Begitu keluar dari kamar Sesilia, Aksa berjalan gontai menuju kamarnya, ia bahkan mengabaikan getaran ponsel yang sedari tadi berdering berkali-kali. Sakitnya pengkhianatan yang ia rasa, bagai di terjang badai yang sepersekian detik mampu menghancurkan hatinya.
Sesampainya di kamar, ia duduk bersandar pada headboard dengan kaki terjulur lurus ke depan. Pria itu menatap layar ponsel, dan memilih menu gallery lalu membuka folder berisi foto Sesilia. Tanpa pikir panjang, Ia menghapus semua gambar yang menampilkan wajah cantik mantan kekasihnya.
Berkali-kali Aksa menghirup udara yang justru terasa kian menyesakkan. Sekelebat bayangan wanita itu memenuhi isi kepalanya, apalagi ketika mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, dalam hati ia membenarkan prasangka kakek yang mengatakan bahwa Sesilia hidup dalam lingkungan yang kurang baik.
"Sh*it" umpatnya kesekian kali. "Khansa Laura" tiba-tiba nama itu refleks terucap dari bibir Aksa. Dia buru-buru membuka history panggilan terakhir di ponselnya, menatap deretan nomor cantik yang belakangan ini mengganggu pikirannya.
"Apa aku harus menghubungi gadis ini, lari padanya atas luka yang Sesilia torehkan padaku?" Aksa larut dalam lamunan. "Ahh tidak, gadis ini terlalu manis untuk di jadikan pelampiasan"
Tanpa sadar, dia menekan tombol dial pada nomor Khansa, namun suara opertaror yang memberitahukan bahwa nomornya sedang di luar jangkauan membuatnya kecewa. Sekali lagi ia menghubungi nomor itu, lagi-lagi suara operator yang terdengar begitu nyaring.
"Huufft.." desisnya lalu menyugar rambut dengan satu tangan.
Masih menatap kosong pada layar ponsel, Ibu jarinya bergerak mencari nomor ponsel Hanan, lalu mengetikan sebuah pesan. Pikirannya yang kalut membuatnya gelap mata dan sorot mata serta ekspresinya benar-benar tak mampu menyembunyikan amarah yang tertahan.
"Carikan gadis perawan siapa saja untuk menemaniku malam ini. Bayar berapapun yang dia mau. Ingat! yang masih perawan"
Ting.. Satu pesan balasan dari Hanan.
Hanan
"Serius bos?" (20:40)
^^^"Jangan banyak bertanya, bawa gadis itu sekarang juga"^^^
Hanan
"Siap bos"
Usai mendapat pesan perintah dari sang bos, Hanan dan satu teman lainnya bergerak cepat mencari Agency yang menjual para wanita malam. Dia akan memilih gadis perawan untuk menemani bosnya malam ini.
Setelah melalui proses tawar menawar yang lumayan menyita waktu secara online, dengan harga kesepakatan 80 juta, mereka meminta Hanan untuk menjemput gadis itu di sebuah restauran karena kebetulan gadis yang baru saja terjun ke dalam dunia gelap sedang berada di sana.
Sang mucikari yang biasa di panggil Mommy, memberitahukan bahwa wanita itu berambut panjang, dan mengenakan baju berwarna soft nude.
Hannan segera menuju ke restauran itu. Selama perjalanan, Aksa tak henti-hentinya mengirimkan pesan seolah tidak sabar menunggu suruhannya membawa gadis padanya.
Begitu Hanan sampai, sepasang netranya menangkap wanita dengan ciri-ciri yang sama persis seperti yang di sebutkan oleh pemilik Agen wanita malam, gadis itu langsung berdiri dan melangkah menuju lift.
Hanan dan temannya buru-buru mengejar gadis itu. Saat pintu lift nyaris tertutup, kaki Hanan menahannya, membuat pintu besi terbelah menjadi dua, mereka langsung masuk membuat gadis itu ketakutan.
"Kami sudah membayarmu, sekarang ikut kami" ucap Hanan, bersamaan dengan tangannya yang mencengkram pergelangangan gadis itu.
"A-apa maksud kalian" Sergahnya takut-takut. "lepaskan!"
Hanan berdecih dengan bibir tersenyum miring. "Kamu lupa bahwa mommymu menjualmu"
"Apa?, menjualku?"
"Jangan banyak bicara, sekarang ikut kami, kamu sudah menerima transferan uang dari kami 80 juta, kita sudah sepakat bukan?" tanyanya tak memperdulikan sorot takut dari gadis itu. "Sekarang layani bos kami"
"Apa-apaan kalian, kesepakatan apa yang kalian maksud?"
"Diam dan jangan banyak bicara" bentaknya dengan tatapan tajam.
Karena gadis itu terus berteriak dan berusaha berontak, teriakannya terpenggal setelah tangan Hanan membekap mulutnya dengan menggunakan sapu tangan yang sudah di semprotkan obat bius, masih setengah sadar, gadis itu mulai melemah.
"Kalian mau bawa aku kemana?" tanyanya dengan suara tertahan dan lengah.
"Kami akan membawamu ke bos kami" mereka terus memapah gadis itu hingga sampai di mobilnya, lalu segera melajukan ke hotel tempat Aksa menginap.
Di hotel, Aksa langsung membuka pintu begitu mendengar suara bel berbunyi. Ia mengernyitkan dahi, menatap heran pada dua orang suruhannya secara bergantian.
"Ada apa dengannya?" tanya Aksa dengan raut bingung.
"Dia terus melawan bos, jadi kami sedikit memaksanya"
"Apa yang kalian beri pada gadis ini?" Aksa bertanya setelah melihat Hanan sekilas, lalu beralih pada gadis yang tengah menunduk dengan mulut menggerutu tidak jelas.
"Kami membekap mulutnya dengan obat bius dosis rendah, dia hanya setengah mabuk bos"
"Cepat bawa masuk" Perintah Aksa, ia sama sekali belum tahu seperti apa wajah gadis yang sudah dia beli.
Selagi dua orang menggiring gadis itu ke tempat tidur, Aksa menunggu di ambang pintu dengan pandangan fokus terarah pada ketiga orang yang memasuki kamarnya.
"Apa ada lagi yang bisa kami bantu bos?" tanya Hanan ramah.
"Dia benar-benar masih perawan kan?" bukannya menjawab, Aksa justru bertanya balik, lengkap dengan mata yang memicing.
"Benar bos, gadis ini baru saja menjadi seorang wanita malam, dia terpaksa menjual keperawanannya karena butuh uang untuk operasi adiknya"
"Ya sudah kalian pergilah"
"Baik bos, kalau begitu kami permisi"
Usai menutup pintu, Aksa berjalan perlahan menuju ranjang. Napasnya tertahan, sementara jantungnya berdetak tak terkontrol. Seumur-umur, Aksa baru pertama kali membawa wanita untuk tidur satu ranjang dengannya.
"Ini nggak benar" gumamnya dengan satu tangan berkacak pinggang.
Ketika langkahnya semakin dekat, entah kenapa jantungnya berdebar semakin kuat, perasaan pun mulai gelisah.
Sembari mengatur napas, Aksa terduduk di tepi ranjang. Ragu-ragu, tangannya terulur untuk menyibakkan rambut panjang yang menutupi sebagian wajahnya.
"Kesepakatan apa yang kalian maksud hah?" racau gadis itu dengan mata terpejam dan setengah sadar, membuat Aksa mengurungkan niatnya. "Aku nggak pernah membuat kesepakatan dengan kalian"
"Apa maksud gadis ini?" batin Aksa penasaran.
Ketika tangannya kembali terulur, tiba-tiba dering ponsel berbunyi dan langsung membuat jantung Aksa seperti mau runtuh karena terkejut.
Menarik napas panjang, Aksa meraih gawainya di atas nakas.
Sesilia calling...
"Mau apa lagi dia?" cicit Aksa lirih seraya menggeser ikon berwarna merah, ia segera memblokir nomornya, lalu menonaktifkan ponselnya. Ia tidak ingin lagi ada yang mengganggunya malam ini.
Kini, fokusnya kembali pada gadis yang berbaring di ranjangnya. Dengan jantung yang makin kebat kebit, dan tangan bergetar ia memberanikan diri untuk menyibakkan rambutnya.
Satu detik, dua detik, lalu berganti menjadi tiga detik, betapa terkejutnya pria itu ketika sepasang netranya mendapati wajah gadis yang tak asing baginya.
Sekali lagi ia menatapnya dengan saksama, seolah tak cukup hanya dengan sekali tatap.
Menghirup napas panjang, lalu mengeluarkan sedikit berat, ia masih belum percaya bahwa gadis yang berniat menjual keperawannannya adalah pemilik kartu nama yang ia pegang.
"Khansa?"
Bersambung.
makasih yang sudah dukung.. entar malam lanjut lagi
Regard
Ane
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
tiara officiall
duitnya balik seharusnya ya,Khansa SDH kehilangan 50jtmalah dapat lebihan 30jt.tp sayangnya cuma salah tangkap
2025-01-01
0
Nazwan Faiq
80 juta bos😀
2023-11-19
0
Vina Suzanna
yahhh salah org kan ???
hmm ...
seru kak author , lanjut ...
2022-02-05
0