Malam sudah sangat larut tapi Widia belum terpejam sedikitpun, dia mengusap air mata yang kembali meleleh membasahi pipinya.
Sudah hampir satu bulan Ivan selalu mengantar dan menjemputnya di kampus agar Widia merasa aman, dan memang itulah yang diharapkan Widia agar tidak diganggu oleh mantan pacarnya, Rizal.
Perhatian Ivan dan kasih sayangnya tak ada yang berubah, Widia tersanjung di saat siang.
Tapi satu hal yang menyiksa Widia pada malam menjelang adalah permintaan Ivan soal hubungan suami istri yang cenderung makin aneh dan kasar.
Widia sering mengeluh tapi tidak pernah didengarkan, Ivan sangat egois untuk hal intim satu itu.
Entah itu menyakiti fisik atau perasaan Widia, sudah tidak dipedulikan ivan. Saat melakukan 'hal itu' suami Widia berubah menjadi setan tanpa belas kasihan.
Ivan hanya mengejar kepuasan dan kesenangannya sendiri.
Widia kembali masuk kamar mandi dengan kesulitan, bagian belakangnya sakit saat dipakai berjalan. Dia juga harus menahan pedih saat membuang hajatnya.
Widia mendengus tersiksa, mengelap bercak darah pada area belakangnya dengan perlahan lalu membersihkannya dan memberinya obat oles.
"Jangan di situ, Van … itu menyakitkan, aku nggak tahan sakitnya!" keluh Widia tadi saat sesi percintaan sedang panas-panasnya bagi Ivan.
Suaminya hanya menyeringai gila, tak mengindahkan ekspresi Widia yang menahan nyeri hingga keringat dingin membanjiri wajahnya.
Ivan tetap asyik dengan dunia barunya, bermain di dalam kegelapan lain tubuh Widia yang tidak seharusnya dimasuki gairah besarnya.
Bagi Ivan, menikmati ekspresi istrinya yang seperti itulah yang membuatnya sangat terbakar dan tak terkendali untuk bermain lebih kasar lagi. Saat Widia mengaduh, saat itulah Ivan mendapatkan kepuasan tak terbatasnya.
Widia yang menangis saat selesai, dibelai dan ditenangkan Ivan dengan lembut. Tidak ada permintaan maaf, yang ada Ivan makin gila karena ingin mengulanginya di depan kamera yang menyala.
Adegan romantis versi Ivan itu terekam sempurna, betapa bahagianya Ivan melihat air mata Widia yang meleleh menahan sakit saat Ivan dengan kasar meregangkan kerapatan bagian belakangnya.
Widia lemas, tak bertenaga dan merasa hampir mati dengan penguasaan suaminya yang baru saja terjadi.
Tiga hari lalu, alam nirwananya harus berdarah karena alat main yang dibeli ivan menggesek terlalu keras hingga menimbulkan lecet yang parah, malam ini alam nerakanya mendapatkan penyiksaan yang sama mengerikan dengan beberapa hari lalu.
Darah tak lagi mengganggu pemandangan Ivan, buatnya ekspresi Widia lah yang paling membuat bangga, ekspresi yang mampu mengantarkan Ivan untuk mendapatkan pelepasan berkali-kali.
Widia yang sedih memikirkan cara untuk mengakhiri kegilaan Ivan pada tubuhnya, dia tidak mungkin memilih berpisah dengan pernikahan yang baru seumur jagung.
Keputusan Widia tidak minum obat anti hamil beberapa hari lalu mungkin adalah jalan, mungkin saja dengan kehamilannya, Ivan tidak lagi akan berbuat kasar saat menyentuhnya karena ada anak mereka yang sedang berkembang di rahim wanita cantik itu.
Widia tau, meskipun Ivan akan marah padanya dan merasa tak siap untuk menjadi Ayah di usia semuda itu, tapi Ivan bukan orang yang kejam pada anak-anak. Ivan sangat menyukai anak kecil, terlebih itu nanti adalah darah dagingnya.
Widia yakin Ivan akan tetap menyayangi dan merubah sikap kasar menjadi halus jika dia berhasil menumbuhkan janin dalam perutnya.
“Beib … ada apa? Kok malah melamun?" Ivan yang terbangun terkejut mendapati Widia tidak ada di tempat tidur, tapi duduk di atas kloset dengan mata basah dan pintu kamar mandi terbuka.
Widia tidak mau menjawab, tapi terisak dengan keras. Hatinya sakit dan dia menatap Ivan dengan perasaan tak terima, sedikit membenci tapi tak mampu membicarakannya.
"Apa masih sakit?" tanya Ivan dengan wajah sangat khawatir. Dia membantu Widia untuk berdiri dan memapahnya ke atas tempat tidur.
Dengan perhatian Ivan membuatkan Widia teh hangat dan memaksanya untuk minum obat pereda nyeri. Memijat punggung hingga kaki Widia yang sedang tengkurap hingga istrinya itu benar-benar lelap dan melupakan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Tidur di samping istrinya yang sudah teratur nafasnya, Ivan berbisik lembut, “Aku mencintaimu, Widia. Sangat.”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Kustri
g tega baca lanjutan'a
2024-10-15
0
Sri Bayoe
🙈🙈🙈
2023-04-23
1
𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩
☺️ boleh jga istilah alam nya
2023-04-12
1