Tuan Leon sangat bijaksana. Ia tidak ingin mengevaluasi direktur dihadapan anak buahnya. Namun kekesalannya terhadap pelayanan Sara dan Lisa harus diatasi demi kemanusiaan.
Beberapa saat setelah mereka diruangan, Direktur menyambut Tuan Leon dengan beberapa kata-kata sambutan, lalu memperkenalkan keduanya kepada semua orang yang hadir disitu. Di saat itulah mata Sara dan Lisa terbuka lebar.
Sara lebih dahulu berlutut, bukan karena menyadari kesalahannya, tetapi ia sadar bahwa pria dihadpannya dapat saja membuatnya kehilangan pekerjaaan. Mengenai perkataan tidak sopan yang dilontarkannya tadi dianggap biasa saja, kerena kata-kata seperti itu sudah selalu dikatakannya, namun tidak masalah.
Sementara Lisa yang telah menyadari betapa berkuasanya orang inipun segera berlutut memohon belas kasihan.
Tuan Leon meminta mereka berdiri, ia menyerahkan kembali semua urusan pelayanan rumah sakit kepada Direktur dan pejabatnya, namun ia meminta agar sikap seperti yang ia alami siang tadi tidak boleh lagi diulangin kepada siapapun.
Saat ini hati Tuan Leon sedang bahagia karena Irvan, sehingga ia tidak ingin terlalu keras, namun ia meminta Direktur agar segera mengeevaluasi kebiajakan keuangan yang mewajibkan membayar lebih dahulu baru diperiksa.
“Mulai detik ini juga hapus kebijakan tidak manusiawi yang kalian buat diluar pengetahuanku. Rumah sakit ini dibangun demi kemanusiaan bukan bisnis.” Kata Tuan Leon dengan keras.
Ia juga meminta agar semua pekerja harus ramah kepada siapapun. Lalu yang terakhir ia menegaskan kepada semua mereka agar tidak ada satu orangpun yang boleh menceritakan kejadian yang terjadi hari ini. anggap saja kejadiannya tidak pernah ada.
Semua itu daintisipasinya demi menjaga keamanan Irvan, jikalau ia benar-benar keturunan Tuan Parker.
Setelah menyudahi perkatannya, Tuan Leon memperhatikan jam ditangnnya, lalu ia pamit ke ruangan nginap, dimana Irvan berada.
Setiba disana, tampak Aro dan dua temannya sedang berada di luar. Mereka tetap bersiaga menjalankan tugas yang diamanatkan.
“Bagaimana keadaan anak muda itu?” Tanya Pak Fais kepada Aro ketika mereka tiba
“Dia baik-baik saja dan sudah boleh dikunjungi,” kata Aro menjawab.
Tanpa berkata-kata lagi, Tuan Leon dan Pak Fais segera mengetuk pintu ruangannya, lalu keduanya masuk.
Mereka ingin sekali berbicara dengan Irvan, namun sayangnya Irvan telah pulas tidur. Mungkin efek obat yang masih bekerja.
“Selamat malam Tuan-tuan,” kata Ibu Kor dengan membungkuk saat melihat Tuan Leon dan Pak masuk.
“Selamat malam Ibu, bagaimana keadaannya?” Tanya Tuan Leon.
“Syukur kepada Tuhan dan terima kasih, karena Tuan telah membiayai pengobatannya. Ia tidak kenapa-kenapa, hanya saat ini sedang tertidur pulas.” Ucap Ibu Kor dengan senyum iklas diwajahnya
“Baiklah kalau begitu, kami turut senang.” Ucap Tuan Leon sambil berjalan mendekat ke tempat tidurnya Irvan.
Setelah berada persis di dekat Irvan, tubuh Tuan Leon menegang. Napasnya naik-turun sangat cepat. Bola matanya membesar menatap wajah Irvan.
Memang tadi ia telah melihat Irvan, namun saat itu dilakukannya dengan terburu-buru, mengingat kondisi Irvan yang sedang kritis.
Sejenak kemudian setelah Tuan Leon kembali menguasai dirinya, dengan cermat ia memperhatikan setiap inci dari wajah orang yang sangat dicarinya bertahun-tahun lamanya.
Seakan-akan yang dilihatnya saat ini bukanlah Irvan melainkan Tuan Muda Erik Parker yang telah hidup kembali.
Jikalau ia sendiri, pastinya Tuan Leon sudah menangis, namun karena ada Pak Fais dan Ibu Kor, ia menahan dirinya.
Sesuadah puas memperhatikan wajah Irvan, Tuan Leon meminta kesediaan Ibu Kor untuk berbicara sebentar dengannya.
Ia sadar bahwa saat ini sudah tengah malam, tapi kenyataan mengenai anak muda yang sedang terbaring itu harus segera ia ketahui.
Bertahun-tahun mencari dan saat ini telah menemukan titik sangat terang, tidak mungkin ia bisa menahan diri untuk tidak bertanya tentang identitan Irvan.
“Kalau begitu kita bicara diluar saja!” Ajak Tuan Leon tidak ingin mengganggu kenyamana tidur Irvan, lalu mereka bertiga pergi ke ruang khusus yang tadi telah dipersiapkan direktur kepadanya.
Setibanya mereka di sana, Tuan Leon yang sudah tidak sabaran, langsung berbicara terus terang kepada Ibu Kor.
“Saya tahu Ibu pasti sedang bertanya-tanya tentang siapa kami. Saya Leon dan ini Pak Fais. Kami ini adalah anak buah dari orang terkaya di negeri kita ini” Kata Tuan Leon memperkenalkan diri.
Tanpa menunggu respon apa-apa dari Ibu Kor, ia melanjutkan kata-katanya
“Dua puluh tiga tahun lalu telah terjadi pembantaian sebuah keluarga konglomerat di negara kita ini. Semuanya mati dibunuh, terkecuali tuan kami sang kepala keluarga yang dibiarkan hidup bersama seorang bayi kecil yang berumur dua bulan. Namun sayangnya, bayi itu dibawa pergi entah kemana oleh para pembunuh, sehingga kami semua tidak pernah mengetahui keberadaannya”
“Hanya dengan keyakinan, Tuan Besar tahu bayi itu masih hidup, lalu ia meminta kami untuk terus mencari keberadaannya bertahun-tahun lamanya.”
“kami tidak mengetahui seperti apa wajahnya, tetapi ada tanda lahir dibelakang daun telinganya.” Kata tuan Leon lagi membuat mata Ibu Kor semakin melotot tanda antusias dan keget mendengar cerita itu
Lalu tuan Leon melanjutkan “Kami telah mengetahui bahwa anak ibu mempunyai tanda lahir yang sama dan setelah kami memperhatikannya dengan secermat mungkin, wajahnya juga ternyata mirip sekali dengan mendiang tuan muda anak laki-lakinya tuan besar kami.”
“Tolong kami Ibu, kami ingin tahu identitas Irvan?” Tanya Tuan Leon mendebarkan hati Ibu Kor.
Antara senang dan sedih bercampur aduk di dalam hati Ibu Kor. Ia yakin, Irvan adalah yanganak yang mereka cari. Ia bahagia karena anak yang dirawatnya sejah kecil ternyata masih memiliki keluarga, tapi ini juga berarti ia harus bersedia kehilangan anak sematawayangnya.
Ibu Kor menangis tersedu-sedu. Ia sedih sekali hingga beberapa saat kemudian barulah mampu menguasai perasaaanya.
Ia tenang, kuatkan dirinya, kemudian spontan ia berkata kepada tuan Leon
“Jika demikian ceritanya, Irvanlah anak yang Tuan-tuan cari!” Kata Ibu Kor mengharukan sekali.
Tuan Leon merasa merinding disekujur tubuhnya, matanya berbinar-binar, menahan tangis.
Pak Fais mengangkat kedua tangannya lalu sekeras-kerasnya memegang kepalanya. Ia bahagia sekali.
Ibu Kor tidak bisa menahan diri lagi untuk kembali menangis, lalu dengan air mata yang terus mengalir ia berlutut dan memohon agar mereka tidak memisahkan dia dengan Irvan
Tuan Leon yang tidak ingin mendapat perlakuan sedemikian terhormat oleh Ibu Kor segera membungkuk dan memegang lengan Ibu Kor dan memintanya untuk berdiri lalu meminta Ibu Kor melanjutkan ceritanya tentang Irvan.
“Aku tidak tahu latar belakang Irvan seperti apa, tapi dua puluh tiga tahun lalu, tepatnya tanggal 13 April, saat itu matahari telah terbenam, aku melewati tempat pembungan sampah untuk pulang ke rumah.” Cerita Ibu Kor mulai menegang. Lalu dengan napas yang naik turun ia melanjutkan semua ceritanya.
“Saat aku ditengah-tengah lokasi pembuangan sampah, terdengan ada suara bayi menagis, lalu aku mencari sumber suaranya sampai akhirnya aku menemukannya dalam keadaan seluruh pakaiannya penuh dengan darah.” Kata Ibu Kor
“Aku tidak tahu apa yang telah terjadi padanya. Aku masih menunggu beberapa waktu disana, jangan-jangan ada orang yang datang mencarinya, tetapi melihatnya yang mulai kedinginan, aku tidak tega lalu ku bawa dia pulang.”
“Setiap hari aku ke tempat pembuangan sampah itu berharap menemukan orang yang mencarinya” Kata Ibu Kor, lalu ia terus mengisahkan tentang perjuangnnya untuk menemukan identitas Irvan.
Bahkan ia rela menjadi pengais sampah lalu tinggal di Kampung Mulung itu ternyata demi menanti siapapun yang datang mencari tahu tentang keberadaan Irvan.
Setelah mendengar apa yang dikisahkan Ibu Kor, Tuan Leon dan Pak Fais yakin sekali bahwa Irvan benar benar cucu tuan besar Parker yang mereka cari-cari, wajah yang sama, tanda lahir itu, pakaian yang berdarah dan tanggal kejadian semuanya sama menunjukan bahwa Irvanlah keturunan yang dicari-cari itu.
“Baiklah Ibu, sekarang sudah larut malam. Kami harus segera kembali dan Ibu juga butuh istirahat. Besokkan Irvan sudah bisa pulang, nanti ada anak buah kami yang akan mengatur semuanya, sehingga Ibu dan Irvan tidak usah repot-repot memikirkan tempat tinggal.” Kata tuan Leon mengakhiri pertemua mereka lalu mereka pamitan disitu.
Namun sebelum benar-benar pergi, Tuan Leon seperti mengingat sesuatu, lalu ia meminta Ibu Kor agar jangan dulu bercerita apa-apa tentang semua yang mereka perbincangkan saat ini. Biarlah nanti dijelaskan sendiri oleh Tuan Besar Parker.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Mawar Putih
ini br bagus ceritanya
2022-02-27
0