Subuh tadi, ketiga dokter bedah yang terkenal tampan, menaiki pesawat dari Makasar menuju Jakarta. Setibanya di bandara Soekarno-Hatta, mereka berpisah karena akan pulang ke rumah masing-masing.
Suara musik dari amplifier mobil menemani perjalannan Aksa menuju rumah.
Pria itu menghembuskan nafas panjang bersamaan dengan laju mobil yang melambat karena terjebak lampu merah.
"Hufftt" keluhnya lirih, setelah menarik rem tangan usai mobil berhenti. Siku tangan kanannya bertumpu pada jendela pintu di sebelah kanan, sementara telapak tangannya menutupi bagian hidung ke bawah.
Saat tengah menunggu lampu berubah warna, tiba-tiba terdengar suara hantaman sedikit keras dari arah belakang.
Braakk....!
Persekian detik sepasang matanya melirik ke arah spion samping, lalu dengan cepat tangannya bergerak membuka pintu mobil.
Ia memberi kode pada si pengemudi yang telah menabraknya untuk menepikan mobilnya.
Sampai ketika lampu berubah hijau, Aksa kembali menarik tuas gigi lalu melajukan mobilnya ke tepi jalan, di ikuti oleh mobil yang menabrak di belakangnya.
Sesaat setelah mobil terhenti, Ia mematikan mesin dan buru-buru keluar dari mobil. Melangkahkan kaki ke arah belakang, pandangannya jatuh pada bagian mobil yang sedikit tergores dan lampu sign dalam keadaan pecah. Kemudian pandangannya ia alihkan pada sosok wanita yang baru saja keluar dari dalam mobil.
Aksa terpaku menatap betapa cantiknya wanita di hadapannya. Mengenakan dress sedikit di bawah lutut, di rangkap jas warna hitam yang tampak sederhana namun tetap elegan. Raut wajahnya tampak panik sekaligus takut.
"Maaf mas" ucap Khansa tanpa menatapnya, sebab matanya bergantian mememindai goresan pada mobil Aksa dan mobilnya.
Mengabaikan permintaan maafnya, Aksa masih termangu menatap penampilan Khansa dari atas hingga ke bawah. Apalagi saat netranya menangkap bibir tipisnya, membuat Aksa seolah tak bisa menahan diri untuk tidak memakannya. Ah, keterlaluan memang, wanita ini benar-benar mampu menghipnotis dirinya.
"Sekali lagi saya minta maaf" Kata Khansa kedua kalinya, dan langsung membuat Aksa tersadar dari lamunan.
"Kalau mengemudi lihat ke arah depan" Aksa akhirnya bersuara setelah beberapa saat lalu hanyut dalam pikirannya. "Jaga jarak setidaknya dua meter" imbuhnya datar dan tanpa Ekspresi.
"Apalagi jika nyetir sambil melamun, bahayanya nggak cuma buat kamu, tapi buat orang lain juga"
"Iya saya minta maaf, saya salah"
"Lalu bagaimana dengan mobilku?"
Bukannya menjawab pertanyaan Aksa, Khansa justru sibuk membuka tas, tangannya seperti bergerak mencari sesuatu di dalam sana.
"Ini kartu nama saya" ujar Khansa seraya menyodorkan kertas berukuran ID card. "Saya akan bertanggung jawab, mas bisa kirim biaya perbaikan mobil mas ke alamat rumah, atau bisa kirim pesan ke nomor ponsel saya"
"Lain kali hati-hati, jangan bahayakan diri sendiri" katanya setelah menerima kartu nama, lalu berbalik dan memasuki mobilnya.
Saat sudah duduk di kursi bagian kemudi, Aksa menatap kartu nama yang di ketahui pemiliknya bernama Khansa Laura Dhaniswara. Ia kembali melajukan mobilnya menuju jalan pulang. Meninggalkan Khansa yang masih diam mematung saat Aksa meliriknya melalui spion.
Sedangkan Khansa, terus menatap menyorot mobil mewah yang tampak semakin mengecil dari pandangannya.
****
Jam di dashboard sudah hampir menunjuk angka sepuluh ketika mobil yang Aksa kendarai mendekati pagar rumah sang kakek.
Setibanya di rumah, sudah ada kakek Rudito yang menunggu di teras sembari membaca koran. Ada secangkir kopi dan satu piring berisi lumpia menemani kakek pagi ini.
Turun dari mobil, Aksa langsung melangkah ke bagian belakang mobil membuka pintu bagasi, lalu mengeluarkan koper berisi pakaian selama dinas di luar kota. Menutup kembali, ia menarik koper dan melangkahkan kaki menghampiri kakeknya.
Pria berusia sekitar tujuh puluh tahun itu tampak mengulas senyum tipis begitu melihat sang cucu berjalan ke arahnya.
"Assalamu'alaikum kek?" ucapnya lembut.
melipat koran, kakek meletakkannya di atas meja lalu menjawab salam seraya menerima uluran tangan Aksa yang akan mencium punggung tangannya.
"Wa'alaikumsalam. Akhirnya kamu pulang nak"
"Loh, janjiku kan memang mau pulang kek"
"Iya-iya" balas Kakek Rudito, mereka sama-sama melangkah memasuki rumah. "Bagaimana kerjaanmu disana?"
"Lancar kek, Nenek dimana kok sepi?"
"Dia sedang pergi ke rumah bibi Ami"
Aksa tersenyum mengangguk merespon ucapan kakeknya. "Terus gimana perusahaan kek?, aku nggak ada kabar apapun dari Fajar mengenai urusan kantor?"
"Sedikit terbengkalai, tapi kakek melarang Fajar memberitahumu, karena kakek tahu kamu pasti sangat sibuk"
"Maaf kek"
"Maukan kamu berjanji pada kakek?"
Alih-alih merespon permintaan maafnya, kakek Rudito justru mengatakan hal yang membuat Aksa bingung, dan detik itu juga pria dengan alis tebal itu menatap kakeknya penuh lekat.
"Janji buat apa kek?" tanyanya heran, kini mereka sudah duduk di sofa ruang tengah, dengan mata saling memandang.
"Putuskan hubunganmu dengan Sesilia, kakek sama nenek tidak suka dengannya, dia bukan wanita yang baik untukmu. Lagi pula" Sahut kakek menggantung kalimatnya sejenak, kemudian kembali bersuara. "Nenek tidak mau menghadapi situasi sulit karena media. Sesilia itu seorang artis Aksa, melihat perilaku dia, pasti hidupnya berada dalam lingkaran yang kurang baik, dan pasti tak pernah lepas dari gosip para netizen"
"Kakek sama nenek nggak pernah mencoba untuk mengenalnya lebih dekat, itu sebabnya kalian nggak tahu karakter dia yang asli"
"Tapi tetap saja kakek dan nenek tidak mau punya menantu dari kalangan selebrity"
Menarik napas panjang, Aksa merasa dilema dengan permintaan kakek dan nenek. Satu sisi dia masih mencintai Sesilia, tapi berita tentangnya yang sudah menginap bersama seorang pria di hotel, membuatnya ingin mundur dari hubungan yang sudah terjalin lebih dari dua tahun.
Janji Sesilia yang tidak akan menerima kontrak dari menejemen produksi setelah kontraknya habis, nyatanya sampai saat ini justru selalu di perpanjang. Membuatnya kian frustasi, di tambah restu kakek nenek yang masih belum mereka kantongi, semakin sulit untuk Aksa melangkah pada hubungan yang lebih serius.
"Aku ke kamar dulu kek"
"Hmm" sahut Kakek Rudito sambil menganggukan kepala.
Aksa berjalan menuju tangga, sementara mata coklat kakek, tidak lepas menatap punggungnya yang semakin menjauh.
"Sepertinya kakek benar, aku memang harus memutuskan hubunganku dengan Sesilia". Aksa membatin seraya menaiki tangga "Selama ini aku berusaha menutup perilaku buruk Sesilia di depan kakek, tapi sepertinya usahaku sia-sia. Wanita itu benar-benar tidak mau melepas karirnya sebagai public figur. Bukannya berusaha mengambil hati kakek dan nenek untuk meminta restu, dia justru semakin sibuk menaikan popularitasnya" Hingga sampai di depan pintu kamar, tangan Aksa memutar handel pintu lalu menekan tombol saklar untuk menyalakan lampunya.
Menjatuhkan bobot tubuh di atas kasur, kedua tangan Aksa terlentang dengan pandangan fokus menatap langit-langit kamar.
"Aku harus bicara dengan Sesilia" Aksa bergumam lalu melipat tangan untuk bantalan di bawah kepalanya. "jika dia mau memutuskan kontrak kerja saat ini juga, maka aku putuskan akan segera menikahinya, toh usiaku sudah cukup matang untuk menikah"
Sibuk dengan pikiran tentang Sesilia, hingga tak mampu lagi membuka mata yang seolah menuntut untuk segera di pejamkan. Perlahan kesadarannya menghilang seiring dengan jam yang terus berputar tanpa henti.
Aksa tertidur hampir dua jam lamanya, sampai deringan ponsel berbunyi, mau tidak mau pria itu harus membuka mata dan mengangkat panggilan telfon dari orang kepercayaannya.
"Iya Jar, ada apa?"
"Saya dengar dari tuan besar pak Aksa sudah sampai di rumah"
"Iya, sekitar dua jam yang lalu, ada apa?"
"Begini pak, Barusan saya mendapat informasi, bahwa Nona Sesil akan melakukan tour ke Singapura"
"Oh ya?" Sahutnya lengkap dengan dahi yang mengernyit "Kapan tepatnya?"
"Tanggal Lima bulan depan pak"
"Itu artinya satu minggu lagi?"
"Betul pak. Dan maaf hanya itu yang bisa saya informasikan, selebihnya termasuk urusan perusahaan, akan saya sampaikan di kantor"
"Okey, terimakasih Jar"
Bergerak bangkit, Aksa bertahan menatap layar ponsel yang masih menyala terang. Setelah sekian detik, dia meletakannya kembali di atas nakas, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Lyzara
nampaknya aksa jatuh cnta dengan Aksa
2022-01-09
2
Arifa
ceritanya bagus thor
2022-01-09
3