Seharian Widia menemani Erwin di stand pameran, tidak pergi ke tempat tujuan semula dan juga lupa waktu.
Menghabiskan waktu bersama Erwin membuat Widia bahagia, Erwin yang hangat, Erwin yang pandai merayu, Erwin yang mengagumkan saat berjualan.
Semua yang ada pada diri Erwin mencuri perhatian Widia, sampai-sampai Widia menyukai gaya marketing Erwin yang cenderung menggoda kepada pengunjung pameran yang berjenis wanita.
Erwin bukan tak melihat ponsel Widia terus berdering, tapi dia memang sengaja mengalihkan Widia agar hanya memperhatikannya.
Widia juga bukannya buta atau tuli saat ponsel sering berbunyi dan menampilkan panggilan dari suaminya, tapi perasaannya menolak untuk menerima gangguan dari Ivan. Dia bahkan tidak tau kenapa bersikap demikian.
Yang Widia rasa, bahagia tak terkira saat melewati hari bersama Erwin. Perasaan yang tak pernah dikenal sebelumnya itu meracuni Widia.
Otaknya mulai berubah pikiran, tak lagi sibuk memikirkan masa depan atau memikirkan suami dan anak, kepalanya dipenuhi cinta dan harapan hidup bersama pria yang sedang diamatinya.
Erwin hanya tersenyum melihat Widia yang tersipu karena kepergok mencuri pandang padanya. Sembari membereskan stand dan menutup pameran hari itu Erwin kembali menggoda Widia, "Kamu belum mau pulang?"
"Eh … udah tutup ya?" Widia melirik arlojinya yang menunjukkan tepat pukul empat sore.
"Mau nginep?" tanya Erwin tertawa melihat gelagat Widia yang bingung.
"Ya udah aku pulang dulu,” pamit Widia dengan berat hati.
Erwin yang sadar dengan keadaan Widia hanya mengulum senyumnya, “Besok kalau kamu nggak sibuk bisa main lagi ke sini!”
Widia mengangguk tak berdaya, pesona Erwin sudah menjeratnya hampir sempurna. Seperti pengunjung yang antusias datang dan langsung tertarik dengan dagangan Erwin lalu membeli tanpa berpikir, begitulah yang dialami Widia.
Jika Erwin memiliki mulut manis dan membuat orang yang berkunjung ke stand pameran sulit untuk berpaling ke stand lainnya, dia juga memiliki sesuatu yang membuat Widia mendadak jatuh cinta padanya.
Erwin memberikan berkas Widia yang diletakkan di atas meja kasir sebelum Widia keluar stand yang sudah di tutup rapat. Erwin sengaja mengambil tangan Widia agar menerima berkasnya.
Sentuhan ringan Erwin membuat Widia merasa aneh dan hilang kendali dirinya, selanjutnya dia hanya diam ketika Erwin menaikkan dagunya dan mengecup bibirnya dengan lembut.
Membawa Widia yang sedang mabuk ke dalam pelukan dan terus menautkan bibirnya di atas bibir Widia.
Merasa terbakar dan berdenyut di beberapa bagian tubuhnya, Widia menarik dirinya menjauh. Dadanya yang penuh asi serasa mau meledak, dia segera keluar meninggalkan stand saat dirasa air susunya mulai menetes keluar.
Widia menutup dadanya dengan berkas yang dibawanya dan pamit dengan terburu-buru, "Aku pulang, Bang! Besok aku kesini kalau nggak banyak kerjaan."
Erwin tersenyum manis dan mengangguk ringan, “Call me!”
Menurunkan tangan yang baru saja memberikan kode pada Widia untuk menghubunginya lewat telepon, Erwin menyeringai senang dan bergumam ringan. “Cantik sekali … sayang untuk dilewatkan!”
Erwin menatap Widia yang setengah berlari ke arah parkiran, pikirannya yang kotor dan iseng sudah mengembara ke surga yang akan dilewatinya bersama Widia.
Dengan malas Erwin melangkahkan kaki ke tempat jajanan anak-anak, membeli beberapa untuk oleh-oleh dua putrinya yang menunggu di rumah. Membeli dua bungkus siomay untuk dirinya dan istri, lalu pergi ke parkiran dan pulang tanpa beban.
Erwin juga sudah tidak sabar menunggu hari berganti, dia harus bertemu Widia lagi!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Al Fatih
waduuuuuh
2024-10-04
1
𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩
ya ampun ternyata
2023-04-13
0
𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩
ciri2 grngn
2023-04-13
0