BAB 6. Kesamaa Nasib

Ketika baju Fania telah dibuka, tiba-tiba terlintas sesuatu dalam pemikirannya sehingga membuatnya malu malu lalu dengan cepat ia menukar pakaiannya lalu kembali.

Ia harus kembalikan baju Irvan atau dibawa pulang untuk mencucinya terlebih dahulu menjadi pemikiran yang rumit baginya saat ini.

Jika ia bawa, maka Irvan akan pulang hanya dengan mengenakan singlet dan jika dikembalikan, Irvan pasti akan memakainya, “waduh….” Fania merasa geli, karena bekas tubuhnya ada di baju itu.

Tadinya, ketika akan memakai baju itu, ia sempat kepikiran bahwa bekas tubuh Irvan pasti ada pada baju itu, tapi mau bagaimana lagi, ia harus memakainya dan sekarang akan seperti saling menukar bekas tubuh lewat baju jika Irvan kembali memakai bajunya sebelum dicuci.

Wajah Fania merah memikirkan hal itu. Ia tidak ingin mengembalikan baju Irvan. “Biar dicuci dulu,” katanya ketika ia telah berada didepan Irvan.

“Tidak perlu dicuci. Tidak mungkin aku pulang ke rumah hanya dengan pakaian ini kan” kata Irvan sambil menundukan kepalanya melihat singletnya, lalu dengan pasrah Fania mengembalikan baju itu.

“Terima kasih ya Kak,” kata Fania sambil menunduk menahan malu. Lalu keduanya pergi meninggalkan kolam.

Beberapa menit kemudian, mereka telah tiba di depan kampus. Keduanya berjalan se arah, karena jalur ke rumah sama.

Mereka ingin berjalan kaki, lalu singgah sebentar di Taman Kota dan makan bakso disana. Selain karena belum makan sejak siang, Fania juga ingin mentraktir Irvan sebagai tanda terima kasihnya.

Irvan senang dengan usulan itu. Ia menyetujuinya lalu ingin segera mereka pergi kesana, tetapi mengingat pakaian keduanya sangat kotor dan basah, akhirnya memutuskan untuk menumpang ojek saja, kembali ke rumah masing-masing, mengganti pakaian barulah kembali jam tujuh malam nanti.

Setelah buat janji, keduanya ke pangkalan ojek terdekat. Irvan meminta Fania menumpang terlebih dahulu. Katanya ia ingin pastikan Fania pergi dengan aman barulah ia juga pulang.

Fania senang, ada yang perhatian padanya, iapun menyetujuinya, lalu mendahuli Irvan menumpang ojek.

Rupanya perhatian itu hanyalah strategi. Bukan karena ada niat jahat, tetapi Irvan menutupi sesuatu. Ia tidak punya uang untuk membayar sewa ojek.

Ia yakin, jika meminta bantuan pada Fania, pasti didapatinya, tetapi karena baru berkenalan, ia masih canggung.

Setelah ojek Fania berbelok arah, Irvan segera berlari sekencang-kencangnya agar ia juga cepat sampai ke rumahnya. Ia memilih jalur alternatif biar lebih cepat.

Kurang dua puluh menit pukul tujuh, Irvan telah sampai di Taman Kota. Mengambil sudut strategis, ia memantau setiap sudut jalan.

Rasa gelisah menyelimuti hatinya. Rasa-rasanya sudah terlalu lama ia disana, Fania belum nongol juga.

“Kak ... kak, permisi Kak, numpang tanya, sekarang jam berapa ya?” Tanya Irvan kepada dua pemuda yang kebetulan lewat di depannya.

“Kurang sepuluh menit jam tujuh,” jawab orang itu sambil berlalu pergi.

“Terima kasih,” ucap Irvan sambil senyum-senyum malu. Ia merasa ada yang aneh dengan dirinya sendiri. Mengapa dia begitu tidak sabaran untuk bertemu Fania?

Ia ingin berjalan-jalan sejenak di taman. Sekedar melihat-lihat sambil menghilangkan rasa ketidaksabarannya. Namun baru beberapa langkah, terdengan suara lembut dan indah milik Fania memanggil dari kejauhan

Hatinya berbunga-bunga. Ia segera berbalik untuk memastikan pendengarannya. Betul, Fania telah tiba.

Keduanya saling menghampiri, berbasa basi sedikit, lalu tanpa buang banyak waktu lagi, mereka mendatangi tukang bakso, memesan dua porsi tambah telur sesuai kemampuan uang Fania.

Menuju tempat duduk santai di pinggir taman, sambil bercerita mereka menunggu abang tukang bakso menyiapkan pesanan mereka.

Beberapa menit kemudian, bakso telah tersedia. Keduanya makan dengan nikmatnya.

Entah karena memang bakso disitu terkenal nikmatnya atau karena ada perasan lain dihati mereka membuat semua makanan menjadi enak, hanya keduanya yang tahu.

Setelah makan, mereka belum mau pulang. Tidak tahu ada perasaan apa, tetapi keinginan untuk saling mengenal lebih dekat muncul dalam benak mereka.

Lalu, tanpa dikomando, keduanya berjalan seiringan mengyusuri taman mencari tempat yang sunyi dan remang untuk duduk disana.

Awalnya terasa canggung, keheningan mulai muncul, mereka seperti pasangan yang baru pacaran.

Irvan yang pintar mengendalikan suasana, memecahkan kebisuan mereka. Ia mulai bercerita tentang dirinya bahwa ia adalah seorang anak pungut, kehidupan keluarganya miskin, kerja orang tuanyapun mulung.

Mendengar Irvan mulai bercerita, Fania melipat kakinya, lalu menaruh dagunya persis diatas lulutnya, lalu terus mendengar cerita Irvan dengan sungguh-sungguh.

Walaupun sedikit cahaya ditempat mereka duduk, aura cantik yang terpancar keluar dari wajah Fania dapat dilihat jelas oleh Irvan yang persis duduk disampingnya

Irvan sedikit gugup, lalu menarik napasnya kemudian melanjutkan semua cerita tentang kehidupannya tanpa ada yang ditutup-tutupi.

Setelah ceritabya berakhir, tibalah Fanialah yang mulai mengisahkan tentang dirinya.

Ia mengawali ceritanya dengan menyamakan posisinya dengan Irvan, katanya “Nasip kita sama Kak. Aku juga anak pungut ….”  Kata Fania pelan menarik perhatian Irvan.

“Bahkan aku tidak punya siapa-siapa lagi.” Kata Fania yang langsung membuat Irvan berbalik menatapnya dengan serius dan hendak mengatakan sesuatu, tapi karena tidak ingin memotong cerita Fania, Irvan tidak sempat mengeluarkan kata-katanya.

Sebenarnya Fania juga keturunan orang kaya.

Ia adalah cucu tertua seorang kakek bernama Mark yang merupakan salah satu orang terkaya di negara mereka.

Ibunya meninggal saat melahirkannya, setahun kemudian ayahnya yang bernama Kevin Mark pun ikut meninggal, lalu ia tinggal bersama kakeknya.

Karena ia adalah cucu tertua dan saat itu telah menjadi jatim piatu, maka seluruh kasih sayang kakek diarahkan kepadanya. Namun, hal itu membuat paman yang adalah adik kandung dari ayahnya membencinya.

Tepat setahun setelah kematian ayahnya, kakek Mark pun ikut meninggal secara tragis. Tinggalah Fania sendiri ditengah keluarga yang membencinya.

Karena kebencian itu, beberapa minggu kemudian, paman Fania yang ternyata juga adalah otak dari pembantaian keluarga Irvan membawanya ke sebuah kota kecil, lalu ditinggalkan di sana.

Ketika malam tiba, Fania mulai menagis, karena Pamannya tidak kunjung datang.

Untunglah sepasang kakek dan nenek lewat disana. Mereka merasa iba, lalu menemaninya hingga larut malam, tetapi karena pamannya tidak kunjung datang, akhirnya ia diajak untuk ikut dengan mereka, lalu diasuh hingga besar.

Tiga tahun kemudian kakek dan nenek itu bersama Fania pindah ke kota ini, seraya melanjutkan hidup dan juga untuk mencari anak mereka yang merantau tak kunjung pulang.

Dalam asuhan mereka, Fania belajar dengan giat hingga selalu mendapatkan beasiswa sampai berkuliah di sebuah universitas kecil, cabang dari Star Light Unversity.

Sebulan yang lalu, ia dipindahkan ke universitas pusat supaya pengetahuannya bisa berkembang lebih maju. Itulah mengapa ia bisa bertemu dengan Irvan saat ini.

“Kehidupan kita mirip ya,” kata Irvan yang membuat Fania tersenyum malu

“Tapi baikan kamu, karena masih punya orang tua angkat, sedangkan aku, tidak punya siapa-siapa lagi. Kakek dan nenek angkat ku semuanya sudah meninggal.” Kata Fania lagi.

“Lalu, siapa ibu yang bersama mu saat berjualan malam itu?” Tanya Irvan ingin tahu

“Oh itu? Dia tetangga ku. Kalau tidak sibuk, aku sering membantunya berjualan. Lumayankan bisa mendapatkan sedikit uang.” Jawab Fania.

Sementara asik bercerita, sekelompok orang lewat, sehingga mengagetkan mereka berdua yang secara tidak sadar sudah duduk sangat berdekatan.

Sambil malu-malu keduanya berdiri, menanyakan waktu, lalu saling mengajak hendak kembali ke rumah.

Ketika berdiri, sinar lampu taman lebih jelas mengenai wajah mereka sehingga membuat sekelompok orang lainnya yang sedang bersntai tidak jauh dari sana menganali mereka.

“Itu Irvan kan?” Kata seorang pria kepada temannya sambil menunjuk.

“Betul. Dia bersama si wanita kolam itu?” Kata temannya itu sambil tertawa.

“Ayo, kita hancurkan kebahagiaan mereka,” Katanya lagi, lalu keduanya berjalan ke sana.

Setiba disana, mereka yang ternyata adalah Anjas dan Reis langsung mengata-ngatai Iravan dan Fania.

“Wao … wao … wao … sungguh romantisnya,” kata Reis mengagetkan keduanya lagi.

“Eh, kalian disini juga ya?”  Tanya Fania bersahabat.

Namun mereka berdua yang dasarnya sangat membenci Irvan, tidak ingin melihat sedikit saja rasa bahagia muncul dihati Irvan.

Kebahagiaan Irvan adalah kesusahan bagi mereka, sehingga bagaimanapun caranya Irvan harus disusahkan agar mereka bahagia.

“Kalian berdua pasangat mesum itu kan?” Sindir Anjas tidak mau mengubris pertanyaan Fania membuat membuat hati Fania dan Irvan terhentak.

“Omong apa kau?” Kata Irvan,

Fania juga iktan matah namun dengan kata-kata halus dia berkata “Siapa yang mesum?”

Menjawab mereka, Reis hanya mengatakan “nanti juga kalian akan tahu!”

“Maksudnya apa?” tanya Fania penasaran.

“Rupanya orang miskin juga punya rasa penasaran ya?” kata Anjas sambil menyentuh bahu

kiri Fania lalu di dorongnya sengaja mencari gara-gara

Irvan yang tidak menerima Fania di dorong, menepis tangan Anjas lalu meminta agar Anjas dan Reis jangan berlaku kasar terhadap wanita.

Kata-kata itu membuat keduanya tertawa terbahak-bahak karena merasa Irvan bertindak lucu sok pahlawan di hadapan wanita.

“Apa yang orang miskin dan bodoh seperti mu tahu tentang wanita, Irvan. Ayo ikut kami melihat sesuatu!” Ajak Anjas lalu ia mendahului mereka berjalan.

Irvan dan Fania seperti orang bodoh, mau saja untuk mengikuti.

Ternyata agak jauh dari situ, persis di tengah-tengah taman ada mobil Reis yang terparkir. Kesitulah Anjas mengajak mereka.

Setiba di sana, Rika yang sementara duduk disamping mobil, kaget melihat ada Irvan.

Wajahnya berubah merah, ia gugup sekali, seakan-akan ia ketahuan telah melakukan sesuatu yang tidak baik.

Dalam hatinya dia berkata “mengapa Kak Irvan bisa ada disini?” Lalu hendak berbicara, namun Irvan yang juga penasaran, lebih dahulu bertanya padanya “Rika, mengapa kamu disini?”

Pertanyaan itu tidak bisa dijawab olehnya. Rika yang dikenal Irvan sebagai wanita yang tidak suka berduaan dengan pria di kegelapan, hanya tertunduk malu.

Tiba-tiba pintu mobil di buka. Viki rupanya.

Ia segera keluar dari mobil. Tidak memakai baju, rambutnya juga acak-acakan, ia menarik resleting celananya kemudian mengibas-ngibas tubuhnya yang kepanasan, lalu perlahan ia turun dari mobil.

Bersambung…

Episodes
1 BAB 1. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
2 BAB 2. Tidak Puas Dicampakan
3 BAB 3. Menjebak Irvan
4 BAB 4. Menunggu Napas Buatan
5 BAB 5. Menukar Bekas Tubuh
6 BAB 6. Kesamaa Nasib
7 BAB 7. Penyesalan Fania
8 BAB 8. Di Keluarkan dari Kampus
9 BAB 9. Terimalah Balasan Ku
10 BAB 10. Irvan di Buntuti
11 BAB 11. Senjata Lada
12 BAB 12. Kampung Mulung di gusur, Irvan dikeroyok warga hingga pinsan
13 BAB 13. Irvan di Rumah Sakit
14 BAB 14. Satu Jam Lagi
15 BAB 15. Identitas Irvan Diketahui
16 BAB 16. Rasa Penasaran di Hati Irvan
17 BAB 17. Bertemu Kakek Parker
18 BAB 18. Handuk Lepas, Fania Kembali Ke Kampus
19 BAB 19. Permohonan Maaf Fania
20 BAB 20. Tuan Leon Berlulut Sambil Memohon Maaf
21 BAB 21. Irvan salah Tingkah
22 BAB 22. Berdua Melepas Rindu
23 BAB 23. Irvan dan Fania Jatuh Cinta, Viki bersama Gengnya Pertemuan
24 BAB 24. Kepolosan Fania diamanfaatkan
25 BAB 25. Informasi Tentang Fania Mulai Diketahui
26 BAB 26. Di Duga Fania Adalah Puteri Mark
27 BAB 27. Takut menyusahkan Irvan
28 BAB 28. Masuk dalam scenario Irvan dan Tuan Leon
29 BAB 29. Fania adalah Puteri Mark
30 BAB 30. Black Diamond
31 BAB 31. Dua Hati Menyatu dalam Satu Ikatan Cinta
32 BAB 32. FANIA MENIKMATI
33 BAB 33. Febin Mark dan Aleks
34 BAB 34. Informasi Baik dan Buruk
35 BAB 35. Fania di Teror dan Nyaris Terbunuh
36 BAB 36. Mencari Dalang
37 BAB 37. Tiara dan Cika menyesal. Ada Serangan di Jalan
38 BAB 38. Fania Lolos dari Pemerkosaan
39 BAB 39. Komitmen dan Janji Fania
40 BAB 40. Karena Kalah Bersaing
41 BAB 41. Irvan dan Fania tidak Mendapat Undangan
42 BAB 42. Hotel Fomea
43 BAB 43. Hotel Fomea 2
44 BAB 44. Ditampar dengan Uang
45 BAB 45. Rika Ingin Kembali Ke Irvan
46 BAB 46. Membebaskan Musuh.
47 BAB 47. Membeli Mobil Murah
48 BAB 48. Utusan Tuan Leon
49 BAB 49. Tindakan Menghancurkan Bastian
50 PENGUMUMAN
51 BAB 50. Petra dan Fania Bersaudara
52 BAB 51. Tiga Nyawa Melayang Dalam Sekejap
53 BAB 52. Heboh Berita Kematian Irvan
54 Bab 53. Pengakuan Aleks
Episodes

Updated 54 Episodes

1
BAB 1. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
2
BAB 2. Tidak Puas Dicampakan
3
BAB 3. Menjebak Irvan
4
BAB 4. Menunggu Napas Buatan
5
BAB 5. Menukar Bekas Tubuh
6
BAB 6. Kesamaa Nasib
7
BAB 7. Penyesalan Fania
8
BAB 8. Di Keluarkan dari Kampus
9
BAB 9. Terimalah Balasan Ku
10
BAB 10. Irvan di Buntuti
11
BAB 11. Senjata Lada
12
BAB 12. Kampung Mulung di gusur, Irvan dikeroyok warga hingga pinsan
13
BAB 13. Irvan di Rumah Sakit
14
BAB 14. Satu Jam Lagi
15
BAB 15. Identitas Irvan Diketahui
16
BAB 16. Rasa Penasaran di Hati Irvan
17
BAB 17. Bertemu Kakek Parker
18
BAB 18. Handuk Lepas, Fania Kembali Ke Kampus
19
BAB 19. Permohonan Maaf Fania
20
BAB 20. Tuan Leon Berlulut Sambil Memohon Maaf
21
BAB 21. Irvan salah Tingkah
22
BAB 22. Berdua Melepas Rindu
23
BAB 23. Irvan dan Fania Jatuh Cinta, Viki bersama Gengnya Pertemuan
24
BAB 24. Kepolosan Fania diamanfaatkan
25
BAB 25. Informasi Tentang Fania Mulai Diketahui
26
BAB 26. Di Duga Fania Adalah Puteri Mark
27
BAB 27. Takut menyusahkan Irvan
28
BAB 28. Masuk dalam scenario Irvan dan Tuan Leon
29
BAB 29. Fania adalah Puteri Mark
30
BAB 30. Black Diamond
31
BAB 31. Dua Hati Menyatu dalam Satu Ikatan Cinta
32
BAB 32. FANIA MENIKMATI
33
BAB 33. Febin Mark dan Aleks
34
BAB 34. Informasi Baik dan Buruk
35
BAB 35. Fania di Teror dan Nyaris Terbunuh
36
BAB 36. Mencari Dalang
37
BAB 37. Tiara dan Cika menyesal. Ada Serangan di Jalan
38
BAB 38. Fania Lolos dari Pemerkosaan
39
BAB 39. Komitmen dan Janji Fania
40
BAB 40. Karena Kalah Bersaing
41
BAB 41. Irvan dan Fania tidak Mendapat Undangan
42
BAB 42. Hotel Fomea
43
BAB 43. Hotel Fomea 2
44
BAB 44. Ditampar dengan Uang
45
BAB 45. Rika Ingin Kembali Ke Irvan
46
BAB 46. Membebaskan Musuh.
47
BAB 47. Membeli Mobil Murah
48
BAB 48. Utusan Tuan Leon
49
BAB 49. Tindakan Menghancurkan Bastian
50
PENGUMUMAN
51
BAB 50. Petra dan Fania Bersaudara
52
BAB 51. Tiga Nyawa Melayang Dalam Sekejap
53
BAB 52. Heboh Berita Kematian Irvan
54
Bab 53. Pengakuan Aleks

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!