Khansa tengah sibuk membuat pesanan catering untuk jamuan makan siang yang di pesan oleh salah satu sekolah menengah atas dalam rangka festival sekolah tahunan.
Suara musik yang berasal dari ponsel, menemaninya menata hasil masakan ke dalam dus makanan. Khansa sangat menyukai situasi seperti ini karena selain fokus dengan pekerjaannya, dia bisa sedikit rileks karena iringan lagu.
Gadis itu bersiap untuk menutup dus makannan satu-persatu saat semua dus berlogo nama restaurannya, sudah terisi menu masakan khas minang. Menu yang sudah di minta oleh pihak pemesan. Ada sekitar 500 box yang siap untuk di antar. Ia di bantu oleh beberapa chef, dan empat karyawan lain untuk menyelesaikan pesanan agar ready tepat pada waktunya.
Dering ponsel membuat Khansa yang tengah memegang bungkusan plastik berisi sendok dan selembar tisu yang hendak ia taruh di dalam box makannan, reflek menengok ke arah sumber suara. Dan di sana ia melihat layar ponselnya sedang berkedip tanda pesan masuk. Ia berjalan sebentar lalu meraih gawainya, dengan cepat membuka pesan dari nomor yang tidak di ketahui siapa pengirimnya.
Matanya melebar, dengan mulut menganga tak kalah lebar saat membaca pesan yang masuk ke ponselnya.
081xxx : "Nona, tagihan untuk perbaikan mobil yang anda tabrak sebesar lima puluh juta. Silakan transfer ke nomor rekening atas nama Fajar Priyoga dengan nomor rek 571×××××"
Tak membalas pesannya, Khansa berniat langsung menghubungi nomor asing yang ternyata pemiliknya adalah Aksa.
"Halo" Suara pria dari balik telfon.
"Mohon maaf saya mau tanya" ucap Khansa berusaha tenang. "Apa ini nomor mas-mas yang kemarin mobilnya saya tabrak?"
"Betul, sudah baca pesan saya kan?"
"Sudah, tapi apa masnya nggak salah ketik angka nominal, soalnya menurut saya nggak mungkin mengeluarkan biaya sebanyak itu hanya untuk memperbaiki goresan sedikit dan mengganti lampu sign yang rusak"
"Kamu nggak percaya sama saya" ketusnya dengan nada datar "Kamu pikir saya menipumu?"
"B-bukan begitu mas" sanggah Khansa cepat. "tapi kenapa lima puluh juta, coba di cek lagi angka yang tertulis di pesan yang mas kirim ke saya, mungkin saja maksud mas lima juta"
"Benar kok, memang biayanya lima puluh juta"
Menghela napas dalam-dalam, Khansa berusaha keras mengendalikan diri agar emosinya tidak terpancing dengan ucapan entengnya.
"Tapi nggak mungkin sebanyak itu kan mas?"
"Lalu saya harus apa supaya kamu percaya"
"Saya bukannya tidak percaya, cuma heran saja dengan biaya yang besar padahal kerusakan sangat ringan"
"Mobil saya itu termasuk mobil mewah Nona, harga setiap sparepartnya juga sangat mahal" Katanya angkuh. "Baiklah Nona, kalau tidak percaya, akan saya sambungkan pada bengkel yang memperbaiki mobilku"
Alih-alih merespon ucapan Aksa, Khansa justru menanyakan hal yang membuat Aksa berfikir keras.
"Kenapa nggak bengkelnya saja yang langsung menghubungiku?"
"K-karena saya memberikan nomor ponsel saya, bukan nomor ponselmu"
"Kenapa?" bukannya masnya sudah aku kasih kartu nama?"
"Saya lupa dimana meletakan kertas itu"
Hening, mereka saling diam dalam sambungan yang masih tersambung.
"Nona, apa masih di situ?"
"Iya" jawab Khansa malas
"Baiklah akan saya sambungkan kepada pihak bengkelnya"
Hanya menunggu tidak kurang dari setengah menit, terdengar suara laki-laki yang berbeda. Mereka tengah melakukan panggilan conference
"Halo" Sapa pria lainnya.
"Begini mas, saya Aksa, pemilik mobil yang tadi pagi memperbaiki mobilnya di bengkel mas, mas tidak salah menginformasikan biaya perbaikan mobil saya kan?"
"Iya itu benar pak, memang biayanya segitu, karena mobil mas tergolong mobil mewah" Mendengar percakapan antara Aksa dan pemilik bengkel, seketika Khansa mengerutkan kening seolah masih belum percaya.
"Bisa mas sampaikan pada Nona yang sudah menabrakku, dia sedang berada dalam panggilan konference juga"
"Bisa pak bisa"
"Nona" Panggil Aksa.
"Iya saya masih disini"
"Silakan mas bisa bicara sekarang" Perintah Aksa pada pihak bengkelnya.
"Halo mbak?"
"Iya" sahut Khansa
"Total semua biaya kerusakan sebesar lima puluh juta Non"
"Itu benar-benar biayanya segitu ya mas"
"Benar, kalau mbaknya tidak percaya, bisa datang ke bengkel kami untuk memastikan"
"Baik mas akan saya transfer sekarang juga" Usai mengatakan itu, Khansa langsung menutup panggilannya, ia seperti merasakan kesal tapi mau bagaimana lagi, dia sudah berjanji akan menanggung semua biaya kerusakan mobil Aksa yang dia tabrak.
Beberapa saat setelah mentransfer uang sebesar lima puluh juta, satu pesan masuk dari nomor yang barusan ia telfon.
081××× : "Sudah masuk terimakasih"
"Loh kenapa dia tahu kalau uangnya sudah masuk?" gumam Khansa dengan alis menukik tajam. Gadis itu menggelengkan kepala sebelum kemudian menyimpan kembali ponselnya.
Saat hendak kembali sibuk dengan pekerjaan yang ternyata sudah di selesaikan oleh pegawainya, ponsel kembali berdering membuat Khansa mengurungkan niatnya lalu kembali meraih ponsel di dalam sling bagnya.
081××× : "Pemilik bengkel itu menginformasikan paduku dan menyuruhku untuk memberitahumu bahwa uangnya sudah masuk"
Mendengkus pelan, Khansa merapatkan bibirnya lalu sedikit menarik ke kiri. Ia melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjuk ke angka sebelas.
"Semua pesanan sudah selesai kan Wi?" tanya Khansa pada salah satu pegawainya.
"Sudah mbak, sudah di antar ke sekolah, baru saja mas Andar, mas Syam dan mbak Marwa pergi"
Khansa mengangguk lalu tersenyum. "Oh ya mbak Wiwi, berhubung saya malam ini mau terbang ke Singapura, untuk sementara laporan harian kalau ada yang mendesak, bisa hubungi kakakku ya, bisa bang Azam atau bang Emir"
"Baik mba" Sahutnya "Mau berapa hari di Spore mbak Sasanya?"
"Biasa, kurang lebih satu mingguan"
"Kalau begitu hati-hati mbak Sasa"
"Iya, makasih ya, aku permisi pulang dulu Wi"
"Baik mbak"
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
*****
Di tempat lain, Aksa tersenyum bisa mengerjai wanita bernama Khansa, rasanya ia ingin sekali berteman dengan gadis itu.
"Bos, kenapa menipunya?" tanya Fajar. Mereka kini sedang berada di dalam kantor Aksa.
"Kalau dia datang ke bengkelnya gimana?"
"Kamu tenang saja Jar, dia nggak akan datang. Kamu ingat tadi kan, dia nggak merespon saat kamu menawarkan untuk mendatangi bengkelnya?"
"Tapi kalau diam-diam dia datang ke bengkel itu bagaimana?" tanyanya dengan mata menyorot khawatir.
"Kamu tenang saja, dia nggak tahu dimana aku memperbaiki mobilnya. Lagi pula" ucap Aksa sedikit menegakkan posisi duduknya "Aku akan mengembalikan uang itu padanya"
"Kenapa di kembalikan, dengan alasan apa?"
"Aku akan bilang jika kamu yang menipunya"
"Kok saya" protes Fajar tak terima.
"Nggak usah kaget, kamu cukup diam saja, biar ini menjadi urusanku, yang penting jangan kamu pakai uang itu"
"Baik pak bos"
Setelah kepergian sekertarisnya, Aksa tersenyum miring sembari menatap lekat kartu nama yang ada di tangan kirinya. Berkali-kali ia membaca nama cantik yang pemiliknya juga tak kalah cantik.
"Khansa Laura Dhaniswara"
Aksa tidak tahu bahwa wanita itu adalah Sasa. Jodoh yang sudah kakek persiapkan untuknya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
T.N
aksara penuh perhitungan
2022-11-03
0
Chia Rachman
masih nyimak
2022-01-13
0
Lyzara
lanjut akak love love karyanya
2022-01-09
0