BAB 4. Menunggu Napas Buatan

Fania tidak ingin Irvan tahu penyebabnya datang membersihkan kolam. Dia kuatir jangan-jangan jadi masalah, karenanya sebelum ada pertanyaan lagi ia terlebih dahulu mohon diri untuk pergi ke kolam lain

Irvanpun mengiyakan sambil memberi pesan agar Fania berhati-hati sebab kolamnya licin. Fania mengangguk, lalu pergi ke kolam yang paling ujung.

Berada di belakang mereka, diantara semak-semak, Viki, Reis, Anjas dan Via duduk sambil menyesal. Harapan mereka sejak tadi membuntuti Fania, gagal.

Harusnya pekerjaan mereka sudah selesai, jika tadi Irvan menabrak Fania dan keduanya jatuh saling menindih.

Mereka ingin Irvan memeluk Fania saat jatuh saling menindih, karena dengan begitu, mereka bisa memotretnya dan memiliki bukti foto yang jelas untuk memfitnah Irvan.

Walaupun sedikit kesal, namun semangat keempat orang itu tidak pudar. Mereka tidak akan berhenti sebelum mendapatkan sesuatu untuk dijadikan alasan siasat jahat mereka.

Mereka membagi tempat agar lebih mudah membuntuti kedua orang yang sedang membersihkan kolam itu.

Via bersama Reis pergi ke sisi timur, sementara Viki dan Anjas tetap disana untuk memperhatikan Irvan.

“Hati-hati dan jangan ribut,  supaya tidak ketahuan,” kata Anjas memberi pesan kepada Via dan Reis, lalu sambil menunduk keduanya berjalan ke tempat yang ditunjukan pada mereka.

Setibanya disana, Via dan Reis mengambil posisi yang strategis untuk memotret, kalau-kalau saat yang mereka tunggu terjadi.

Sementara ke empat orang itu sibuk bersembunyi menantikan niat jahat mereka tercapai, Fania dan Irvan tetap menjalankan kerja mereka dengan iklas.

Tidak ada sedikitpun rasa tersiksa terlihat di wajah mereka. Keduanya kelihatan bahagia  menjalankan hukuman itu.

Sambil membersihkan, kadang-kadang Irvan mencuri pandang, ia melihat Fania dari kejauhan.  Ia sangat terpesona dengan Fania. Sudah cantik, lembut lagi suaranya. Puji Irvan dalam hatinya.

“Manis sekali ….” Puji Irvan dalam hatinya ketika ia mengingat senyuman Fania.

Keinginan awalnya untuk menutup diri dari persoalan cinta ternyata tidak bertahan. Temboknya mulai retak sejak ia berkenalan dengan Fania tadi. Rasa suka mulai muncul dihatinya.

Di tempatnya, Fania yang sadar bahwa Irvan sering mencuri pandang kepadanya, tersenyum-senyum sambil bekerja.

Hatinya gembira. Entah apa penyebabnya? Tidak diketahuinya, tapi yang pasti pertemuanya dengan Irvan kali ini memunculkan rasa bahagia yang sulit dijelaskannya

“Na … nana ... nana ... na, na … nana ... nana ... na ….” Nyanyi Fania mengekspresikan kebahagiannya.

Ditempat persembunyian, Via dan Reis merasa sangat jengkel melihat Fania yang terus bernyanyi.

“Sial gadis itu, di hukum kok malah bahagia.” Kesal Via.

“Sudahlah … kita tunggu saja waktunya, kebahagiaan itu hanya sementara.” Jawab Reis menghibur.

“Lihat, Fania mulai membersihkan bagian tengah kolam. Alatnya pendek. Pasti dia akan berdiri di tepi kolam. Mudah-mudahan dia segera jatuh, karena tepi kolam itu sangat licin.” Kata Reis lagi penuh harap.

“Na … nana ... nana ... na, na … nana ... nana ... na ….”

Fania terus membunyikan nada-nada indah lagu kesukaannya, sedangkan Via dan Reis terus makan hati karena kesal menyaksikan kebahagiaan Fania.

Tiba-tiba…

“Lihat ... Lihat itu.... Yes … yes … yes....” Teriak Via penuh tekanan namun pelan

Bur!!!

“Tolong-tolong …” Fania berteriak ketakutan.

Harapan keempat orang itu terwujud. Via jatuh ke kolam.

Bukannya menolong, malah tertawa bahagia sambil sibuk menyiapkan kamera.

Via dan Reis, yang saking bahagianya hampir saja berpelukan, untung saja Via lebih dahulu menyadarinya.

“Apa yang mau kau lakukan,” kata Via mengagetkan Reis yang tangnnya telah sampai ke pundak Via.

Secara spontan Reis menarik kembali tangnnya lalu mengarahkan kamera ke arah kolam tempat  Fania terjatuh.

Di kejauhan sana, Viki dan Anjas pun memutar arah kamera mereka ke tempat Fania. Viki sangat senang sambil mengutuki Fania, katanya “mampus kau”

Fania tidak bisa berenang. Kaki dan tangannya meronta-ronta di air seakan mencari pegangan dan pijakan namun semuanya sia-sia.

Fania berteriak lebih keras lagi meminta tolong hingga suara kasarnya  keluar menggema di udara.

Irvan yang baru mendengar teriakan ke dua ini, segera melihat ke kolam ujung sambil berpikir ada apa dengan Fania. Iapun mengarahkan pandangannya kesana kemari untuk mencari keberadaan Fania. Namun ia tidak melihatnya

Irvan mulai curiga, jangan-jangan Fania jatuh, lalu langsung mengarahkan matanya ke dalam kolam.

Benar kecurigaannya, ada sepasang tangan naik dan turun di permukaan kolam. “Fania tenggelam” katanya sambil berlari dengan kencangnya menuju ke kolam ujung.

Burrrr!

Tanpa menunggu lama, Irvan menyebur dirinya ke kolam, memunculkan percikan air ke samping kiri dan kanan bagaikan mancuran di taman.

Ia berenang sangat cepat sampai ke tempat dimana Fania tenggelam.

“Fania … Fania … dimana kamu?" Teriak Irvan sambil berenang kesana kemari.

Irvan terus berenang sambil menyelam, namun tidak menemukan apa-apa.

Irvan kembali menaikan kepalanya ke permukaan air, menarik nafas lalu menyelam lagi hingga beberapa kali. Hasilnyapun nihil.

Ia kecapean, tapi tetap bertekat untuk menemukan Fania. Kali ini ia berenang ke bagian tengah kolam. Tiba tiba, seperti merasakan sesuatu.

Irvan menarik napas dalam-dalam, lalu menenggelamkan tubuhnya untuk memastikan apa yang disentuh oleh kakinya.

“Ya ... betul. Ini manusia,” ucap Ivan dalam hatinya ketika tangannya menyentuh sesuatunya Fania.

Irvan segera menarik Fania ke permukaan air, mendorongnya ke tepi, lalu dengan sekuat tenaga mengangkatbya keluar dari kolam.

“Fan … jangan mati Fan … kita baru saja kenalan” ucap Irvan sambil memperhatikan bagian dada Fania apakah ada gerakan tanda masih bernapas atau tidak.

Karena tidak melihat ada tanda pergerakan, Irvan merapatkan telinganya ke hidung dan mulut Fania untuk merasakan napasnya, “tidak ada juga.” Kata Irvan

“Jangan panik, jangan panik,” ucap Irvan menguatkan dirinya sambil mengarahkan tangnnya ke leher Fania untuk mengecek denyut nadi. Ia tidak merakan apa-apa disana lalu mencobanya lagi dibagian tangan.

Denyut nadi Fania tidak juga terasa ditangan. Irvan tidak habis akal. Ia tahu bahwa saat ini yang harus dilakukannya adalah pemberian tindakan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation).

Memang ada perasaan lain, ketika Irvan membayangkan akan melakukan tindakan itu, tapi ia tidak mempedulikan perasaannya demi keselamatan Fania. Ia segera melaksanakannya.

Irvan menindihkan kedua tangannya ditengah-tengah dada Fania, lalu ia tekan sedalam lima centimeter secara berulang sebanyak 30 kali dalam hitungan dua puluh detik.

Saat Irvan sedang memberi pertolongan pertama, dua buah kamera yang telah stand by sejak tadi menunggu adegan ini secara berulang kali terus mengambil gambar.

“Pret, pret, pret ….” Suara jepteran kamera.

“Trus perhatikan dan selalu bersiap.” Kata Via mengingatkan Reis sambil berpikir semoga ada adegan pemberian napas buatan.

Ditempat yang berbeda, Viki bergembira, karena rencana mereka terwujud dalam waktu yang singkat. Ia berkata kepada Anjas, tetapi maksud sesungguhnya ditujukan untuk Irvan

“Ayo cepat … berikan napas buatan … jika tidak kekasihmu akan mati. Ayo cepat brengk**k” kata Viki tidak sabar.

Disisi Irvan, karena tekanan-tekanan yang dilakukan itu tidak membuahkan hasil, maka ia akan mencoba tindakan yang terakhir.

“Saatnya untuk mencoba cara yang terakhir,” pikir Irvan. Jika gagal lagi, ia telah bertekat untuk membawa Fania ke ruang P3K kampus agar bisa mendapatkan pertolongan medis.

Kali ini, ia akan memberi napas buatan untuk membuka jalan napas Fania.

Dengan sangat hati-hati Irvan memiringkan kepala Fania ke belakang lalu mengangkat dagunya.

Viki yang memperhatikan adegan itu langsung berkata “yes … yes… ambil semua adegan itu!” perintahnya kepada Anjas.

Sementara diposisi Via, Reis berujar “Benar Irvan ... itu tindakan yang baik,” ejeknya bahagia karena melihat Irvan akan memberi napas buatan.

Secara perlahan Irvan terus mengangkat dagu Fania. Dalam pikirnya ia mengharapkan keselamatan Fania Irvan menjepit hidung Fania hingga tertutup rapat, kemudian mengambil napas normal lalu menutup mulut Fania dengan mulutnya untuk membuat segel kedap udara, lalu ia  hembuskan udara dua kali dalam hitungan sedetik.

Irvan berjuang untuk selamatkan Fania, tetapi dari tempat yang tidak diketahuinya ke empat orang itu terus mengambil gambar fotonya.

Dirasa foto-foto yang mereka ambil sudah cukup, Viki memberi kode kepada Reis dan Via, agar mereka meninggalkan tempat itu.

Dalam perjalan pulang Viki sangat bahagia sekali karena tinggalah satu langkah lagi, maka musuh besarnya dipastikan akan dikeluarkan dari kampus.

Kebahagiaannya itu patut untuk dirayakan pikirnya, lalu ia mengarahkan ketiga kawannya agar menuju Kantin.

Sementara ke empat orang itu kembali, Irvan juga berencana membawa Fania ke ruang P3K. Sekuat tenaga ia menggendong Fania, namun baru beberapa langkah berjalan, ada semacam suatu dorongan dalam hatinya untuk mencoba sekali lagi.

Irvan menuruti dorongan hatinya. Ia kembali ke tempat semula, membaringkan Fania secara perlahan untuk memberikan CPR lagi.

Irvan kembali membuat tekanan di dada Fania seperti awalnya, namun tidak membuahkan hasil apapun juga.

Tubuh Irvan melemas karena pikirnya jangan-jangan Fania!

Bersambung…

Episodes
1 BAB 1. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
2 BAB 2. Tidak Puas Dicampakan
3 BAB 3. Menjebak Irvan
4 BAB 4. Menunggu Napas Buatan
5 BAB 5. Menukar Bekas Tubuh
6 BAB 6. Kesamaa Nasib
7 BAB 7. Penyesalan Fania
8 BAB 8. Di Keluarkan dari Kampus
9 BAB 9. Terimalah Balasan Ku
10 BAB 10. Irvan di Buntuti
11 BAB 11. Senjata Lada
12 BAB 12. Kampung Mulung di gusur, Irvan dikeroyok warga hingga pinsan
13 BAB 13. Irvan di Rumah Sakit
14 BAB 14. Satu Jam Lagi
15 BAB 15. Identitas Irvan Diketahui
16 BAB 16. Rasa Penasaran di Hati Irvan
17 BAB 17. Bertemu Kakek Parker
18 BAB 18. Handuk Lepas, Fania Kembali Ke Kampus
19 BAB 19. Permohonan Maaf Fania
20 BAB 20. Tuan Leon Berlulut Sambil Memohon Maaf
21 BAB 21. Irvan salah Tingkah
22 BAB 22. Berdua Melepas Rindu
23 BAB 23. Irvan dan Fania Jatuh Cinta, Viki bersama Gengnya Pertemuan
24 BAB 24. Kepolosan Fania diamanfaatkan
25 BAB 25. Informasi Tentang Fania Mulai Diketahui
26 BAB 26. Di Duga Fania Adalah Puteri Mark
27 BAB 27. Takut menyusahkan Irvan
28 BAB 28. Masuk dalam scenario Irvan dan Tuan Leon
29 BAB 29. Fania adalah Puteri Mark
30 BAB 30. Black Diamond
31 BAB 31. Dua Hati Menyatu dalam Satu Ikatan Cinta
32 BAB 32. FANIA MENIKMATI
33 BAB 33. Febin Mark dan Aleks
34 BAB 34. Informasi Baik dan Buruk
35 BAB 35. Fania di Teror dan Nyaris Terbunuh
36 BAB 36. Mencari Dalang
37 BAB 37. Tiara dan Cika menyesal. Ada Serangan di Jalan
38 BAB 38. Fania Lolos dari Pemerkosaan
39 BAB 39. Komitmen dan Janji Fania
40 BAB 40. Karena Kalah Bersaing
41 BAB 41. Irvan dan Fania tidak Mendapat Undangan
42 BAB 42. Hotel Fomea
43 BAB 43. Hotel Fomea 2
44 BAB 44. Ditampar dengan Uang
45 BAB 45. Rika Ingin Kembali Ke Irvan
46 BAB 46. Membebaskan Musuh.
47 BAB 47. Membeli Mobil Murah
48 BAB 48. Utusan Tuan Leon
49 BAB 49. Tindakan Menghancurkan Bastian
50 PENGUMUMAN
51 BAB 50. Petra dan Fania Bersaudara
52 BAB 51. Tiga Nyawa Melayang Dalam Sekejap
53 BAB 52. Heboh Berita Kematian Irvan
54 Bab 53. Pengakuan Aleks
Episodes

Updated 54 Episodes

1
BAB 1. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
2
BAB 2. Tidak Puas Dicampakan
3
BAB 3. Menjebak Irvan
4
BAB 4. Menunggu Napas Buatan
5
BAB 5. Menukar Bekas Tubuh
6
BAB 6. Kesamaa Nasib
7
BAB 7. Penyesalan Fania
8
BAB 8. Di Keluarkan dari Kampus
9
BAB 9. Terimalah Balasan Ku
10
BAB 10. Irvan di Buntuti
11
BAB 11. Senjata Lada
12
BAB 12. Kampung Mulung di gusur, Irvan dikeroyok warga hingga pinsan
13
BAB 13. Irvan di Rumah Sakit
14
BAB 14. Satu Jam Lagi
15
BAB 15. Identitas Irvan Diketahui
16
BAB 16. Rasa Penasaran di Hati Irvan
17
BAB 17. Bertemu Kakek Parker
18
BAB 18. Handuk Lepas, Fania Kembali Ke Kampus
19
BAB 19. Permohonan Maaf Fania
20
BAB 20. Tuan Leon Berlulut Sambil Memohon Maaf
21
BAB 21. Irvan salah Tingkah
22
BAB 22. Berdua Melepas Rindu
23
BAB 23. Irvan dan Fania Jatuh Cinta, Viki bersama Gengnya Pertemuan
24
BAB 24. Kepolosan Fania diamanfaatkan
25
BAB 25. Informasi Tentang Fania Mulai Diketahui
26
BAB 26. Di Duga Fania Adalah Puteri Mark
27
BAB 27. Takut menyusahkan Irvan
28
BAB 28. Masuk dalam scenario Irvan dan Tuan Leon
29
BAB 29. Fania adalah Puteri Mark
30
BAB 30. Black Diamond
31
BAB 31. Dua Hati Menyatu dalam Satu Ikatan Cinta
32
BAB 32. FANIA MENIKMATI
33
BAB 33. Febin Mark dan Aleks
34
BAB 34. Informasi Baik dan Buruk
35
BAB 35. Fania di Teror dan Nyaris Terbunuh
36
BAB 36. Mencari Dalang
37
BAB 37. Tiara dan Cika menyesal. Ada Serangan di Jalan
38
BAB 38. Fania Lolos dari Pemerkosaan
39
BAB 39. Komitmen dan Janji Fania
40
BAB 40. Karena Kalah Bersaing
41
BAB 41. Irvan dan Fania tidak Mendapat Undangan
42
BAB 42. Hotel Fomea
43
BAB 43. Hotel Fomea 2
44
BAB 44. Ditampar dengan Uang
45
BAB 45. Rika Ingin Kembali Ke Irvan
46
BAB 46. Membebaskan Musuh.
47
BAB 47. Membeli Mobil Murah
48
BAB 48. Utusan Tuan Leon
49
BAB 49. Tindakan Menghancurkan Bastian
50
PENGUMUMAN
51
BAB 50. Petra dan Fania Bersaudara
52
BAB 51. Tiga Nyawa Melayang Dalam Sekejap
53
BAB 52. Heboh Berita Kematian Irvan
54
Bab 53. Pengakuan Aleks

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!