Widia memutuskan tidak pergi ke kampus, dia merasa tidak enak badan. Suhu tubuh naik dan kepala Widia berdenyut sakit. Pusing, gemetar untuk bangkit dari tempat tidur.
Acara masak setiap pagi pun ditinggalkan, Widia hanya ingin berbaring dan lelap sebentar saja. Melupakan malam menyiksa yang dilewati bersama suami tercinta.
Dalam pelukan hangat Ivan, Widia bergerak gelisah. Pikirannya tidak bisa ditenangkan, tidak mau diajak tidur lagi.
Widia diam menatap langit-langit kamar, apa yang dirasakan tubuhnya mungkin efek dari kerasnya Ivan saat menjajah. Namun, ada kekalutan lain yang mendadak masuk dalam otak kecilnya.
Widia memprediksi kemungkinan apa saja yang jadi pertanda perubahan kondisi hormon saat wanita sedang hamil.
Dengan tergesa, Widia yang awalnya malas bergerak langsung menyingkirkan tangan Ivan dan masuk kamar mandi untuk membersihkan badan. Setelah itu Widia menyapu wajah cantik polos dengan bedak tipis dan menyisir rambut panjangnya.
Pilihan pakaian Widia hanya celana santai dan kaos longgar, dipadu tas selempang yang hanya menampung dompet dan ponsel.
Widia mengecup pipi Ivan sekilas untuk pamit keluar, "Van, aku keluar bentar ya!"
Ivan membuka mata sedikit dan mengerutkan dahi perlahan, "Kamu mau kemana pagi-pagi begini? Belum jam kuliah kan?"
"Cuma sebentar," jawab Widia sambil merapikan anak rambut ke belakang telinga.
Melirik jam di atas meja belajar Widia, Ivan mengeluh seraya menguap, "Aku antar?"
"Nggak perlu, cuma deket sini," tolak Widia halus.
"Belanja sayur?" Ivan mengamati wajah istrinya yang sedikit memerah.
"Bukan ... cuma beli beberapa kebutuhan. Aku belum masak, nanti pulang aku bungkusin makan aja ya?!"
Ivan duduk dengan malas, "Yakin nggak perlu diantar?"
Widia menggelengkan kepala ringan dan tersenyum manis, "Kamu mandi aja, paling lama satu jam aku udah balik. Kamu mau sarapan apa? Aku mau beli bubur ayam nanti."
Ivan menarik tangan Widia dan meletakkan di pipinya, lalu dengan sayang membuat Widia duduk di pangkuannya dan memeluk erat. "Kamu demam, kita ke dokter dulu aja!"
Dengan berat hati Widia menghembuskan nafas lelah, "Aku memang mau ke Puskesmas."
"Ya sudah aku mandi sebentar, nanti sarapan bubur ayam di tempat baru berobat." Ivan menurunkan Widia setelah mengusap pipi dan mencium puncak kepalanya.
Widia hanya perlu menunggu sepuluh menit sampai Ivan siap dengan rambut masih basah dan wajah mengantuknya. "Sekarang?"
"Besok habis lebaran …," jawab Ivan berbinar. Dia menyambar jaket yang berada di gantungan belakang pintu dan memakaikan pada tubuh istrinya, "Biar nggak kena angin!"
Widia tertegun, hatinya kembali bimbang. Ivan selalu mengacaukan pikiran buruknya, Widia masih ingat perasaan seperti apa yang dia punya saat bangun tidur tadi pada Ivan. Kesal, sakit hati dan benci saat melihat jejak lebam dan sakit di seluruh tubuh mulusnya.
Tapi akan kembali sayang dan mencintai saat diperlakukan Ivan dengan sangat manis seperti itu. Ivan bukan tak menyadari mata istrinya berkaca-kaca, tapi sisi lelakinya tetap egois dan membisikkan kalau dia tidak bersalah.
Apa yang terjadi pada Widia adalah wajar, sakit Widia bukan karenanya. Widia hanya lelah karena aktivitas di kampus dan itu hal biasa.
Mungkin Widia hanya terserang flu, itu yang ada di benak Ivan. Widia akan segera baik-baik saja setelah mendapatkan obat, dan Widia akan kembali sehat seperti sedia kala dan bisa menjadi istri yang memuaskan saat melayani has*ratnya.
Tak perlu mengantri lama, nomor periksa Widia dipanggil dan Ivan mendampingi sampai bertemu dokter di dalam ruangan praktek.
Beberapa hal yang ditanyakan dokter dijawab apa adanya oleh Widia, terutama mengenai siklus datang bulan dan kontrasepsi yang sedang digunakan pasutri muda tersebut.
Ivan menunggu dengan tak sabar, apa yang dikatakan Widia pada dokter sangat mengusik hatinya.
Widia tak minum obat anti hamil sudah sejak satu bulan lalu, jadi saat Widia keluar dari bilik untuk diambil sampel urine dan dokter memeriksanya ... Ivan mulai berkeringat dingin.
Selanjutnya bisa ditebak, Ivan dan Widia tampak tak bahagia saat dokter mengatakan, “Selamat ya! Ibu Widia positif hamil.”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
wong digarap trs tiap hari depan blkng mosso ra meteng yaa aneh
2022-10-23
0
Rania Puspa
Nah lu salah sp tu widia hamidun 🤭🤭
2022-04-19
1
Ririn Zhuliyanty
kurang greget klo gak ada dunia gaibnya mas Al,kasih yg berbau gaib dong..😅
2022-01-16
1