Usai sarapan dalam diam, Aksa memperhatikan Khansa yang masih setengah-setengah dalam menyuapkan makannan ke mulutnya. Seperti tak ada selera, membuat Aksa mengangkat satu alisnya. Pria itu menatap Khansa tak berkedip, lalu menyunggingkan senyum. Khansa yang menyadarinya langsung melempar pertanyaan.
"Apa ada yang lucu?" tanya Khansa galak.
Aksa menggeleng, tapi senyum tipis di wajahnya tak kunjung pudar.
Khansa tidak tahu kenapa ingin sekali marah-marah padanya semenjak tahu kalau pria yang menidurinya adalah pria yang juga menipunya dengan uang lima puluh juta. Apalagi ketika melihat sikapnya yang santai, itu seperti memancing emosinya kembali naik. Tapi sayangnya dia terlalu gengsi menunjukan kebrutalannya di hadapan lelaki.
"Terus ngapain senyum-senyum, kamu nggak hilang kewarasan setelah di khianati oleh pacarmu kan?"
Mendengar pertanyaan Khansa, kening Aksa seketika mengerut. "Kok kamu tahu?" tanya Aksa manik hitamnya terus tertuju pada wajah segar milik Khansa.
Khansa membalas tatapannya dengan mata memicing usai mendengar responnya.
"Kamu pikir aku gila begitu?"
"Memangnya ada devinisi apalagi selain itu atas ucapanku barusan?" jawab Khansa kalem.
"Aku senyum-senyum karena kamu lucu, pakai baju dengan motif bunga forget me not" balas Aksa tenang. "Kamu tahu nggak apa arti bunga itu?"
Hening tak ada jawaban dari Khansa, ia sibuk mengunyah makannan lalu menelannya, hingga tersisa suapan terakhir, Aksa kembali bersuara.
"Bunga Forget Me Not melambangkan sebuah kesetiaan kepada pasangan. Maksudnya, yang tersayang pasti tak akan pernah di lupakan. Cinta itu abadi, tahu nggak?"
"Lebih baik katakan itu pada kekasih yang sudah menghianatimu, katakan padanya bahwa dia tak pernah terlupakan olehmu"
"Untuk apa mengatakan pada orang yang sudah berkhianat. Maksudku, kamu jangan pernah melupakanku"
"Kamu lagi enggak merayuku menggunakan bahasa bunga kan?" tanya Khansa menyelidik.
"Aku cuma ngasih tahu, bukan mau ngerayu kamu" timpalnya seperti berusaha menahan senyum dengan sorot geli. Aksa berdiri lalu melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci tangannya.
Selagi Aksa di kamar mandi, Khansa mencebik sebal, ketika Aksa keluar, dia melirik tingkah Khansa yang terlihat begitu kesal, membuat senyumnya semakin terulas lebar.
"Dan kamu tahu arti dari bunga ini?' Aksa menunjuk daun pintu kamar mandi dengan gambar bunga gardenia.
Pertanyaan Aksa, membuat Khansa langsung memusatkan perhatian pada pintu bermotif bunga indah berwarna putih.
"Gardenia melambangkan kemurnian dari sebuah cinta serta kebaikan" Aksa menjelaskannya sembari berjalan ke arah nakas, lalu meraih laptop dan membawanya duduk di sofa "Selama ini bunga gardenia sering digunakan untuk buket bunga pernikahan. Karena berwarna putih jadi kita sebut saja bahwa cinta itu suci dan murni"
Mendengar penjelasan Aksa, Khansa kembali menatap bunga pada pintu itu dengan penuh lekat. "Lalu apa arti dari warna kuning pada pusat bunga itu?" pertanyaan Khansa memantik bibir Aksa kembali menyunggingkan senyum.
"Jika ada semburat kuning di tengah-tengah bunga itu, artinya cinta rahasia" jawab Aksa tanpa menatap Khansa, sebab dia sedang sibuk membalas email dari sekertarisnya.
Untuk beberapa saat mereka saling diam, hanya ada suara gemerisik keypad di laptop Aksa. Ketika ponsel Khansa berdering, kompak Aksa dan Khansa mengalihkan pandangan ke arah nakas. Dimana benda pipih milik Khansa sedang di isi daya di sana.
Mami calling...
"Assalamu'alaikum"
"Waalaiakumsalam. Kamu dimana?, kenapa dari semalam nomor kamu nggak bisa di hubungi?"
"A-aku di rumah teman mih" Dustanya takut-takut.
"Nggak terjadi apa-apa sama kamu kan?"
"Enggak"
"Jadi pulang besok?"
"Jadi mih"
"Kalau gitu kami tunggu ya"
"Hmm"
Khansa mematikan sambungan telfonnya setelah mengucap salam. Ia melirik ke arah jendela tampak hujan sudah sedikit reda, angin kencang serta guntur pun sudah berhenti.
"Bisa tolong buka pintunya?" tanya Khansa dengan wajah datar tanpa ekspresi. "Aku mau pulang"
Alih-alih menjawab, Aksa justru bertanya balik "Kamu mau pulang kemana?"
"Kerumah lah"
"Maksudku kapan kamu pulang ke Indonesia. Kalau kamu mau, kita bisa barengan pulangnya.
Tak menjawab pertanyaan Aksa, Khansa terus meminta untuk membuka pintu hotel yang terkunci.
"Aku akan mengantarmu"
"Tidak perlu" jawab Khansa.
Hilang kesabaran, Akhirnya Aksa membukakan pintu dan membiarkan Khansa pergi. Baru saja berjalan sekitar lima langkah keluar dari kamarnya, Aksa memanggil namanya.
"Khansa, tunggu" panggilnya sedikit berteriak.
Melihat Khansa menghentikan langkahnya dan membalikkan badan, Aksa buru-buru menghampirinya.
"Ini kartu namaku" Aksa menyodorkan kertas padanya. "Hubungi aku segera, kita tentukan tanggal pernikahan kita"
"Apa?" tanya Khansa kaget.
"Aku akan bertanggung jawab, jika kamu hamil, berati aku ayahnya"
"H-hamil?"
Aksa mengangguk dengan bibir tersungging.
"Benar juga" batin Khansa sembari merebut kertas di tangan Aksa, lalu segera meninggalkannya tanpa sepatah katapun.
Mengulas senyum dengan tangan di masukan ke dalam saku, Aksa menatap punggung Khansa yang semakin menjauh.
"Demi kamu, aku akan menolak perjodohan kakeku"
******
Keesokan harinya, Khansa bersiap untuk pulang ke Jakarta. Tak ada pakaian yang harus ia bawa pulang, karena ini sudah menjadi rutinitas perjalanan Khansa ke Singapura setiap bulannya. Dia sudah menyediakan pakaian di apartemen milik maminya, jadi tidak perlu lagi bolak balik dengan membawa pakaiannya.
Khansa membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarga teman papi yang akan datang bersama pria yang akan di jodohkan dengannya. Ia akan menolak perjodohan itu, dan akan meminta Aksa untuk menikahinya. Tidak ada pilihan lain kecuali menjadi istri pria dengan image buruk seperti Aksa.
Setelah melakukan boardingpas, Khansa berjalan menyusuri lorong pesawat mencari nomor tempat duduk yang tercantum di boardingpas. Saat sampai di seat 11B, sesuai dengan yang tertulis pada tiket, Khansa di buat tak berkutik ketika netranya mendapati Aksa tengah duduk di kursi seat 11A, kursi yang tepat di samping jendela pesawat. Itu artinya Khansa akan duduk di kursi sebelahnya.
"Khansa" Panggil Aksa. Selain Khansa, pria itu juga terkejut bisa di pertemukan kembali dengan wanita yang sudah memepermainkan pikirannya. "Wah kebetulan yang menyenangkan ya, kita bisa bertemu disini"
Menggembungkan mulut, Khansa menarik napas berat, dengan terpaksa ia mendudukan dirinya di samping Aksa. Ia mengabaikan setiap ucapan yang keluar dari mulutnya.
"Kalau dua orang pria dan wanita sering bertemu secara tidak sengaja, itu artinya berjodoh"
Sontak ucapan Aksa membuat Khansa memalingkan wajah ke arahnya. Tatapan mereka bertemu. Dengan jarak sedekat ini, entah kenapa jantung Khansa berpacu sangat kencang. Berkali-kali ia menelan salivanya berusaha menormalkan detak jantung yang berdetak dengan tidak sopan. Ia melihat Aksa dengan tatapan santai sambil mengulas senyum.
"Kangennya masih belum terobati?" kata Aksa meledek
"Dasar lelaki tidak tahu malu" Batin Khansa lalu kembali menatap lurus ke depan.
"Aku enggak keberatan kalau kamu terus menatapku"
Khansa melirik dengan ekor matanya.
"Enggak usah ngelirik-ngelirik gitu, aku nggak akan beranjak dari tempat duduku"
"Bisa diam nggak?" ucap Khansa dengan suara tertahan.
"Loh, memangnya aku lagi sedang teriak-teriak?"
Mengabaikan sanggahan Aksa, Khansa memilih membuka pesan yang masuk setengah jam lalu dari Diana. Aksa yang berada di sampingnya, bisa membaca pesan di ponsel Khansa yang membuat hatinya seketika patah.
Mami : "Hati-hati di jalan sayang, nanti bang Emir yang akan jemput, nggak lupa kan oleh-oleh buat keluarga calon suamimu?"
"Padahal aku belum mengiyakan permintaan papi, tapi mami malah sudah menyebutnya calon suami" Khansa membatin dengan pikiran yang bercabang. Apalagi saat ingatannya tertuju pada kejadian malam bersama pria di sampingnya. Rasanya ingin melarikan diri dari perjodohan orang tuanya, sekaligus dari pira yang yang telah menyentuhnya kemarin malam.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Oviyanti
Nn. nnnnnnp..pnp.
2022-09-26
1
Lyzara
next
2022-01-12
0
Yeni Mistuti
lnjut thor
2022-01-11
0