BAB 9. Terimalah Balasan Ku

Ketika semua dosen dan Rektor keluar, Viki, Reis, Anjas dan Via yang rupanya sejak tadi menguping rapat tersebut mengambil kesempatan dengan berjalan masuk ke dalam ruangan.

Setelah memastikan tinggalah mereka berenam, Viki mulai berbicara denga suara nyaring sengaja membujuk Fania yang sedang menangis

“Sudahlah, jangan sedih lagi,” bujuknya sambil tersenyum puas. “Lagian  itu juga bukan salah kalian kan!” Kata Viki lagi yang tentu saja membuat Fania dan Irvan kaget.

“Maksud kamu apa?” Tanya Irvan ingin tahu

Kemudian, dengan tertawa puas Viki mempermainkan mereka, lalu ia mengatakan bahwa semua yang terjadi itu karena suratan takdir, jadi ia meminta agar Fania dan Irvan pasrah saja menerimanya.

Irvan diam saja ketika mendengar perkataan Viki. Ia ingin menyimak lebih jauh apa yang akan dikatakan lagi olehnya.

Dalam hati, ia menaruh rasa curiga bahwa foto itu di edit oleh mereka, jika saja ada pengakuan tentang foto itu, maka ia pastikan ketiga orang itu akan dihajarnya hingga babak belur.

Viki terus berulah, namun Irvan tetap diam saja, sampai akhirnya, Fania teringat akan janjinya dengan Viki, lalu ia berkata.

“Kak Viki, mana janji mu, bahwa Rektor tidak akan keluarkan aku,” tagihnya.

“Apa janji ku?” Tanya Viki sambil tertawa, lalu menghina Fania. “Kamu wanita bodoh, jangan cepat-cepat mau diperalat.” Ujarnya sambil menghina Fania lagi.

“Bukankah Kak Viki yang menyuruhku membersihkan kolam?” Kata Fania dengan kesal smabil melihat wajahnya, lalu ia menatap Via yang ada disamping Reis.

“Benar, aku yang menyuruh mu ke kolam. Tapi aku tidak pernah menyuruhmu untuk tenggelam disana kan?" Balas Viki sambil diikuti ledekan teman-temannya dan merekapun tertawa dengan puas.

“Tapi …” belum sempat Fania menyelesaikan kata-katanya, Viki langsung berbicara.

“Cukup. Aku malas mendengar ocehan mu. Baiklah, aku akan menelpon ayahku dan memintanya menghubungi Rektor agar merubah keputusannya.” kata Viki dengan sombong, sok menunjukan kekuasaannya.

Sebenarnya, hal ini juga bagian dari skenario mereka. Tujuannya untuk meningkatkan rasa sakit hati Irvan.

Fania yang mendengar sikap Viki, langsung berlutut dan berterima kasih.

“Bagaimana dengan mu Irvan! Maukah kamu mencium kaki ku?” Kata Viki dengan angkuh.

Irvan melihat ada secercah harapan, iapun menyadari bahwa tidak apa-apa jika ia harus berlutut dan memohon di kaki Viki dan kawan-kawan. Toh hal itu sudah sering dilakukannya.

Mengenai foto, Viki tidak singgung apa-apa, jadi percuma jika dia terus menunggu hal itu.

Demi masa depannya, Irvan rela, jangankan berlutut untuk mencium kaki Viki dan kawan-kawannya, di suruh berlutuh lalu mencium kaki semua mahasiswapun Irvan rela demi kuliahnya.

Kemudian ia berbalik ke hadapan Viki, kemudian berlutut lalu memohon agar Viki mau menolongnya juga.

“Viki, tolonglah aku juga!” Kata Irvan dengan penuh kerendahan hati sambil mencium ujung sepatu Viki, namun Viki yang dasarnya sombong dan membenci orang miskin di kampus itu, dengan santainya ia menjawab.

“Aku tidak ingin melihat ada gembel di kampus ini. Siapa suruh kamu miskin!” Katanya dengan sombong sambil tertawa.

“Maksudnya?” Tanya Irvan meminta penjelasan dan langsung disambar oleh Reis.

“Yah, kemiskinanlah yang membuat kau seperti itu” tegas Reis diikuti tawa riang oleh Via.

“Kau tidak pantas dikasihani!” Ucap Viki pula mengakhiri perkataan mereka.

Irvan sangat kesal karena merasa dipermainkan. Ia juga menyadari bahwa tidak ada lagi harapan untuk berkuliah disana.

Kali ini, ia tidak bisa lagi menahan amarahnya.

Ia bangun agar tidak lagi berlutut di kaki Viki, kemudian dengan marah menatap Viki dan kawan-kawannya lalu mengancam mereka bahwa suatu saat dia akan membalas semua kelakuaan itu.

Bukannya merasa takut, Viki dan kawan-kawannya malah merasa sangat lucu, lalu mereka tertawa terbahak bahak sambil menunjuk-nunjuk ke wajahnya lalu terus mengolok-olok Irvan.

Saking marah dan kecewanya, Irvan yang saat itu berdiri persis dihadapan Viki, langsung menggerakan kakinya, tanda menyerang, lalu dengan gerakan secepat kilat, tangannya diayunkan ke arah Viki.

“Buk” suatu pukulan telak mendarat di perutnya.

Karena spontan terkena pukulan, Viki sedikit membungkuk memegang perutnya dan persis saat itu, tangan kiri Irvan bebas diayunkan ke rahangnya hingga membuatnya tergeser sedikit kebelakang karena kerasnya pukulan itu.

Belum sempat pula ia menegakan tubuhnya, sekali lagi serangan cepat dari Irvan mendarat ditubuhnya. Kali ini Irvan menendangnya dengan keras, persis mengenai dada kanannya membuat dia jatuh tersungkur di kolong meja.

“Aduh tolong!” Teriak Viki tidak berdaya.

Irvan ingin menghajarnya lagi, namun Reis dan Anjas yang melihat temannya telah jatuh, bergerak maju dan mau menyerang Irvan

Melihat pergerakan kedua orang itu, Irvan menyiapkan dirinya.

Baru selangkah Reis mendekat, Irvan lebih dahulu menyambutnya dengan sebuah pukulan telak di wajahnya.

“Plak” wajah Reis terkena hajaran Irvan.

“Adoh” teriaknya kesakitan.

Pukulan Irvan sangat keras menghantam wajahnya sehingga membuatnya terdorong ke belakang.

Tidak ada rasa kasihan di hati Irvan. Rasa ingin membunuh menyelimuti pikirannya. Ia ingin lagi memukul Reis, namun Anjas telah menendangnya.

Irvan melompat ke kiri untuk menghindari tendangan itu, lalu ia berbalik arah dan membalas dengan sebuah tendangan pula.

“Bruk” Anjaspun terjatuh.

Belum merasa puas dengan tendangannya, Irvan mendekatinya Anjas lagi lalu berkata “kalian terimalah balasan ku”

Kemudian secara berulang-ulang kali ia memukul wajah Anjas hingga babak belur, lalu ia menuju Reis dan Viki untuk menghajar mereka juga secara bergantian hingga ia puas.

Anjas dihajarnya lebih parah dari Viki dan Reis. Memang, dikelompok itu, Vikilah yang memimpin, namun kekesalan Irvan paling tinggi kepada Anjas, karena dialah yang paling banyak menyakiti Irvan secara fisik.

Setelah puas menghajar ketiganya, Irvan mengalihkan pandangnya kepada Via yang saat itu sedang gemetaran melihat ketiga kawannya dihajar.

Via ketakutan melihat aura membunuh diwajah Irvan hingga tanpa sadar ia terkencing dicelanya, lalu dalam ketakutan ia berlutut dan memohon ampun.

Irvan tidak pernah dan tidak mau memukul wanita, tetapi karena kekesalan dihati telah memuncak membuatnya mengayunkan sebuah tamparan ke wajah Via.

Tamparan yang pelan menurut ukuran Irvan, tetapi dirasakan sangat keras di wajah lembut Via. Bibirnya langsung mengeluarkan darah segar, karena pecah.

Lalu, Irvan mengulurkan tangan kepada Fania untuk mengajaknya pergi, namun Fania yang masih sangat kecewa kepadanya menarik tangnnya sebagai respon tidak setuju.

Irvan menatapnya dengan kesal, ia tidak bisa berkata apa-apa. Lalu pergi menigngalkan ruangan itu.

Mendengar kegaduhan di dalam ruangan, beberapa dosen datang untuk mengecek, namun terlambat. Semuanya telah berakhir.

Mereka hanya menemukan Viki, Reis, Anjas yang masih tertidur di lantai akibat hajaran Irvan, sedangkan Via masih gemetaran sambil berlutut.

Mereka ingin mengejar Irvan, tetapi niat itu dihentikan oleh Viki. Menurutnya, biarlah dia pergi, masih ada waktu untuk menghancurkannya.

Perkatan ini diucapkannya karena memang ada rencana jahat yang akan segera ia lakukan. Lalu dengan dibantu oleh para dosen mereka bangun dan berjalan tertatih-tatih keruang P3K untuk mendapat perawatan.

Beberapa menit kemudian, Irvan tiba di luar gedung. Ia ingin langsung pergi meninggalkan kampus itu.

Semua perjuangannya telah sia-sia.

Ia berjalan dengan kecewa, namun belum sampat di pintu gerbang, terdengar suara Rika memanggil.

“Irvan … tungngu!” Panggilnya.

Setibanya tiba dihadapannya, Rika langsung menyambar Irvan dengan beberapa kata menyakitkan.

“Aku tidak menyangka kalau kamu bisa berbuat sebejat itu!” Kata Rika

Irvan yang masih kesal dengan Rika tidak ingin berbicara dengannya, lalu berjalan maju dan hendak pergi, namun Rika yang belum puas, langsung menarik tangan Irvan.

Ia ingin menampar Irvan, namun hatinya tidak tega. Ia hanya menatap dalam-dalam wajah Irvan lalu menangis, kemudian ia berkata “Aku kecewa.”

Kejadian itu menyentuh hati Irvan, walaupun ia kesal dengan Rika, tetapi perkatannya yang barusan mengores dihatinya.

Untuk sejenak ia memikirkan kata-kata itu, entah kenapa ia berkata demikian padahal Rikalah yang memutuskannya.

“Ahhhh!”Teriak Irvan semakin pusing memikirnya semuanya.

Kemudian ia mengepalkan tangnnya kuat-kuat, ia merasa hidupnya telah hancur, lalu dengan kecewa dan marah ia pergi meninggalkan Start Light University.

Sementara ia berjalan keluar dari gerbang kampus, Viki yang sementara memperhatikannya dari jendela kaca ruang P3K mengambil telpon genggamnya lalu menelpon seseorang.

Bersambung…

Episodes
1 BAB 1. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
2 BAB 2. Tidak Puas Dicampakan
3 BAB 3. Menjebak Irvan
4 BAB 4. Menunggu Napas Buatan
5 BAB 5. Menukar Bekas Tubuh
6 BAB 6. Kesamaa Nasib
7 BAB 7. Penyesalan Fania
8 BAB 8. Di Keluarkan dari Kampus
9 BAB 9. Terimalah Balasan Ku
10 BAB 10. Irvan di Buntuti
11 BAB 11. Senjata Lada
12 BAB 12. Kampung Mulung di gusur, Irvan dikeroyok warga hingga pinsan
13 BAB 13. Irvan di Rumah Sakit
14 BAB 14. Satu Jam Lagi
15 BAB 15. Identitas Irvan Diketahui
16 BAB 16. Rasa Penasaran di Hati Irvan
17 BAB 17. Bertemu Kakek Parker
18 BAB 18. Handuk Lepas, Fania Kembali Ke Kampus
19 BAB 19. Permohonan Maaf Fania
20 BAB 20. Tuan Leon Berlulut Sambil Memohon Maaf
21 BAB 21. Irvan salah Tingkah
22 BAB 22. Berdua Melepas Rindu
23 BAB 23. Irvan dan Fania Jatuh Cinta, Viki bersama Gengnya Pertemuan
24 BAB 24. Kepolosan Fania diamanfaatkan
25 BAB 25. Informasi Tentang Fania Mulai Diketahui
26 BAB 26. Di Duga Fania Adalah Puteri Mark
27 BAB 27. Takut menyusahkan Irvan
28 BAB 28. Masuk dalam scenario Irvan dan Tuan Leon
29 BAB 29. Fania adalah Puteri Mark
30 BAB 30. Black Diamond
31 BAB 31. Dua Hati Menyatu dalam Satu Ikatan Cinta
32 BAB 32. FANIA MENIKMATI
33 BAB 33. Febin Mark dan Aleks
34 BAB 34. Informasi Baik dan Buruk
35 BAB 35. Fania di Teror dan Nyaris Terbunuh
36 BAB 36. Mencari Dalang
37 BAB 37. Tiara dan Cika menyesal. Ada Serangan di Jalan
38 BAB 38. Fania Lolos dari Pemerkosaan
39 BAB 39. Komitmen dan Janji Fania
40 BAB 40. Karena Kalah Bersaing
41 BAB 41. Irvan dan Fania tidak Mendapat Undangan
42 BAB 42. Hotel Fomea
43 BAB 43. Hotel Fomea 2
44 BAB 44. Ditampar dengan Uang
45 BAB 45. Rika Ingin Kembali Ke Irvan
46 BAB 46. Membebaskan Musuh.
47 BAB 47. Membeli Mobil Murah
48 BAB 48. Utusan Tuan Leon
49 BAB 49. Tindakan Menghancurkan Bastian
50 PENGUMUMAN
51 BAB 50. Petra dan Fania Bersaudara
52 BAB 51. Tiga Nyawa Melayang Dalam Sekejap
53 BAB 52. Heboh Berita Kematian Irvan
54 Bab 53. Pengakuan Aleks
Episodes

Updated 54 Episodes

1
BAB 1. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
2
BAB 2. Tidak Puas Dicampakan
3
BAB 3. Menjebak Irvan
4
BAB 4. Menunggu Napas Buatan
5
BAB 5. Menukar Bekas Tubuh
6
BAB 6. Kesamaa Nasib
7
BAB 7. Penyesalan Fania
8
BAB 8. Di Keluarkan dari Kampus
9
BAB 9. Terimalah Balasan Ku
10
BAB 10. Irvan di Buntuti
11
BAB 11. Senjata Lada
12
BAB 12. Kampung Mulung di gusur, Irvan dikeroyok warga hingga pinsan
13
BAB 13. Irvan di Rumah Sakit
14
BAB 14. Satu Jam Lagi
15
BAB 15. Identitas Irvan Diketahui
16
BAB 16. Rasa Penasaran di Hati Irvan
17
BAB 17. Bertemu Kakek Parker
18
BAB 18. Handuk Lepas, Fania Kembali Ke Kampus
19
BAB 19. Permohonan Maaf Fania
20
BAB 20. Tuan Leon Berlulut Sambil Memohon Maaf
21
BAB 21. Irvan salah Tingkah
22
BAB 22. Berdua Melepas Rindu
23
BAB 23. Irvan dan Fania Jatuh Cinta, Viki bersama Gengnya Pertemuan
24
BAB 24. Kepolosan Fania diamanfaatkan
25
BAB 25. Informasi Tentang Fania Mulai Diketahui
26
BAB 26. Di Duga Fania Adalah Puteri Mark
27
BAB 27. Takut menyusahkan Irvan
28
BAB 28. Masuk dalam scenario Irvan dan Tuan Leon
29
BAB 29. Fania adalah Puteri Mark
30
BAB 30. Black Diamond
31
BAB 31. Dua Hati Menyatu dalam Satu Ikatan Cinta
32
BAB 32. FANIA MENIKMATI
33
BAB 33. Febin Mark dan Aleks
34
BAB 34. Informasi Baik dan Buruk
35
BAB 35. Fania di Teror dan Nyaris Terbunuh
36
BAB 36. Mencari Dalang
37
BAB 37. Tiara dan Cika menyesal. Ada Serangan di Jalan
38
BAB 38. Fania Lolos dari Pemerkosaan
39
BAB 39. Komitmen dan Janji Fania
40
BAB 40. Karena Kalah Bersaing
41
BAB 41. Irvan dan Fania tidak Mendapat Undangan
42
BAB 42. Hotel Fomea
43
BAB 43. Hotel Fomea 2
44
BAB 44. Ditampar dengan Uang
45
BAB 45. Rika Ingin Kembali Ke Irvan
46
BAB 46. Membebaskan Musuh.
47
BAB 47. Membeli Mobil Murah
48
BAB 48. Utusan Tuan Leon
49
BAB 49. Tindakan Menghancurkan Bastian
50
PENGUMUMAN
51
BAB 50. Petra dan Fania Bersaudara
52
BAB 51. Tiga Nyawa Melayang Dalam Sekejap
53
BAB 52. Heboh Berita Kematian Irvan
54
Bab 53. Pengakuan Aleks

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!