BAB 15. Identitas Irvan Diketahui

Tuan Leon sangat bijaksana. Ia tidak ingin mengevaluasi direktur dihadapan anak buahnya. Namun kekesalannya terhadap pelayanan Sara dan Lisa harus diatasi demi kemanusiaan.

Beberapa saat setelah mereka diruangan, Direktur menyambut Tuan Leon dengan beberapa kata-kata sambutan, lalu memperkenalkan keduanya kepada semua orang yang hadir disitu. Di saat itulah mata Sara dan Lisa terbuka lebar.

Sara lebih dahulu berlutut, bukan karena menyadari kesalahannya, tetapi ia sadar bahwa pria dihadpannya dapat saja membuatnya kehilangan pekerjaaan. Mengenai perkataan tidak sopan yang dilontarkannya tadi dianggap biasa saja, kerena kata-kata seperti itu sudah selalu dikatakannya, namun tidak masalah.

Sementara Lisa yang telah menyadari betapa berkuasanya orang inipun segera berlutut memohon belas kasihan.

Tuan Leon meminta mereka berdiri, ia menyerahkan kembali semua urusan pelayanan rumah sakit kepada Direktur dan pejabatnya, namun ia meminta agar sikap seperti yang ia alami siang tadi tidak boleh lagi diulangin kepada siapapun.

Saat ini hati Tuan Leon sedang bahagia karena Irvan, sehingga ia tidak ingin terlalu keras, namun ia meminta Direktur agar segera mengeevaluasi kebiajakan keuangan yang mewajibkan membayar lebih dahulu baru diperiksa.

“Mulai detik ini juga hapus kebijakan tidak manusiawi yang kalian buat diluar pengetahuanku. Rumah sakit ini dibangun demi kemanusiaan bukan bisnis.” Kata Tuan Leon dengan keras.

Ia juga meminta agar semua pekerja harus ramah kepada siapapun. Lalu yang terakhir ia menegaskan kepada semua mereka agar tidak ada satu orangpun yang boleh menceritakan kejadian yang terjadi hari ini. anggap saja kejadiannya tidak pernah ada.

Semua itu daintisipasinya demi menjaga keamanan Irvan, jikalau ia benar-benar keturunan Tuan Parker.

Setelah menyudahi  perkatannya, Tuan Leon memperhatikan jam ditangnnya, lalu ia pamit ke ruangan nginap, dimana  Irvan berada.

Setiba disana, tampak Aro dan dua temannya sedang berada di luar. Mereka tetap bersiaga menjalankan tugas yang diamanatkan.

“Bagaimana keadaan anak muda itu?” Tanya Pak Fais kepada Aro ketika mereka tiba

“Dia baik-baik saja dan sudah boleh dikunjungi,” kata Aro menjawab.

Tanpa berkata-kata lagi, Tuan Leon dan Pak Fais segera mengetuk pintu ruangannya, lalu keduanya masuk.

Mereka ingin sekali berbicara dengan Irvan, namun sayangnya Irvan telah pulas tidur. Mungkin efek obat yang masih bekerja.

“Selamat malam Tuan-tuan,” kata Ibu Kor dengan membungkuk saat melihat Tuan Leon dan Pak masuk.

“Selamat malam Ibu, bagaimana keadaannya?” Tanya Tuan Leon.

“Syukur kepada Tuhan dan terima kasih, karena Tuan telah membiayai pengobatannya. Ia tidak kenapa-kenapa, hanya saat ini sedang tertidur pulas.” Ucap Ibu Kor dengan senyum iklas diwajahnya

“Baiklah kalau begitu, kami turut senang.” Ucap Tuan Leon sambil berjalan mendekat ke tempat tidurnya Irvan.

Setelah berada persis di dekat Irvan, tubuh Tuan Leon menegang. Napasnya naik-turun sangat cepat. Bola matanya membesar menatap wajah Irvan.

Memang tadi ia telah melihat Irvan, namun saat itu dilakukannya dengan terburu-buru, mengingat kondisi Irvan yang sedang kritis.

Sejenak kemudian setelah Tuan Leon kembali menguasai dirinya, dengan cermat ia memperhatikan setiap inci dari wajah orang yang sangat dicarinya bertahun-tahun lamanya.

Seakan-akan yang dilihatnya saat ini bukanlah Irvan melainkan Tuan Muda Erik Parker yang telah hidup kembali.

Jikalau ia sendiri, pastinya Tuan Leon sudah menangis, namun karena ada Pak Fais dan Ibu Kor, ia menahan dirinya.

Sesuadah puas memperhatikan wajah Irvan, Tuan Leon meminta kesediaan Ibu Kor untuk berbicara sebentar dengannya.

Ia sadar bahwa saat ini sudah tengah malam, tapi kenyataan mengenai anak muda yang sedang terbaring itu harus segera ia ketahui.

Bertahun-tahun mencari dan saat ini telah menemukan titik sangat terang, tidak mungkin ia bisa menahan diri untuk tidak bertanya tentang identitan Irvan.

“Kalau begitu kita bicara diluar saja!” Ajak Tuan Leon tidak ingin mengganggu kenyamana tidur Irvan, lalu mereka bertiga pergi ke ruang khusus yang tadi telah dipersiapkan direktur kepadanya.

Setibanya mereka di sana, Tuan Leon yang sudah tidak sabaran, langsung berbicara terus terang kepada Ibu Kor.

“Saya tahu Ibu pasti sedang bertanya-tanya tentang siapa kami. Saya Leon dan ini Pak Fais. Kami ini adalah anak buah dari orang terkaya di negeri kita ini” Kata Tuan Leon memperkenalkan diri.

Tanpa menunggu respon apa-apa dari Ibu Kor, ia melanjutkan kata-katanya

“Dua puluh tiga tahun lalu telah terjadi pembantaian sebuah keluarga konglomerat di negara kita ini. Semuanya mati dibunuh, terkecuali tuan kami sang kepala keluarga yang dibiarkan hidup bersama seorang bayi kecil yang berumur dua bulan. Namun sayangnya, bayi itu dibawa pergi entah kemana oleh para pembunuh, sehingga kami semua tidak pernah mengetahui keberadaannya”

“Hanya dengan keyakinan, Tuan Besar tahu bayi itu masih hidup, lalu ia meminta kami untuk terus mencari keberadaannya bertahun-tahun lamanya.”

“kami tidak mengetahui seperti apa wajahnya, tetapi ada tanda lahir dibelakang daun telinganya.” Kata tuan Leon lagi membuat mata Ibu Kor semakin melotot tanda antusias dan keget mendengar cerita itu

Lalu tuan Leon melanjutkan “Kami telah mengetahui bahwa anak ibu mempunyai tanda lahir yang sama dan setelah kami memperhatikannya dengan secermat mungkin, wajahnya juga ternyata mirip sekali dengan mendiang tuan muda anak laki-lakinya tuan besar kami.”

“Tolong kami Ibu, kami ingin tahu identitas Irvan?” Tanya Tuan Leon mendebarkan hati Ibu Kor.

Antara senang dan sedih bercampur aduk di dalam hati Ibu Kor. Ia yakin, Irvan adalah yanganak yang mereka cari. Ia bahagia karena anak yang dirawatnya sejah kecil ternyata  masih memiliki keluarga, tapi ini juga berarti ia harus bersedia kehilangan anak sematawayangnya.

Ibu Kor menangis tersedu-sedu. Ia sedih sekali hingga beberapa saat kemudian barulah mampu menguasai perasaaanya.

Ia tenang, kuatkan dirinya, kemudian spontan ia berkata kepada tuan Leon

“Jika demikian ceritanya, Irvanlah anak yang Tuan-tuan cari!” Kata Ibu Kor mengharukan sekali.

Tuan Leon merasa merinding disekujur tubuhnya, matanya berbinar-binar, menahan tangis.

Pak Fais mengangkat kedua tangannya lalu sekeras-kerasnya memegang kepalanya. Ia bahagia sekali.

Ibu Kor tidak bisa menahan diri lagi untuk kembali menangis, lalu dengan air mata yang terus mengalir ia berlutut dan memohon agar mereka tidak memisahkan dia dengan Irvan

Tuan Leon yang tidak ingin mendapat perlakuan sedemikian terhormat oleh Ibu Kor segera membungkuk dan memegang lengan Ibu Kor dan memintanya untuk berdiri lalu meminta Ibu Kor melanjutkan ceritanya tentang Irvan.

“Aku tidak tahu latar belakang Irvan seperti apa, tapi dua puluh tiga tahun lalu, tepatnya tanggal 13 April, saat itu matahari telah terbenam, aku melewati tempat pembungan sampah untuk pulang ke rumah.” Cerita Ibu Kor mulai menegang. Lalu dengan napas yang naik turun ia melanjutkan semua ceritanya.

“Saat aku ditengah-tengah lokasi pembuangan sampah, terdengan ada suara bayi menagis, lalu aku mencari sumber suaranya sampai akhirnya aku menemukannya dalam keadaan seluruh pakaiannya penuh dengan darah.” Kata Ibu Kor

“Aku tidak tahu apa yang telah terjadi padanya. Aku masih menunggu beberapa waktu disana, jangan-jangan ada orang yang datang mencarinya, tetapi melihatnya yang mulai kedinginan, aku tidak tega lalu ku bawa dia pulang.”

“Setiap hari aku ke tempat pembuangan sampah itu berharap menemukan orang yang mencarinya” Kata Ibu Kor, lalu ia terus mengisahkan tentang perjuangnnya untuk menemukan identitas Irvan.

Bahkan ia rela menjadi pengais sampah lalu tinggal di Kampung Mulung itu ternyata demi menanti siapapun yang datang mencari tahu tentang keberadaan Irvan.

Setelah mendengar apa yang dikisahkan Ibu Kor, Tuan Leon dan Pak Fais yakin sekali bahwa Irvan benar benar cucu tuan besar Parker yang mereka cari-cari, wajah yang sama, tanda lahir itu, pakaian yang berdarah dan tanggal kejadian semuanya sama menunjukan bahwa Irvanlah keturunan yang dicari-cari itu.

“Baiklah Ibu, sekarang sudah larut malam. Kami harus segera kembali dan Ibu juga butuh istirahat. Besokkan Irvan sudah bisa pulang, nanti ada anak buah kami yang akan mengatur semuanya, sehingga Ibu dan Irvan tidak usah repot-repot memikirkan tempat tinggal.” Kata tuan Leon mengakhiri pertemua mereka lalu mereka pamitan disitu.

Namun sebelum benar-benar pergi, Tuan Leon seperti mengingat sesuatu, lalu ia meminta Ibu Kor agar jangan dulu bercerita apa-apa tentang semua yang mereka perbincangkan saat ini. Biarlah nanti dijelaskan sendiri oleh Tuan Besar Parker.

Bersambung….

Terpopuler

Comments

Mawar Putih

Mawar Putih

ini br bagus ceritanya

2022-02-27

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
2 BAB 2. Tidak Puas Dicampakan
3 BAB 3. Menjebak Irvan
4 BAB 4. Menunggu Napas Buatan
5 BAB 5. Menukar Bekas Tubuh
6 BAB 6. Kesamaa Nasib
7 BAB 7. Penyesalan Fania
8 BAB 8. Di Keluarkan dari Kampus
9 BAB 9. Terimalah Balasan Ku
10 BAB 10. Irvan di Buntuti
11 BAB 11. Senjata Lada
12 BAB 12. Kampung Mulung di gusur, Irvan dikeroyok warga hingga pinsan
13 BAB 13. Irvan di Rumah Sakit
14 BAB 14. Satu Jam Lagi
15 BAB 15. Identitas Irvan Diketahui
16 BAB 16. Rasa Penasaran di Hati Irvan
17 BAB 17. Bertemu Kakek Parker
18 BAB 18. Handuk Lepas, Fania Kembali Ke Kampus
19 BAB 19. Permohonan Maaf Fania
20 BAB 20. Tuan Leon Berlulut Sambil Memohon Maaf
21 BAB 21. Irvan salah Tingkah
22 BAB 22. Berdua Melepas Rindu
23 BAB 23. Irvan dan Fania Jatuh Cinta, Viki bersama Gengnya Pertemuan
24 BAB 24. Kepolosan Fania diamanfaatkan
25 BAB 25. Informasi Tentang Fania Mulai Diketahui
26 BAB 26. Di Duga Fania Adalah Puteri Mark
27 BAB 27. Takut menyusahkan Irvan
28 BAB 28. Masuk dalam scenario Irvan dan Tuan Leon
29 BAB 29. Fania adalah Puteri Mark
30 BAB 30. Black Diamond
31 BAB 31. Dua Hati Menyatu dalam Satu Ikatan Cinta
32 BAB 32. FANIA MENIKMATI
33 BAB 33. Febin Mark dan Aleks
34 BAB 34. Informasi Baik dan Buruk
35 BAB 35. Fania di Teror dan Nyaris Terbunuh
36 BAB 36. Mencari Dalang
37 BAB 37. Tiara dan Cika menyesal. Ada Serangan di Jalan
38 BAB 38. Fania Lolos dari Pemerkosaan
39 BAB 39. Komitmen dan Janji Fania
40 BAB 40. Karena Kalah Bersaing
41 BAB 41. Irvan dan Fania tidak Mendapat Undangan
42 BAB 42. Hotel Fomea
43 BAB 43. Hotel Fomea 2
44 BAB 44. Ditampar dengan Uang
45 BAB 45. Rika Ingin Kembali Ke Irvan
46 BAB 46. Membebaskan Musuh.
47 BAB 47. Membeli Mobil Murah
48 BAB 48. Utusan Tuan Leon
49 BAB 49. Tindakan Menghancurkan Bastian
50 PENGUMUMAN
51 BAB 50. Petra dan Fania Bersaudara
52 BAB 51. Tiga Nyawa Melayang Dalam Sekejap
53 BAB 52. Heboh Berita Kematian Irvan
54 Bab 53. Pengakuan Aleks
Episodes

Updated 54 Episodes

1
BAB 1. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
2
BAB 2. Tidak Puas Dicampakan
3
BAB 3. Menjebak Irvan
4
BAB 4. Menunggu Napas Buatan
5
BAB 5. Menukar Bekas Tubuh
6
BAB 6. Kesamaa Nasib
7
BAB 7. Penyesalan Fania
8
BAB 8. Di Keluarkan dari Kampus
9
BAB 9. Terimalah Balasan Ku
10
BAB 10. Irvan di Buntuti
11
BAB 11. Senjata Lada
12
BAB 12. Kampung Mulung di gusur, Irvan dikeroyok warga hingga pinsan
13
BAB 13. Irvan di Rumah Sakit
14
BAB 14. Satu Jam Lagi
15
BAB 15. Identitas Irvan Diketahui
16
BAB 16. Rasa Penasaran di Hati Irvan
17
BAB 17. Bertemu Kakek Parker
18
BAB 18. Handuk Lepas, Fania Kembali Ke Kampus
19
BAB 19. Permohonan Maaf Fania
20
BAB 20. Tuan Leon Berlulut Sambil Memohon Maaf
21
BAB 21. Irvan salah Tingkah
22
BAB 22. Berdua Melepas Rindu
23
BAB 23. Irvan dan Fania Jatuh Cinta, Viki bersama Gengnya Pertemuan
24
BAB 24. Kepolosan Fania diamanfaatkan
25
BAB 25. Informasi Tentang Fania Mulai Diketahui
26
BAB 26. Di Duga Fania Adalah Puteri Mark
27
BAB 27. Takut menyusahkan Irvan
28
BAB 28. Masuk dalam scenario Irvan dan Tuan Leon
29
BAB 29. Fania adalah Puteri Mark
30
BAB 30. Black Diamond
31
BAB 31. Dua Hati Menyatu dalam Satu Ikatan Cinta
32
BAB 32. FANIA MENIKMATI
33
BAB 33. Febin Mark dan Aleks
34
BAB 34. Informasi Baik dan Buruk
35
BAB 35. Fania di Teror dan Nyaris Terbunuh
36
BAB 36. Mencari Dalang
37
BAB 37. Tiara dan Cika menyesal. Ada Serangan di Jalan
38
BAB 38. Fania Lolos dari Pemerkosaan
39
BAB 39. Komitmen dan Janji Fania
40
BAB 40. Karena Kalah Bersaing
41
BAB 41. Irvan dan Fania tidak Mendapat Undangan
42
BAB 42. Hotel Fomea
43
BAB 43. Hotel Fomea 2
44
BAB 44. Ditampar dengan Uang
45
BAB 45. Rika Ingin Kembali Ke Irvan
46
BAB 46. Membebaskan Musuh.
47
BAB 47. Membeli Mobil Murah
48
BAB 48. Utusan Tuan Leon
49
BAB 49. Tindakan Menghancurkan Bastian
50
PENGUMUMAN
51
BAB 50. Petra dan Fania Bersaudara
52
BAB 51. Tiga Nyawa Melayang Dalam Sekejap
53
BAB 52. Heboh Berita Kematian Irvan
54
Bab 53. Pengakuan Aleks

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!