksa yang juga sedang menatapnya.
"Maaf" ulangnya sendu.
Mereka saling beradu pandang, menatap penuh lekat, sama-sama menyelami bola matanya. Pandangan mereka terpotong sama-sama teralih ke arah jendela ketika kembali terdengar suara petir yang memekakan telinga.
"Kamu adalah pria yang aku tabrak bukan?" Tanya Khansa setelah beberapa saat hanyut dalam keheningan. Ia melihat Aksa sekilas, sebelum kemudian menjatuhkan pandangan pada bayangan dirinya di layar televisi yang tak menyala.
Aksa mengangguk pelan.
"Kenapa kamu melakukan ini padaku?"
Merasa heran, Aksa justru bertanya balik "Kenapa kamu menanyakan itu?" tanya Aksa dengan sorot mata serius. "Bukankah aku sudah membelimu seharga 80 juta, jadi sesuai kesepakatan, aku berhak melakukan apapun atas tubuhmu"
Untuk kesekian kalinya Khansa menolehkan wajah mencari netra milik Aksa. Jawabannya benar-benar memantik kekesalannya.
"Kamu membeliku?" tanyanya berusaha mengendalikan diri, dan seperti biasanya, Khansa selalu bisa tenang jika sedang menghadapi masalah. "Jangankan 80 juta, satu milyarpun aku nggak akan pernah menjual keperawananku"
Wajah Aksa memanas mendengar ucapan Khansa. Dalam hati Aksa bertanya-tanya apa maksud dari perkataan gadis yang ia kagumi. Ia segera meraih ponsel yang semalam ia taruh di atas nakas, tangannya menekan tombol power di sisi benda pipih itu.
Butuh hingga satu menit ponselnya menyala sempurna, ada begitu banyak pesan dari Hanan memberitahukan bahwa ia sudah salah membawa gadis padanya. Pesan lainnya mengatakan bahwa Hanan juga mendatangi kamar hotel, namun saat ia memencet bel berkali-bali, bosnya tak kunjung membukakan pintu. Bertahan hingga satu jam, akhirnya Hanan memilih pergi dan meninggalkan pesan.
"Aku akan bertanggung jawab" kata pria itu tiba-tiba.
Tersenyum getir, Khansa merespon ucapan Aksa. "Enteng sekali kamu bilang akan bertanggung jawab"
"Aku nggak tahu karena bawahanku yang sudah membawamu kesini, kupikir kamu adalah gadis yang ku beli"
Tak ada sepatah katapun dari bibir Khansa karena ia tengah sibuk dengan pikirannya.
"Aku akan menikahimu. Aku tidak akan meninggalkanmu, aku janji" ujar Aksa mencoba menenangkannya atau apapun itu, yang jelas ia berusaha untuk menebus kesalahannya dengan cara apapun.
Mereka sama-sama duduk dengan menyenderkan punggung pada kepala ranjang. Sama-sama sedang memikirkan tentang perjodohan dari orang tua mereka.
"Bagaimana aku menolak permintaan kakek" Batin Aksa dengan pandangan kosong.
"Bagaimana dengan perjodohan yang sedang papi rencanakan? Alasan apa yang harus aku katakan untuk menolaknya"
"Kemana bajuku?" tanya Khansa akhirnya setelah terjerat kebisuan selama kurang lebih satu menit.
"Pejamkan matamu" Ujarnya lebih terdengar seperti perintah sebenarnya. "Aku akan mengambilkannya untukmu" lanjut Aksa. Karena dia juga tidak nyaman jika harus berjalan tanpa mengenakan pakaian di depan wanita.
Dengan cepat Khansa melipat kaki lalu mendaratkan kening di lututnya, tubuhnya masih bersembunyi di bawah selimut. Sementara Aksa bergegas turun dari ranjang dan segera mengenakan pakaian, lengkap dengan pakaian dalamnya. Khansa sendiri ingin sekali meluapkan amarah, mencaci makinya, menamparnya, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Selain itu ia tidak punya cukup tenaga karena rasa shocknya sangat menguras tenaganya.
Sekitar tiga menit berlalu, tubuh Aksa sudah di balut kaos dan celana pendek. Dengan cepat ia melangkah memungut pakaian Khansa yang sudah tidak layak pakai karena sobek.
"Maaf Sa, bajumu nggak bisa di pakai, aku merobeknya"
Khansa masih enggan mengangkat wajahnya, Aksa yang menyadari keraguan Khansa langsung memberitahukan bahwa dirinya sudah berpakaian lengkap.
"Buka matamu, aku sudah pakai baju" ucap Aksa.
Begitu Khansa mengangkat kepalanya, netranya menangkap Aksa yang sudah memakai kaos serta celana pendek. Khansa sedikit terpesona dengan panampilannya yang tampak santai namun tetap cool. Dan rasa simpatiknya itu segera ia tepis mengingat dia adalah pria brengsek yang suka membeli gadis untuk memuaskan kebutuhan biologisnya. Kesan Aksa di mata Khansa sudah terlanjur sangat buruk, membuatnya justru membenci pria di hadapannya.
"Lalu apa aku harus pulang tanpa pakaian?" sinis Khansa dengan wajah datar.
"Aku akan keluar mencari baju untukmu, kamu bisa mandi setelah aku pergi, di kamar mandi ada bathrobe fasilitas dari hotel, kamu bisa pakai itu dulu"
Tanpa menjawab, Khansa kembali menempelkan kening di lututnya.
"Kamu jangan khawatirkan apapun, aku pasti akan bertanggung jawab" ucap Aksa sebelum keluar kamar membeli baju untuk Khansa. "Aku keluar sekarang, sekalian cari sarapan".
Di jalan, Aksa terus mengingat kejadian malam tadi. Otaknya seolah memutar ulang dengan gerakan lambat mengingat kejadian demi kejadian. Mulai dari dia memasuki kamarnya dalam kondisi pusing setengah mati, menatap wajahnya dan merobek bajunya, lalu tidak ada lagi yang bisa Aksa ingat setelah itu.
Sekilas ia merasa menyesal sudah pergi meninggalkan gadis itu. Andai saja Aksa tidak keluar untuk mencari udara segar tadi malam, dia tidak harus bertemu dengan temannya dan tidak akan minum minuman beralkohol yang membuatnya hilang kesadaran. Andai dia tetap berada di kamar menyibukan diri, pasti kejadian ini tidak akan pernah terjadi.
Mendengkus pelan, tahu-tahu sudah sampai di toko baju khusus wanita. Dia tidak tahu ukuran baju untuk Khansa membuat dirinya kesulitan mencari ukuran yang pas untuknya.
Setelah hampir tigapuluh menit berputar-putar di dalam toko, ia belum menemukan baju yang cocok dan sesuai. Pandangannya tiba-tiba jatuh pada long dress bermotif bunga forget me not. Dress tanpa lengan dengan warna dasar peach, dress ini cocok untuk di pakai ketika ke pantai. Karena dressnya tak ada lengan dan akan memperlihatkan pundak serta sebagian dada, Aksa mengambil satu Cardingan berwarna orange, Ia juga memilih beberapa pasang pakaian dalam.
Setelah dari toko pakaian, Aksa melangkahkan kaki menuju restauran untuk membeli sarapan cepat saji. Pikirannya kacau, hatinya masih di selimuti rasa bersalah campur menyesal. Tapi apalah daya, nasi sudah menjadi bubur, dan PR dia saat ini adalah berusaha menolak rencana Kakeknya, dan menikahi gadis itu.
Sementara Khansa, sesaat setelah kepergian Aksa, dia berjalan memasuki kamar mandi, dengan langkah terseok pikirannya tak kalah kalut dengan Aksa.
Mematut dirinya di depan cermin kamar mandi, Sepintas bayangan wajah Diana dan Anjar memenuhi pikirannya. Merasa sudah tak suci, Khansa akan berusaha menolak pria yang akan di jodohkan dengannya. Biar bagaimanapun lelaki itu memang harus bertanggung jawab karena sudah merampas kesuciannya. Dari pada harus menjanda setelah malam pertama. Seperti novel yang pernah ia baca, dengan judul talak. Sang pria langsung menalak istrinya begitu selesai berhubungan karena mengetahui sudah tidak lagi perawan.
"Tunggu" gumam Khansa. "Kenapa aku nggak merasakan sakit di bagian sensitiveku?"
"Ah, tapi dia sudah melakukannya padaku, diapun mengakuinya, mungkin saja rasa nyeri itu sudah hilang. Orang bilang nyeri itu hanya sesaat" tepis Khansa.
Tak ingin ribut dengan pikirannya, ia memilih masuk ke dalam bathtub setelah air di dalam sana sudah cukup untuk berendam.
Cuaca di luar masih hujan dan di iringi dengan suara guntur, ia sama sekali tidak peduli dengan Aksa yang masih sedang berada di luar mencari baju untuknya.
Setelah hampir satu jam berendam, ia menyudahi aktivitas mandinya. Sesuai dengan perintah Aksa, Khansa membalut tubuhnya dengan bathrobe, dan melilit rambutnya dengan handuk. Kini badanya sudah lebih segar, amarah, benci, dan penyesalan pun sudah bisa ia kuasai. Merasa usianya sudah bukan lagi ABG, ia akan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa melibatkan keluarga.
Tepat ketika Aksa membuka pintu kamar, Khansa yang baru selesai mandi muncul dari balik kamar mandi. sepasang mata mereka secara otomatis langsung bertemu pandang.
Aksa menatapnya penuh lekat, dengan dada yang bergemuruh hebat, pikirannya benar-benar hanya tertuju pada gadis yang memakai jubah mandi. Meskipun tubuhnya terbalut begitu rapat, tapi bagi Aksa itu adalah pemandangan yang baru pertama kali ia saksikan. Terlihat sangat seksi, membuat Aksa berkali-kali menelan ludahnya sendiri hingga nyaris tersedak.
Sementara Khansa, ia menatap dengan sorot benci. Membuang napas kasar, Khansa berjalan menuju tempat tidur, lalu duduk di tepian ranjang.
Bersambung
Sampai bab ini konfliknya aku bikin ringan. Apa masih mau lanjut?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Vina Suzanna
lanjut yaa kak , semangatttt ... 😍😍😍
2022-02-05
0
NikiYas
Konfliknya jangan berat berat Thor, yang ringan saja..hihi..takut ga kuat baca mesti banting HP ntar
2022-01-16
0
Waty 040484
Baru tau kalau ada dokter yg minum²an keras padahal dokter itu anti loh dgn bge2an karna dokter slalu hidup sehat.🤦♀️
2022-01-12
0