Perkataan Viki membuat geram di hati Irvan. Ia beteriak “akan ku hancurkan kau Viki.” Lalu ia perlahan-lahan ia bangun.
Awalnya sangat susah, karena sekujur tubuhnya sakit dihajar ketiga orang tadi. Ia kembali duduk untuk untuk beristirahan beberapa saat lagi lalu ia bangun.
Walau tubuhnya lemas, sakit di mana-mana dan mata juga masih kabur dan pedis, Irvan berjalan perlahan lahan kesaluran air untuk mencuci matanya, lalu dengan sisa tenaga yang dimilikinya, ia berjalan pulang ke kampung mulung.
Di tempat berjualan bubur kacang, Fania dan beberapa penjual lainnya sedang asik ngobrol sambil menunggu pembeli. Irvan melewati tempat itu.
Niatnya terus berjalan, tetapi, ketika melihat ada Fania, Irvan berhenti sejenak, menoleh kepada Fania, seperti ingin mengatakan sesuatu, lalu ia meneruskan langkahnya walau tersendat-sendat.
Fania yang melihat adegan itu, walaupun masih kecewa dengan Irvan karena fitnahan Viki dan kawan-kawan melalui foto editan, tetap saja ia penasaran dengan keadaan Irvan.
“Ada apa dengannya …? Ia seperti orang yang baru saja dipukul!” Pikir Fania dalam hati, tapi segera ia menepis pikirannya karena ia sadar Irvan telah mengecewakaannya. “Ah biarkan saja dia,” kata Fania dalam hatinya.
Ibu yang bersama-sama dengan Fania melihat ada perubahan di wajahnya. Dia juga heran, kemarin Irvan dan Fania begitu akrab dan kelihatan sangat bahagia saat singgah ditempat jualan itu, namun saat ini, mereka seperti orang yang tidak saling kenal. Lalu,dengan penasaran ia bertanya tentang apa yang sedang dipikirkan Fania ketika melihat Irvan tadi.
“Em …. anu Bu … itu tadi …” jawabnya tersendat-sendat.
“Iya … Ibu melihat, wajah kamu berubah ketika melihatnya. Memangnya ada apa? Kalian kok beda dengan kemarin.” Tanya Ibu Rati pemilik Bubur Kacang yang dibantu Fania.
Tanpa basa basi lagi, Fania langsung mengatakan semua kejadian yang terjadi siang tadi di kampus.
Tidak lupa juga ia menceritakan tentang siapa itu Irvan, perlakuan Viki dan kawan-kawan kepada Irvan serta juga ia menceritakan tentang bagaimana perjuangannya agar bisa tetap kuliah di Star Light University.
Mendengar cerita Fania, Ibu Rati sangat kesal, namun ia tidak begitu percaya akan kisah difoto yang Fania ceritakan itu. Lalu ia yang yang dikenal oleh sesama penjual Bubur Kacang sebagai emak yang paling bijasana, memberi saran agar sebaikanya Fania mau mencari tahu lagi kebenaran perkataan Irvan.
Faniapun hanya mengangguk-angguk saja. Pikirnya nanti dulu, karena ia masih sangat kecewa.
Beberapa puluh menit berjalan, Irvan tiba di jalan masuk perkampungan mulung dengan napas yang ngos ngosan.
Lagi-lagi, dadanya berdebar kencang. Pikirnya, mungkin ucapan Viki tadi benar. Ia berjalan cepat memasuki wilayah perkampungan.
“Wuaaaaaaaaaaaaa….”
Teriakan Irvan sangat keras. Ia benar-benar kaget. Bola matanya melotot dan mulutnya terbuka lebar ketika melihat kenyataan di depannya.
Hatinya hancur lagi, tulang-tulangnya seakan remuk dari tubuhnya. Kampung mulung telah rata dengan tanah. Tidak ada lagi satu rumah pun yang berdiri disana.
“Wuaaaaaaaa….” Irvan berteriak dengan sangat keras lagi, membuat semua orang disana berbalik ke arahnya.
Saat itu, ada banyak warga yang duduk-duduk sambil menangis, ada yang sementara mengumpulkan barang yang mungkin masih bisa terpakai, ada juga yang berdiri berkerumunan. Tapi semuanya satu pikiran. Menunggu kedatangn Irvan
Ketika mendengar suara dan melihat Irvan, semua orang disana langsung bergegas menghampirinya.
Mereka datang penuh kemarahan. Ada yang berusaha memukulinya, ada pula yang sedih dan menangis, sedangkan lainnya datang sambil meneriaki Irvan, mengapa ia tega terhadap warga kampung mulung.
Awalnya Irvan bingung dengan sikap warga kepadanya. Ia juga heran kenapa warga menyerangnya sampai akhirnya ada seorang tua datang mendekat lalu menghentikan aksi itu
Melihatnya orang tua itu, Irvan bertanya “Paman Jep, aku benar-benar tidak tahu. Kata ibu sebulan lagi baru digusur. Ada apa ini?"
Irvan berpikir bahwa seluruh warga menyerangnya karena ia tidak ada disaat-saat penggusuran terjadi.
Paman Jep bercerita
“Benar kata ibu mu, harusnya 1 bulan lagi. Namun menurut salah satu dari penggusur, tuan besar pemilik lahan ini kecewa, sebab anak kesayangannya di pukul oleh mu. Itu sebabnya ia memerintahkan banyak truk pengangkut alat-alat berat datang untuk menggusur secara membabi buta meruntuhkan semua rumah warga disini dalam waktu 1 jam.” Kata paman Jep dengan kesal
“Warga melakukan protes dan perlawanan, namun kekuatan warga tidak seberapa. Jumlah mereka banyak. Semuanya bertubuh kekar. Kami melapor kepada pihak berwajib, namun setelah semua rumah dirobohkan barulah beberapa anggota kepolisian datang” katanya lagi.
Paman Jep lalu memberitahukan Irvan tentang keberadaan Ibu Kor.
“Ibu mu dan banyak warga lainnya mendapat banyak pukulan saat perlawanan, sehingga sekarang ia lemas tertidur di sana," sambil menunjuk di mana Ibu Kor berada, ia melanjutkan kata-katanya "Ibumu bersuha menjadi penyelamat atas ulah mu.” Kata Paman Jep dengan wajah yang sangat kesal kepada Irvan.
Setelah mendengar semua cerita Paman Jep, Irvan menyesal, lalu dihadapan warga ia menangis sejadi-jadinya dan memohon maaf.
Saat ini ia telah mengerti bahwa kehancuran perumahan ini ada hubungannya dengan masalah tadi siang sehingga membuatnya semakin marah dan kecewa kepada Viki, namun juga sedih melihat keadaan warga.
Irvan merasa bersalah dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Sebelum ia merelakan dirinya untuk dihajar warga, ia bersumpah dalam hatinya, bahwa jika ia selamat dari hajaran warga, maka apapun resikonya suatu waktu ia akan membalas dendam kepada Viki.
Setelah bersumpah dalam hatinya, Irvan berlutut dan meminta untuk di hukum.
Mendengar perkataan Irvan, seorang warga yang sejak tadi menunggu peluang untuk menghajar Irvan, kini telah mendapat kesempatan secara terbuka.
Ia mengambil sebuah bata yang terlepas karena penggusuran tadi, lalu mendahului semua warga, ia melepari Irvan.
‘Plak…” Bata itu mendarat mulus di belakang Irvan.
Melihat lemparan itu, warga yang sangat kesal dan ingin membalas sakit hati mereka kepada Irvan menjadi terprovokasi, lalu serentak mengikuti aksi itu.
Semuanya maju bersama menuju Irvan utnuk menghajarnya.
Irvan yang berada ditengah-tengah kerumunan warga, hanya berusaha melindungi kepala dengan kedua tanggannya.
Puluhan orang yang saat itu kesal, menghajarnya secara bebas. Ada yang memukulnya langsung dengan tangan, ada yang menendang dan adapula yang menggunakan kayu dan batu untuk memukulinya.
Tubuhnya melemas. Tangnnya terlepas, pertahannya terbongkar membuat kepalanya bebas dihajar warga. Ia dihujani pukulan dan tendangan hingga babak belur.
Seandainya tadi ia tidak dipukul oleh Viki dan kawan-kawannya, mungkin saat ini masih memiliki sedikit tenaga untuk menahan diri, tapi sayangnya ia benar-benar hancur.
Dari hidung, mulut, pelipis dan banyak lagi dibagian kepalanya yang pecah mengeluarkan darah segar. Wajahnya tidak bisa dikenali lagi karena luka-luka.
Irvan kehabisan tenaga, ia tidak sanggup lagi menahan sakit, tetapi untung Ibunya berhasil menerobos warga lalu langsung memeluk Irvan sehingga semua warga menghentikan aksi mereka.
Ibu Kor tidak sanggup menahan tangisan, walaupun tadinya ia marah, namun kali ini kemarahannya hilang berganti sedih.
Irvan yang sudah dianggapnya sebagai anak kandungnya sendiri, kini ada dalam pelukannya dengan kondiri penuh dengan darah.
Ibu Kor menangis sambil menyebut-nyebut nama Irvan.
Menyadari keberadaan Ibu Kor, Irvanpun mengumpulkan sisa-sisa tenaganya lalu memanggil ibunya dan memohon maaf, katanya “Ibu maafkan anak mu,” lalu ia pinsan.
Ketika melihat Irvan telah pinsan, Ibunya histeris karena dipikir anaknya telah meninggl, sedangkan warga yang tadinya mengeroyok Irvanpun ada yang perlahan-lahan menjauh dari situ, namun ada pula yang merasa bersalah lalu mendekati untuk mencoba mengecek keadaannya.
“Masih ada napas” kata Paman Jep setelah mengecek denyut nadinya.
“Ayo kita bawa saja ke rumah sakit,” sambut Paman Said, orang yang tadinya melempat Irvan pertama kali.
“Ayo, kita bawa” sambut warga lainnya yang merasa bersalah, lalu memburu mengangkat Irvan untuk dibawa kerumah sakit kecil yang berada dekat dengan Kampung Mulung itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
la beneamata
hiatus bacanya,ngk ada manfaat bacanya,bikin keki aja
2022-02-21
0
la beneamata
mc oon,diawal bilang pinter dpt beasiswa
2022-02-21
0