Hal indah yang dimimpikan Widia bersama Ivan terpenuhi, hari berganti bulan dilewati dengan romantis. Tidak ada Ivan yang kasar, yang ada hanya Ivan yang lembut dan sayang pada Widia dan bayi yang masih ada dalam kandungan.
Meski bertemu hanya dua hari dalam dua minggu, tapi Widia bahagia. Ivan juga tidak menunjukkan hal aneh saat melakukan hubungan suami istri dengannya, semua kembali normal dan manis seperti saat mereka pacaran.
"Van, semester depan aku nggak cuti buat melahirkan ya? Cuma rencananya aku nggak ambil mata kuliah teori, aku cuma ambil praktek mengajar tahap satu."
Ivan menatap skeptis, "Kamu udah janji mau ngasih asi baby kita selama enam bulan, nutut waktunya?"
"Kalau nggak bisa enam bulan, setidaknya empat bulan. Aku ambil prakteknya dua bulan sebelum semester berakhir."
"Kamu juga butuh istirahat, cuti penuh aja satu semester!" sambung Ivan meraba-raba perut Widia. Merasakan gerakan dari dalam perut istrinya membuatnya tertawa bahagia.
"Aku tidak ingin membuang waktu terlalu banyak, Van! Aku ingin cepat lulus, sudah punya anak juga … malu minta sama orang tua terus."
Ivan menatap dengan wajah sendu, “Aku tidak lolos seleksi, Beib. Aku nggak mau lanjut kuliah lagi, terlalu banyak ngulang. Mau kapan lulusnya?”
“Hah?” Widia melongo mendengar penuturan Ivan. “Trus kamu mau ngapain kalau nggak kuliah?”
“Kerja, aku punya tanggung jawab menghidupi kamu dan juga anak kita.”
“Tapi kamu mau kerja apa?”
“Ngurus usaha penggilingan padi."
"Tapi …," kata-kata Widia tertahan karena jari telunjuk Ivan menempel di bibirnya. Memintanya untuk diam sebentar mendengarkan penjelasan Ivan.
"Keputusanku punya banyak kelebihan dan sudah aku pertimbangkan matang-matang. Pertama, aku bisa membantu biaya kuliah, makan dan kosmu tanpa membebani orang tua kita.
Kedua, anak kita tidak mungkin berada di kos bersama kamu karena kamu sedang kuliah. Dia akan tinggal di rumah orang tuaku, aku bisa bantu mama menjaganya sampai kamu lulus."
"Kenapa harus seperti itu, Van?" tanya Widia. Suaranya terdengar lebih murung daripada yang dia inginkan.
Ivan memeluk istrinya, perut Widia yang besar terasa mengganjal sekaligus menyenangkan buat Ivan.
"Karena kamu harus fokus kuliah agar segera lulus kan? Juga karena aku sudah malas bertemu dosen, tetap di jurusan Teknik Elektro banyak ngulang dan pasti lulusnya lama, pindah jurusan sama dengan kuliah dari awal lagi.
Aku nggak punya pilihan lebih bagus daripada bekerja dan menabung untuk masa depan kita."
Widia terenyuh, "Aku akan berusaha untuk cepat lulus!"
Ivan meletakkan kedua tangan di bahu Widia dan membalik posisi agar membelakanginya, memeluk erat dari belakang seraya menunjuk lahan kosong di samping rumah yang terlihat jelas dari jendela kamar Ivan.
"Tanah itu milikku, kita bisa membangun rumah di sana nanti."
"Bagaimana dengan Kak Andi?" tanya Widia pelan.
Ivan mengetatkan pelukan dan menyandarkan dagu di bahu Widia, "Dia menolak tinggal di sini. Dia juga tidak memerlukan lahan itu karena sudah punya rumah. Kak Andi memberikan jatahnya padaku!"
"Kakakmu baik sekali ya?"
"Alasan lain tentu saja karena dia membebankan masa tua Papa dan Mama pada kita," jawab Ivan dengan tawa kecil.
Bibirnya menyentuh leher bawah telinga Widia saat bertanya lirih, "Apa Rizal sudah berhenti mengganggumu?"
Widia mengerang geli, hembusan nafas Ivan membuat bulu kuduknya berdiri. "Ya … tapi masih saja menatapku dengan benci."
"Dia tidak akan bertindak lebih jauh, harga dirinya terlalu tinggi untuk mengejar ibu muda yang akan punya bayi," ejek Ivan merasa menang.
Dengan tawa hambar Widia menyahut, "Mana ada laki-laki yang mau sama perempuan bersuami?"
"Kamu itu kalau nggak lagi hamil, atau nanti kalau udah melahirkan nggak kelihatan kalau udah ibu-ibu. Bilang masih gadis juga cowok bakal percaya," puji Ivan tulus.
Widia tertawa bangga, apa yang ada pada tubuhnya memang bisa dikatakan sebagai anugerah yang diinginkan semua wanita.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
buk e irul
kangen lanjut baca aku mas Al
2024-01-10
0
𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩
nutut paan sihh
2023-04-12
1
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
jreng jreng jreng siap2 derita dimulai
2022-10-23
0