Duduk di tepian ranjang, Khansa membuka slimbagnya mencari ponsel berniat menyibukan diri. Sepasang matanya masih enggan menatap Aksa yang menunjukan sikap tenang dengan kejadian yang mereka alami.
Pria itu menghampiri Khansa untuk menyerahkan pakaian yang telah ia beli. Dengan langkah ragu, ia mengikis jarak seraya berusaha menormalkan detak jantungnya yang kian menjadi.
"Aku nggak tahu ukuran baju kamu, jadi aku beli ini untukmu" Kata Aksa sambil menyerahkan totebag.
Khansa menerima tanpa menatap wajahnya. Ia sibuk menyalakan ponsel yang sepertinya kehabisan daya.
Aksa yang tahu dengan kondisi ponsel Khansa, ia menawarkan charger padanya.
"Di sana ada charger, kamu bisa pakai" Aksa menujuk pada colokan di atas nakas dengan dagunya, meskipun Khansa sama sekali tak merespon. "Atau kesiniin ponselmu, biar aku cas"
Melihat Khansa hanya terdiam, Aksa seolah kehabisan kata-kata, ia menghela napas berat di iringi dengan gelengan kepala, lalu berjalan menuju sofa di dekat tempat tidur. Aksa meletakan totebag lain berisi sarapan di atas meja. Berjalan menuju lemari, mengabaikan Khansa yang masih tak bergeming.
"Aku mau mandi dulu, kalau kamu mau, kamu bisa sarapan tanpa menungguku" perintah Aksa sambil memilih baju ganti. "Setelah makan aku akan mengantarmu pulang. Di luar hujan sangat deras, suara petirpun saling bersahutan, aku nggak akan ngebiarin kamu pulang sendiri" usai mengatakan itu, Aksa langsung melangkahkan kaki menuju kamar mandi.
Sementara Khansa sama sekali tak menanggapi ucapan Aksa, ia sibuk membuka totebag berisi pakaian. Saat mengeluarkan isinya, mata Khansa melebar mendapati sebuah gaun longdress bermotif bunga forget me not tanpa lengan. Gaun yang sebenarnya cocok untuk di kenakan saat di pantai.
"Baju apa ini?" gumam Khansa lirih, ia kembali mencari sesuatu di dalam tas, dan mendapati sebuah cardigan rajut berwarna orange.
"Seleranya rendah sekali" ucapnya memberengut, lalu memalingkan wajahnya menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat.
Ketika netranya kembali fokus pada totebag, ia mendapati sepasang pakaian dalam wanita, persekian detik matanya menghangat. Malu, itulah yang Khansa rasakan.
"Ini hanya pakaian dalam, semalam pria itu bahkan sudah mengacak-acak miliku yang paling berharga"
Menghirup napas dalam-dalam, Khansa berdiri lalu mengedarkan pandangan ke arah nakas.
"Dimana chargernya, tadi dia bilang ada di atas nakas, kenapa enggak ada" Mengatupkan bibir, Khansa berjalan mencari benda untuk mengisi daya baterai di ponselnya.
"Ada di dalam laci, bilangnya di atas nakas. Pria aneh". Menggelengkan kepala, mata Khansa menangkap layar ponsel Aksa yang tengah berkedip. Sebuah panggilan masuk atas nama Fajar.
"Fajar" Batinnya. "Sepertinya nama itu nggak asing" Khansa menautkan kedua alisnya. "Fajar, bukankah dia pemilik bengkel yang memperbaiki mobilnya?" tanyanya dalam hati
Karena rasa penasaran yang begitu tinggi dan menangkap gelagat aneh, dengan ragu Khansa akhirnya mengangkat telfonnya. Sebelum mengangkat, ia sempat melirik ke arah pintu kamar mandi memastikan bahwa pria itu masih betah berada di dalam sana.
"Sepertinya pria itu masih lama" Cicitnya lalu menggeser ikon hijau.
"Halo bos, kenapa lama sekali?" kata Pria dari balik telfon. "Buka email sekarang, perusahaan kekurangan karyawan kami sedang melakukan requitmen, rekomendasi sudah di kirim, pilih salah satu di antara mereka"
"Bos?" batin Khansa lalu menelan salivanya, perhatiannya ia alihkan kembali pada pintu kamar mandi bermotif bunga gardenia.
"Bos, kok diam?" Apa karena pengkhianatan Sesilia?"
"Pengkhianatan apa maksudnya" Bisik Khansa masih dari dalam hati.
"Jangan hilang kewarasan hanya gara-gara memergoki Sesil menginap di hotel bersama pria lain" Fajar terus meracau, sebab bosnya masih diam. Ia mengira sang bos sedang mengalami sakit hati terparah saat ini.
"Halo bos?, apa perlu saya menyusul ke Singapura untuk menjemputmu?"
Khansa yang semakin di buat bingung dengan ucapan pria bernama Fajar, sontak memutus panggilan, kemudian meletakan kembali ponsel Aksa di tempat semula.
Wajahnya memerah menyiratkan kebencian yang kian lebih. Pikirannya singgah ke beberapa hari lalu, ingatannya jatuh pada nama Fajar si pemilik rekening yang menerima transferan uang darinya sebesar lima puluh juta.
"Bos" gumamnya, "Apa dia menipuku?" Menggigit bibir bawahnya, Khansa kembali meraih ponsel Aksa. Ia memeriksa semua pesan yang masuk ke dalam ponselnya, wajahnya memerah ketika membaca pesan percakapan dengan Hanan. Tangannya terus begerak scroll ke bawah, ia mendapati satu pesan dari deretan nomor yang tidak di ketahui nama pengirimnya.
081×× : "Kami dari bengkel Automobil, memberitahukan bahwa tagihan untuk mobil bermerek xxx pemilik atas nama Tn. Aksara Galileo, sebesar tujuh juta sudah termasuk servis"
"Benar, dia menipuku" ucapan lirih Khansa bersamaan dengan decitan pintu kamar mandi yang terbuka.
Pandangan mereka bertemu, dengan kondisi batin yang berbeda, Aksa dengan hati yang penuh tanya, dan Khansa dengan gelegak emosinya.
"Siapa Fajar?" tanya Khansa dengan sorot tajam menyoroti netranya.
Pria yang masih berdiri di ambang pintu, melambatkan gerakan tangannya yang tengah mengeringkan rambut.
"Konspirasi apa yang kalian lakukan?"
Mengernyitkan kening, Aksa di buat membatu dengan pertanyaan Khansa.
"M-maksud kamu?" tanya Aksa tergagap.
"Mengenai biaya perbaikan mobilmu, yakin memakan biaya sebesar lima puluh juta?"
"A-aku_"
Belum selesai, Khansa buru-buru memotong ucapan Aksa. "Ternyata selain hobi jajan demi nafsu, kamu juga penipu"
"Aku bukan pria seperti itu" sergah Aksa membuat Khansa tersenyum miring.
"Lalu apa?, sudah terbukti loh" desisnya dengan tatapan mengejek. "masih mau mengelak?"
Memberanikan diri, Aksa terus melangkah maju, membuat jaraknya kian terkikis. Tepat ketika berdiri di depan Khansa, Aksa merampas ponselnya dengan kasar, membuat Khansa memberingsut takut.
"Aku memang menipumu" ucap Aksa dengan fokus sepenuhnya menatap Khansa. "Tapi aku tidak berniat menggunakan uangmu. Aku bahkan akan mengembalikannya padamu"
"Setelah kobohonganmu terkuak, baru kamu akan mengembalikan uang itu?, lalu jika aku nggak tahu, apa kamu tetap akan mengembalikannya?"
"Tentu" jawab Aksa. Sepasang matanya benar-benar tak teralihkan. "Aku tahu aku salah, hendak melampiaskan rasa sakit hatiku pada wanita yang sudah ku bayar, tapi setelah aku tahu, jika wanita itu kamu, aku mengurungkan niatku"
"Lalu kenapa ujung-ujungnya kamu menyentuhku"
"Sudah ku bilang aku ngga sengaja, itu di luar kesadaranku" Aksa mengatakannya sambil menulis pesan pada Fajar untuk mentransfer balik uang Khansa sebesar lima puluh juta.
Tersenyum sinis, Khansa melipat tangannya di dada. "Alasanmu itu kuno"
"Tapi itulah yang sebenarnya, aku benar-benar tidak berniat menyentuhmu, bahkan aku meninggalkanmu disini sampai ketika aku bertemu dengan temanku, dan kembali ke kamar dalam keadaan mabuk"
Aksa berjalan menuju sofa, lalu mengeluarkan makanan dari dalam totebag.
"Ini pertama kalinya aku menyewa wanita" Ucapnya sambil membuka kotak box fast food. "Terserah kalau kamu nggak percaya, yang jelas karena aku sudah menyentuhmu, aku akan bertanggung jawab dengan menikahimu"
Tak ingin berdebat, Khansa berjalan meraih pakaian di atas kasur, lalu melangkah menuju kamar mandi.
Sekian menit berlalu, penampilan Khansa sudah berubah dengan mengenakan long dress pilihan Aksa. Wajahnya masih menunjukan amarah saat keluar dari kamar mandi. Ia berjalan meraih slimbagnya berniat pergi dari hadapan Aksa, namun harapannya sirna ketika pintu tidak bisa di buka.
"Apa maksudmu mengurungku di sini"
"Aku tidak mengurungmu, aku cuma ingin kamu makan sarapan terlebih dulu"
"Aku nggak lapar"
"Tapi kamu harus makan"
"Jangan memaksa" tolak Khansa.
"Jangan membantah" sahut Aksa cepat "Duduk dan makanlah kalau ingin segera pergi"
Tak ada pilihan lain, Khansa akhirnya menuruti ucapan Aksa. Menarik napas, sebelum kemudian duduk berhadapan dengan di batasi meja.
"Kamu tahu kan di luar hujan badai di iringi dengan suara guntur? Kamu nggak takut sama petir?. Aku saja takut" kata Aksa nadanya seperti meledek.
Bunga Forget Me Not
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Zila Aziz
Semua bermula dari kesalahfahaman
2024-03-02
0
Vina Suzanna
cerita nya bagus ...
semangat trs ya kak , up yg bnyk
.. 😄😄😄
2022-02-05
1
Arifa
lanjut thor
2022-01-11
0