2. Pertemuan pertama

Subuh tadi, ketiga dokter bedah yang terkenal tampan, menaiki pesawat dari Makasar menuju Jakarta. Setibanya di bandara Soekarno-Hatta, mereka berpisah karena akan pulang ke rumah masing-masing.

Suara musik dari amplifier mobil menemani perjalannan Aksa menuju rumah.

Pria itu menghembuskan nafas panjang bersamaan dengan laju mobil yang melambat karena terjebak lampu merah.

"Hufftt" keluhnya lirih, setelah menarik rem tangan usai mobil berhenti. Siku tangan kanannya bertumpu pada jendela pintu di sebelah kanan, sementara telapak tangannya menutupi bagian hidung ke bawah.

Saat tengah menunggu lampu berubah warna, tiba-tiba terdengar suara hantaman sedikit keras dari arah belakang.

Braakk....!

Persekian detik sepasang matanya melirik ke arah spion samping, lalu dengan cepat tangannya bergerak membuka pintu mobil.

Ia memberi kode pada si pengemudi yang telah menabraknya untuk menepikan mobilnya.

Sampai ketika lampu berubah hijau, Aksa kembali menarik tuas gigi lalu melajukan mobilnya ke tepi jalan, di ikuti oleh mobil yang menabrak di belakangnya.

Sesaat setelah mobil terhenti, Ia mematikan mesin dan buru-buru keluar dari mobil. Melangkahkan kaki ke arah belakang, pandangannya jatuh pada bagian mobil yang sedikit tergores dan lampu sign dalam keadaan pecah. Kemudian pandangannya ia alihkan pada sosok wanita yang baru saja keluar dari dalam mobil.

Aksa terpaku menatap betapa cantiknya wanita di hadapannya. Mengenakan dress sedikit di bawah lutut, di rangkap jas warna hitam yang tampak sederhana namun tetap elegan. Raut wajahnya tampak panik sekaligus takut.

"Maaf mas" ucap Khansa tanpa menatapnya, sebab matanya bergantian mememindai goresan pada mobil Aksa dan mobilnya.

Mengabaikan permintaan maafnya, Aksa masih termangu menatap penampilan Khansa dari atas hingga ke bawah. Apalagi saat netranya menangkap bibir tipisnya, membuat Aksa seolah tak bisa menahan diri untuk tidak memakannya. Ah, keterlaluan memang, wanita ini benar-benar mampu menghipnotis dirinya.

"Sekali lagi saya minta maaf" Kata Khansa kedua kalinya, dan langsung membuat Aksa tersadar dari lamunan.

"Kalau mengemudi lihat ke arah depan" Aksa akhirnya bersuara setelah beberapa saat lalu hanyut dalam pikirannya. "Jaga jarak setidaknya dua meter" imbuhnya datar dan tanpa Ekspresi.

"Apalagi jika nyetir sambil melamun, bahayanya nggak cuma buat kamu, tapi buat orang lain juga"

"Iya saya minta maaf, saya salah"

"Lalu bagaimana dengan mobilku?"

Bukannya menjawab pertanyaan Aksa, Khansa justru sibuk membuka tas, tangannya seperti bergerak mencari sesuatu di dalam sana.

"Ini kartu nama saya" ujar Khansa seraya menyodorkan kertas berukuran ID card. "Saya akan bertanggung jawab, mas bisa kirim biaya perbaikan mobil mas ke alamat rumah, atau bisa kirim pesan ke nomor ponsel saya"

"Lain kali hati-hati, jangan bahayakan diri sendiri" katanya setelah menerima kartu nama, lalu berbalik dan memasuki mobilnya.

Saat sudah duduk di kursi bagian kemudi, Aksa menatap kartu nama yang di ketahui pemiliknya bernama Khansa Laura Dhaniswara. Ia kembali melajukan mobilnya menuju jalan pulang. Meninggalkan Khansa yang masih diam mematung saat Aksa meliriknya melalui spion.

Sedangkan Khansa, terus menatap menyorot mobil mewah yang tampak semakin mengecil dari pandangannya.

****

Jam di dashboard sudah hampir menunjuk angka sepuluh ketika mobil yang Aksa kendarai mendekati pagar rumah sang kakek.

Setibanya di rumah, sudah ada kakek Rudito yang menunggu di teras sembari membaca koran. Ada secangkir kopi dan satu piring berisi lumpia menemani kakek pagi ini.

Turun dari mobil, Aksa langsung melangkah ke bagian belakang mobil membuka pintu bagasi, lalu mengeluarkan koper berisi pakaian selama dinas di luar kota. Menutup kembali, ia menarik koper dan melangkahkan kaki menghampiri kakeknya.

Pria berusia sekitar tujuh puluh tahun itu tampak mengulas senyum tipis begitu melihat sang cucu berjalan ke arahnya.

"Assalamu'alaikum kek?" ucapnya lembut.

melipat koran, kakek meletakkannya di atas meja lalu menjawab salam seraya menerima uluran tangan Aksa yang akan mencium punggung tangannya.

"Wa'alaikumsalam. Akhirnya kamu pulang nak"

"Loh, janjiku kan memang mau pulang kek"

"Iya-iya" balas Kakek Rudito, mereka sama-sama melangkah memasuki rumah. "Bagaimana kerjaanmu disana?"

"Lancar kek, Nenek dimana kok sepi?"

"Dia sedang pergi ke rumah bibi Ami"

Aksa tersenyum mengangguk merespon ucapan kakeknya. "Terus gimana perusahaan kek?, aku nggak ada kabar apapun dari Fajar mengenai urusan kantor?"

"Sedikit terbengkalai, tapi kakek melarang Fajar memberitahumu, karena kakek tahu kamu pasti sangat sibuk"

"Maaf kek"

"Maukan kamu berjanji pada kakek?"

Alih-alih merespon permintaan maafnya, kakek Rudito justru mengatakan hal yang membuat Aksa bingung, dan detik itu juga pria dengan alis tebal itu menatap kakeknya penuh lekat.

"Janji buat apa kek?" tanyanya heran, kini mereka sudah duduk di sofa ruang tengah, dengan mata saling memandang.

"Putuskan hubunganmu dengan Sesilia, kakek sama nenek tidak suka dengannya, dia bukan wanita yang baik untukmu. Lagi pula" Sahut kakek menggantung kalimatnya sejenak, kemudian kembali bersuara. "Nenek tidak mau menghadapi situasi sulit karena media. Sesilia itu seorang artis Aksa, melihat perilaku dia, pasti hidupnya berada dalam lingkaran yang kurang baik, dan pasti tak pernah lepas dari gosip para netizen"

"Kakek sama nenek nggak pernah mencoba untuk mengenalnya lebih dekat, itu sebabnya kalian nggak tahu karakter dia yang asli"

"Tapi tetap saja kakek dan nenek tidak mau punya menantu dari kalangan selebrity"

Menarik napas panjang, Aksa merasa dilema dengan permintaan kakek dan nenek. Satu sisi dia masih mencintai Sesilia, tapi berita tentangnya yang sudah menginap bersama seorang pria di hotel, membuatnya ingin mundur dari hubungan yang sudah terjalin lebih dari dua tahun.

Janji Sesilia yang tidak akan menerima kontrak dari menejemen produksi setelah kontraknya habis, nyatanya sampai saat ini justru selalu di perpanjang. Membuatnya kian frustasi, di tambah restu kakek nenek yang masih belum mereka kantongi, semakin sulit untuk Aksa melangkah pada hubungan yang lebih serius.

"Aku ke kamar dulu kek"

"Hmm" sahut Kakek Rudito sambil menganggukan kepala.

Aksa berjalan menuju tangga, sementara mata coklat kakek, tidak lepas menatap punggungnya yang semakin menjauh.

"Sepertinya kakek benar, aku memang harus memutuskan hubunganku dengan Sesilia". Aksa membatin seraya menaiki tangga "Selama ini aku berusaha menutup perilaku buruk Sesilia di depan kakek, tapi sepertinya usahaku sia-sia. Wanita itu benar-benar tidak mau melepas karirnya sebagai public figur. Bukannya berusaha mengambil hati kakek dan nenek untuk meminta restu, dia justru semakin sibuk menaikan popularitasnya" Hingga sampai di depan pintu kamar, tangan Aksa memutar handel pintu lalu menekan tombol saklar untuk menyalakan lampunya.

Menjatuhkan bobot tubuh di atas kasur, kedua tangan Aksa terlentang dengan pandangan fokus menatap langit-langit kamar.

"Aku harus bicara dengan Sesilia" Aksa bergumam lalu melipat tangan untuk bantalan di bawah kepalanya. "jika dia mau memutuskan kontrak kerja saat ini juga, maka aku putuskan akan segera menikahinya, toh usiaku sudah cukup matang untuk menikah"

Sibuk dengan pikiran tentang Sesilia, hingga tak mampu lagi membuka mata yang seolah menuntut untuk segera di pejamkan. Perlahan kesadarannya menghilang seiring dengan jam yang terus berputar tanpa henti.

Aksa tertidur hampir dua jam lamanya, sampai deringan ponsel berbunyi, mau tidak mau pria itu harus membuka mata dan mengangkat panggilan telfon dari orang kepercayaannya.

"Iya Jar, ada apa?"

"Saya dengar dari tuan besar pak Aksa sudah sampai di rumah"

"Iya, sekitar dua jam yang lalu, ada apa?"

"Begini pak, Barusan saya mendapat informasi, bahwa Nona Sesil akan melakukan tour ke Singapura"

"Oh ya?" Sahutnya lengkap dengan dahi yang mengernyit "Kapan tepatnya?"

"Tanggal Lima bulan depan pak"

"Itu artinya satu minggu lagi?"

"Betul pak. Dan maaf hanya itu yang bisa saya informasikan, selebihnya termasuk urusan perusahaan, akan saya sampaikan di kantor"

"Okey, terimakasih Jar"

Bergerak bangkit, Aksa bertahan menatap layar ponsel yang masih menyala terang. Setelah sekian detik, dia meletakannya kembali di atas nakas, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Lyzara

Lyzara

nampaknya aksa jatuh cnta dengan Aksa

2022-01-09

2

Arifa

Arifa

ceritanya bagus thor

2022-01-09

3

lihat semua
Episodes
1 1. Prologue [Aksa & Khansa]
2 2. Pertemuan pertama
3 3. Rencana perjodohan
4 4. Tagihan 50 juta
5 5. Welcome S'pore
6 6. Penggerebegan
7 7. Salah orang
8 8 Melawan Syahwat
9 9. Salah kira
10 10. Terbongkarnya biaya perbaikan mobil
11 11. Come back (Indonesia)
12 Salah paham
13 Shock
14 Pria Yang Jemput di Bandara
15 Ternyata Abangnya.
16 Ajakan Pernikahan
17 Sesilia
18 First kiss
19 The heart of Ocean
20 Pernikahan
21 Obrolan ringan suami istri
22 Bulan madu sesi pertama
23 Sweet Night
24 Pagi hari di paris
25 Awal yang baru
26 Spekulasi Khansa
27 Alasan Gina membenci Sasa
28 baby breath white
29 Kembali berprasangka buruk
30 Berita yang entah apa isinya
31 Masalah beruntun
32 Perselingkuhan Gina dan Khansa
33 Teka teki
34 Di tuduh memfitnah
35 Praduga
36 Hamil
37 Hotel dan tiket pesawat
38 Pengkhianatan Rendy dan Gina
39 Merayu
40 Hari pertama di kantor
41 Kemarahan Sasa
42 Memulai rencana
43 Akhirnya Aksa tahu
44 tes DNA
45 Menghasut ART
46 Hasil DNA
47 Setya Dan Anya
48 Rahasia Rendi
49 Kepanikan Setya
50 Terpaut sembilan tahun
51 Rekaman
52 Ketakutan Gina
53 Melupakan Vita
54 Intimidasi Gina
55 Mengecoh Rendi
56 Dokumen palsu
57 Kemarahan Aksa dan Setya
58 Talak Tiga untuk Gina
59 Bisik-bisik dan cerita masa lalu
60 Slow down baby
61 Hukuman
62 Sah bercerai
63 Kukuh tertembak
64 Bye anak papah (END)
65 Ektra part 1 (Menikah = janji suci)
66 Ekrta part 2 (Perjodohan)
67 Ektra part 3 (Ijab qobul yang mengejutkan)
68 Ektra part 4 (Sah)
69 Ekstra part 5 (Keluarga BARU)
70 Ektra part 6
71 Ektra part 7
72 Ektra part 8
73 Ektra part 9
74 Nadine Paramita
75 Kekesalan Navita Aulia Firdaus
76 Pemberhentin kerja & ancaman
77 Dokter Cantik, pelakor
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1. Prologue [Aksa & Khansa]
2
2. Pertemuan pertama
3
3. Rencana perjodohan
4
4. Tagihan 50 juta
5
5. Welcome S'pore
6
6. Penggerebegan
7
7. Salah orang
8
8 Melawan Syahwat
9
9. Salah kira
10
10. Terbongkarnya biaya perbaikan mobil
11
11. Come back (Indonesia)
12
Salah paham
13
Shock
14
Pria Yang Jemput di Bandara
15
Ternyata Abangnya.
16
Ajakan Pernikahan
17
Sesilia
18
First kiss
19
The heart of Ocean
20
Pernikahan
21
Obrolan ringan suami istri
22
Bulan madu sesi pertama
23
Sweet Night
24
Pagi hari di paris
25
Awal yang baru
26
Spekulasi Khansa
27
Alasan Gina membenci Sasa
28
baby breath white
29
Kembali berprasangka buruk
30
Berita yang entah apa isinya
31
Masalah beruntun
32
Perselingkuhan Gina dan Khansa
33
Teka teki
34
Di tuduh memfitnah
35
Praduga
36
Hamil
37
Hotel dan tiket pesawat
38
Pengkhianatan Rendy dan Gina
39
Merayu
40
Hari pertama di kantor
41
Kemarahan Sasa
42
Memulai rencana
43
Akhirnya Aksa tahu
44
tes DNA
45
Menghasut ART
46
Hasil DNA
47
Setya Dan Anya
48
Rahasia Rendi
49
Kepanikan Setya
50
Terpaut sembilan tahun
51
Rekaman
52
Ketakutan Gina
53
Melupakan Vita
54
Intimidasi Gina
55
Mengecoh Rendi
56
Dokumen palsu
57
Kemarahan Aksa dan Setya
58
Talak Tiga untuk Gina
59
Bisik-bisik dan cerita masa lalu
60
Slow down baby
61
Hukuman
62
Sah bercerai
63
Kukuh tertembak
64
Bye anak papah (END)
65
Ektra part 1 (Menikah = janji suci)
66
Ekrta part 2 (Perjodohan)
67
Ektra part 3 (Ijab qobul yang mengejutkan)
68
Ektra part 4 (Sah)
69
Ekstra part 5 (Keluarga BARU)
70
Ektra part 6
71
Ektra part 7
72
Ektra part 8
73
Ektra part 9
74
Nadine Paramita
75
Kekesalan Navita Aulia Firdaus
76
Pemberhentin kerja & ancaman
77
Dokter Cantik, pelakor

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!