BAB 16. Rasa Penasaran di Hati Irvan

Tuan Leon sedang gelisah di ruang tengah. Ia sudah tidak sabar lagi menanti kedatangan orang  yang ia perintahkan menjemput Irvan dan ibunya di rumah sakit.

Ia ingin bercerita untuk mendengar langsung suara anak muda itu.

Ia juga ingin melihatnya senyum ataupun tingkah laku apa saja supaya bisa dihubungkan dengan tuan muda Erik, karena walaupun dari segi wajahnya sudah tidak ada bedanya, namun ia masih.

"Harusnya mereka sudah tiba," pikirnya sambil sesekali melirik jam di tangannya, karena saat itu sudah pukul 6 sore. Namun tiba-tiba seorang pengawalnya datang menghampiri dan melaporkan kalau orang yang diperintahkannya telah tiba.

Senangnya bukan main. Tuan Leon segera berlari keluar ke lobi. Ia ingin menyambut kedatangan Irvan di villa itu.

Setelah pintu dibukakan, Irvan dan ibunya pun segera turun dari mobil. Ibu Kor tidak terlihat begitu bingung, karena memang dia sudah mengetahui rencana ini dari penjelasan orang yang menjeput mereka, namun wajahnya saja yang sedikit lain karena melihat kemegahan villa itu.

Ia melihat-lihat disekitarnya dengan penuh kekaguman. Ia tidak pernah menduga kalau bisa masuk ke rumah semegah itu.

Sementara ibunya memandang ke kiri dan kanan, Irvan hanya berdiri mematung melihat semuanya itu. Ia sangat bingung, badannya kaku. Ia tidak mengerti.

Ia bertambah penasaran karena saat ini ia ada di dalam sebuah istana megah yang dijaga ketat oleh pengawal disana-sini. Tadinya ketika masih di rumah sakit, ibunya hanya mengatakan bahwa mereka telah mendapatkan tempat tinggal dan saat ini akan pulang kesana.

Sedang Irvan dalam kebingungan, Tuan Leon terus memperhatikannya. Ia bahagia sekali, benar-benar kini dihadapnnya anak tuan mudanya.

Tuan Leon maju kedepan lalu menyambut Irvan. “Selamat datang, Nak,” katany mengejutkan Irvan.

Irvan tidak tahu harus menjawab apa. Ia bertambah bingung dengan sambutan ini. Ia tersenyum kecut lalu hanya membalas dengan kata “iya.”

“Mari, silahkakan masuk,” ajak Tuan Leon mempersilahkan Irvan dan ibunya, sambil berjalan mendahului mereka.

Ketika tiba di ruang tengah, wajah bingung Irvan semakin jelas. “Siapa orang ini dan mengapa mereka bisa dibawa ke istana ini,” pikirnya. Ia melihat ibunya seakan mau bertanya, namun kesempatannya belum pas

Setelah mereka duduk, Tuan Leon memecahkan kebisuan dan kebingungan mereka dengan bertanya tentang nama Irvan. Bukannya ia belum tahu namanya, tetapi sekedar memulai percakapannya.

“Siapa namamu, Nak?” Tanya Tuan Leon dengan santun.

“Irvan Tuan,” jawabnya

“Irvan … baiklah. Aku tahu kamu telah melewati hari yang sangat sulit. Aku juga tahu saat ini kamu sedang bertanya-tanya mengapa berada disini? Semuanya akan segera menjadi jelas,” kata Tuan Leon membuat wajah Irvan berubah senang.

“Iya Tuan ada apa? Aku kebingungan sejak tadi. Mengapa kami disini?” Ucap Irvan setelah ada keberanian dalam hatinya.

Bukannya menjawab pertanyaan Irvan, Tuan Leon malah memanggil asisten rumah tangganya yang telah ia minta untuk menyiapkan segala sesuatu bagi keperluan Irvan dan Ibunya.

Setelah keduanya datang, Tuan Leon meminta mereka agar mengajak Ibu Kor dan Irvan ke kamar yang telah disiapkan untuk mereka masing-masing agar membersihkan diri.

Bi Sri lalu mengajak Ibu Kor untuk ikut dengannya ke kamar di lantai dua, sedangkan Enti Dewi asisten yang masih muda, cantik dan bersura lembut mengajak Irvan ke lantai tiga.

Sebelum ke kamar mereka, Tuan Leon berpesan bahwa ia menunggu mereka di ruang makan. Setelah makan malam barulah ia akan menceritakan semuanya kepada Irvan.

Beberapa saat kemudian, dengan mengenakan pakaian yang disediakan Enti Dewi untuknya, Irvan berjalan ke tempat Tuan Leon menunggu. Ibunya sudah ada disana.

“Benar-benar ini anaknya Tuan Muda Erik Parker” pikir Tuan Leon dalam hatinya saat melihat Irvan yang berjalan  ke arahnya dengan mengenakan pakaian milik Tuan Muda Erik ketika masih hidup.

Tuan Leon sengaja meminta Enti Dewi menyiapkan pakaian itu, karena dia ingin melihat kembali sosok tuan muda kesayangannya hidup kembali.

Tuan Leon berdiri sambil mantap ketika Irvan mendekatinya. Ia memperhatikan Irvan dengan penuh kebahagiaan, lalu dengan hormat ia mempersilahkan Irvan dan Ibunya duduk lalu mereka makan malam bersama.

Selesai makan malam, ia mengajak mereka ruang depan, ia ingin bercerita disana.

Setelah di ruang depan, Tuan Leon memulai ceritanya. Ia berkata jujur bahwa dialah yang menyuruh pak Fais agar memerintahkan semua anak buahnya untuk terus membuntuti Irvan.

Tuan Leon juga mengatakan bahwa tujuan mereka hanya untuk mengetahui identitas asli Irvan. Karena berdasarkan laporan Pak Fais yang bertemu Irvan saat tabrakan, wajah Irvan sangat mirip dengan mendiang tuan mudanya.

Irvan juga memiliki tanda lahir di belakang daun telinga yang telah dilihat langsung oleh Pak Fais saat ingin memastikan luka waktu tabrakan itu.

Ternyata, keterkejutan Pak Fais siang itu, karena melihat ada tanda lahir yang persis seperti yang mereka cari-cari selama ini.

Setelah mendengar semua penjelasan dari Tuan Leon, sedikitnya pertanyaan Irvan telah terjawab, namun dibalik cerita itu, muncul lagi sejumlah tanya baru dihatinya.

“Wajah ku mirip dengan mendiang tuan muda? Siapa dia,” tanya Irvan penasaran.

Dalam hatinya, ia juga berpikir jangan-jangan tuan muda yang dimaksudkan itu ayahnya. Namun dia kembali menepis perasaan itu, karena belum mau berharap lebih.

“Aku tidak punya hak untuk menjelaskan itu, besok kamu akan bertemu dengan seseorang yang lebih berhak atas cerita itu. Dialah yang akan mengatakan semuanya pada mu,” kata tuan Leon lalu meminta Irvan untuk mencertitakan tentang kisahnya.

Irvan lalu mulai menceritakan tentang dirinya sesuai dengan permintaan Tuan Leon.

“Aku tidak punya orang tua kandung. Ibu ku ini, adalah orang yang menemukan ku 23 tahun yang lalu di sebuah tempat pembungan sampah.” Kata Irvan sambil melihat kepada Ibu Kor.

“Saat ibu menemukanku, aku hanya mengenakan pakaian berwarna putih, yang seluruhnya penuh dengan darah.” Ceritanya singkat mengenai kisah pertama kali ia ditemukan Ibu Kor. Memang hanya itulah yang ia ketahui dari Ibu Kor tentang dirinya.

Lalu Irvan melanjutkan perkatannya bahwa ia ingin sekali mengetahui asal usul dirinya. Mengapa ia mengenakan pakaian putih yang semuanya berdarah dan berada di tempat  pembuangan sampah?

Irvan juga mengatakan bahwa ia ingin mengetahui apakah masih memiliki keluarga? Dan lain-lainnya.

Mendengar semua cerita Irvan, Tuan Leon yang mengetahui persis kejadian berdarah beberapa tahun lalu sangat bersedih hati. Rasanya ingin menangis mengenang kejadian yang menimpa semua keluarga tuannya.

Namun, Tuan Leon menegarkan hatinya, lalu mengatakan bahwa  ia sudah bekerja untuk Tuan Besar Eduard sejak tuan besar masih muda, sehingga semua keluarga dan kisah mengenai keluarga tuan besar sangat diketahuinya.

Kemudian Tuan Leon memerintahkan agar foto Tuan Muda Erik dibawa untuk diperlihatkan kepada Irvan yang saat itu bertambah penasaran dengan kata-kata Tuan Leon barusan.

Ketika Foto-foto diberikan kepada Irvan, matanya langsung melotot, ia kaget bukan main.

Beberapa saat memandang foto itu, Irvan berbalik dengan wajah bingung kepada Tuan Leon seakan-akan meminta penjelasan, lalu kembali lagi menatap foto di ditangannya, hingga akhirnya Irvan pun berbicara.

“Wajah pria di foto ini sangat mirip dengan ku. Siapakah dia?” Tanya Irvan penasaran.

“Maaf Irvan, tugas ku hanyalah memastikan bahwa  semua ciri-ciri fisik mu sama dengan orang yang selama ini dirindukan tuan besar atau bukan.” Kata tuan Leon yang tidak ingin mendahui tuan besar

“Sekarang sudah jelas semua ciri-cirimu. Besok tuan besar akan tiba disini, dialah yang akan menyatakan segala sesuatu kepada mu,” kata Tuan Leon.

“Baiklah, kalau begitu. Aku akan menunggu besok,” jawab Irvan terpaksa.

Lalu Tuan Teon meminta Irvan untuk menceritakan tentang bagaimana hidupnya selama ini,

Irvanpun mulai menceritakan banyak lagi tentang kisahnya sejak masa kecil.

Ia bercerita bahwa pernah sekali, ia dan Bu Kor yang tidak memiliki makanan apa-apa, akhirnya mengais sampah.

Mereka berharap bisa mendapatkan sisa makanan di sana, namun ternyata yang di dapat adalah perlakuan yang sangat tidak manusiawi.

Keduanya disiram dengan limbah dapur yang sangat kotor dan berbau.

Irvan juga menceritakan tentang bagaimana perjuangan dia bersama ibunya melewati berbagai kesusahan hidup di Kampung Mulung sampai kampung itupun sekarang digusur.

Tuan Leon sangat sedih mendengar apa yang dialami Irvan dan Ibunya. Rasa-rasanya ia ingin mengatakan bahwa Irvan adalah seorang pewaris yang kaya raya, namu ia menahannya.

Tuan Leon mengurungkan semua niat yang ada di dalam hatinya, lalu berkata kepada Irvan agar sebaiknya mereka beristirahan. Besok baru dilanjutkan lagi, sebab ia takut kalau terceplos mendahului Tuan besar.

Lalu Tuan Leon berkata “Besok, kamu akan mengetahui semuanya, lalu kita akan merubah segala sesuatu yang selama ini terjadi”

Setelah itu, mereka beristirahat.

Bersambung…

Terpopuler

Comments

Fidel Riwu

Fidel Riwu

mantap

2022-02-12

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
2 BAB 2. Tidak Puas Dicampakan
3 BAB 3. Menjebak Irvan
4 BAB 4. Menunggu Napas Buatan
5 BAB 5. Menukar Bekas Tubuh
6 BAB 6. Kesamaa Nasib
7 BAB 7. Penyesalan Fania
8 BAB 8. Di Keluarkan dari Kampus
9 BAB 9. Terimalah Balasan Ku
10 BAB 10. Irvan di Buntuti
11 BAB 11. Senjata Lada
12 BAB 12. Kampung Mulung di gusur, Irvan dikeroyok warga hingga pinsan
13 BAB 13. Irvan di Rumah Sakit
14 BAB 14. Satu Jam Lagi
15 BAB 15. Identitas Irvan Diketahui
16 BAB 16. Rasa Penasaran di Hati Irvan
17 BAB 17. Bertemu Kakek Parker
18 BAB 18. Handuk Lepas, Fania Kembali Ke Kampus
19 BAB 19. Permohonan Maaf Fania
20 BAB 20. Tuan Leon Berlulut Sambil Memohon Maaf
21 BAB 21. Irvan salah Tingkah
22 BAB 22. Berdua Melepas Rindu
23 BAB 23. Irvan dan Fania Jatuh Cinta, Viki bersama Gengnya Pertemuan
24 BAB 24. Kepolosan Fania diamanfaatkan
25 BAB 25. Informasi Tentang Fania Mulai Diketahui
26 BAB 26. Di Duga Fania Adalah Puteri Mark
27 BAB 27. Takut menyusahkan Irvan
28 BAB 28. Masuk dalam scenario Irvan dan Tuan Leon
29 BAB 29. Fania adalah Puteri Mark
30 BAB 30. Black Diamond
31 BAB 31. Dua Hati Menyatu dalam Satu Ikatan Cinta
32 BAB 32. FANIA MENIKMATI
33 BAB 33. Febin Mark dan Aleks
34 BAB 34. Informasi Baik dan Buruk
35 BAB 35. Fania di Teror dan Nyaris Terbunuh
36 BAB 36. Mencari Dalang
37 BAB 37. Tiara dan Cika menyesal. Ada Serangan di Jalan
38 BAB 38. Fania Lolos dari Pemerkosaan
39 BAB 39. Komitmen dan Janji Fania
40 BAB 40. Karena Kalah Bersaing
41 BAB 41. Irvan dan Fania tidak Mendapat Undangan
42 BAB 42. Hotel Fomea
43 BAB 43. Hotel Fomea 2
44 BAB 44. Ditampar dengan Uang
45 BAB 45. Rika Ingin Kembali Ke Irvan
46 BAB 46. Membebaskan Musuh.
47 BAB 47. Membeli Mobil Murah
48 BAB 48. Utusan Tuan Leon
49 BAB 49. Tindakan Menghancurkan Bastian
50 PENGUMUMAN
51 BAB 50. Petra dan Fania Bersaudara
52 BAB 51. Tiga Nyawa Melayang Dalam Sekejap
53 BAB 52. Heboh Berita Kematian Irvan
54 Bab 53. Pengakuan Aleks
Episodes

Updated 54 Episodes

1
BAB 1. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
2
BAB 2. Tidak Puas Dicampakan
3
BAB 3. Menjebak Irvan
4
BAB 4. Menunggu Napas Buatan
5
BAB 5. Menukar Bekas Tubuh
6
BAB 6. Kesamaa Nasib
7
BAB 7. Penyesalan Fania
8
BAB 8. Di Keluarkan dari Kampus
9
BAB 9. Terimalah Balasan Ku
10
BAB 10. Irvan di Buntuti
11
BAB 11. Senjata Lada
12
BAB 12. Kampung Mulung di gusur, Irvan dikeroyok warga hingga pinsan
13
BAB 13. Irvan di Rumah Sakit
14
BAB 14. Satu Jam Lagi
15
BAB 15. Identitas Irvan Diketahui
16
BAB 16. Rasa Penasaran di Hati Irvan
17
BAB 17. Bertemu Kakek Parker
18
BAB 18. Handuk Lepas, Fania Kembali Ke Kampus
19
BAB 19. Permohonan Maaf Fania
20
BAB 20. Tuan Leon Berlulut Sambil Memohon Maaf
21
BAB 21. Irvan salah Tingkah
22
BAB 22. Berdua Melepas Rindu
23
BAB 23. Irvan dan Fania Jatuh Cinta, Viki bersama Gengnya Pertemuan
24
BAB 24. Kepolosan Fania diamanfaatkan
25
BAB 25. Informasi Tentang Fania Mulai Diketahui
26
BAB 26. Di Duga Fania Adalah Puteri Mark
27
BAB 27. Takut menyusahkan Irvan
28
BAB 28. Masuk dalam scenario Irvan dan Tuan Leon
29
BAB 29. Fania adalah Puteri Mark
30
BAB 30. Black Diamond
31
BAB 31. Dua Hati Menyatu dalam Satu Ikatan Cinta
32
BAB 32. FANIA MENIKMATI
33
BAB 33. Febin Mark dan Aleks
34
BAB 34. Informasi Baik dan Buruk
35
BAB 35. Fania di Teror dan Nyaris Terbunuh
36
BAB 36. Mencari Dalang
37
BAB 37. Tiara dan Cika menyesal. Ada Serangan di Jalan
38
BAB 38. Fania Lolos dari Pemerkosaan
39
BAB 39. Komitmen dan Janji Fania
40
BAB 40. Karena Kalah Bersaing
41
BAB 41. Irvan dan Fania tidak Mendapat Undangan
42
BAB 42. Hotel Fomea
43
BAB 43. Hotel Fomea 2
44
BAB 44. Ditampar dengan Uang
45
BAB 45. Rika Ingin Kembali Ke Irvan
46
BAB 46. Membebaskan Musuh.
47
BAB 47. Membeli Mobil Murah
48
BAB 48. Utusan Tuan Leon
49
BAB 49. Tindakan Menghancurkan Bastian
50
PENGUMUMAN
51
BAB 50. Petra dan Fania Bersaudara
52
BAB 51. Tiga Nyawa Melayang Dalam Sekejap
53
BAB 52. Heboh Berita Kematian Irvan
54
Bab 53. Pengakuan Aleks

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!