Widia Oh Widia
Widia mengelap peluh yang membanjiri dahinya, perjalanan pulang dari kampus ke rumah kakaknya cukup jauh dan dia rela berjalan kaki demi menghemat uang sakunya.
Mahasiswi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan jurusan ekonomi itu hanya bisa mengeluh dalam hati. Dia tidak membawa payung pink kesayangannya sehingga harus kepanasan di siang hari yang cerah.
Blouse merahnya sudah basah di bagian punggung, sementara rok span di bawah lutut dan sepatu pantofel hak pendek yang dipakainya terasa sangat menyiksa. Widya bahkan yakin kakinya pasti sudah lecet karena mulai terasa sakit dan tidak nyaman saat digunakan untuk berjalan.
"Assalamualaikum …," salam Widia tidak ada yang menyahut, mungkin karena kakaknya sedang ada di dapur dan tidak mendengarnya. Dia berjalan menuju bagian belakang rumah dan menyapa kakaknya yang sedang menggoreng ikan, "Kak, aku pulang."
"Oh sorry, Kak Nita nggak denger kamu datang. Ini baru goreng lauknya, kamu udah keburu laper ya?" Tanya kakak perempuan Widia bersimpati.
Widia menggeleng ringan, "Mau mandi dulu, gerah banget."
"Oke, sekalian nunggu Mas Malik pulang biar bisa makan sama-sama. Sudah di jalan kok katanya."
Widya hanya bergumam mengiyakan seraya mengambil handuk di jemuran belakang dan masuk kamar mandi. Suara air bercampur dengan senandung sendu terdengar dari tempat Widia membersihkan diri.
"Tumben Mas Malik pulang siang?" Tanya Widia sesaat setelah selesai mandi.
"Nggak ada kelas, ngeluh nggak enak badan juga. Mungkin mau flu."
Widia menyisir rambutnya yang sedikit basah dan mendekati kakaknya, "Ohya, kalau Kak Nita jadi kontrak di tempat baru, aku kos dekat kampus aja ya biar nggak kejauhan?"
"Ibu nggak bakal bolehin, lagian lebih aman kamu tinggal sama Kak Nita kan? Lebih hemat juga karena Ibu nggak harus keluar biaya makan. Katanya kamu lagi nabung buat beli laptop," jawab perempuan yang lebih tua delapan tahun dari Widia.
"Tapi aku sungkan sama Mas Malik, aku nambahi beban. Kak Nita juga belum punya rumah sendiri."
Anita menghembuskan nafas berat, "Namanya juga pengantin baru, Wid. Tapi Kak Nita sama Mas Malik nggak keberatan ada kamu kok, biar gaji jadi guru honorer nggak besar tapi Kak Nita masih punya penghasilan tambahan dari anak-anak yang les privat."
Obrolan mengalir ringan sampai kakak ipar Widia datang dan mereka makan bersama. Masih membicarakan rencana Widia untuk tidak lagi tinggal bersama mereka.
Malamnya Widia menghubungi ibunya dan mengungkapkan semua alasannya untuk memisahkan diri dari kehidupan kakaknya. Alasan yang sangat masuk akal hingga Ibunya memberikan izin pada Widia untuk kos di dekat kampus.
Widia menempati kos barunya bersamaan dengan berakhirnya masa kontrak rumah kakaknya. Mereka pindah ke kontrakan baru yang jauh dari kampus Widia tapi lebih dekat dengan tempat kakak dan suaminya mengajar.
Merapikan tempat tinggalnya yang baru, Widia dibantu oleh pacarnya Ivan. Cowok jangkung dengan wajah manis itu baru dua bulan menjadi pacar Widia. Itu juga jadi salah satu alasan Widia kos di sana, karena dia ingin selalu dekat dengan Ivan.
Kos-kosan tempatnya tinggal cukup besar, terdiri dari dua bangunan terpisah tapi masih dimiliki orang yang sama. Bangunan sebelah kanan khusus untuk putra, sementara bangunan kiri untuk putri dengan gerbang terpisah sekitar 20 meter. Ivan menempati salah satu kamar di bangunan besar sebelah kanan sementara Widia di sebelah kiri.
"Cerminnya mau dipasang sebelah mana, Beib?" Ivan memeluk lembut Widia dari belakang dan mencium leher di bawah telinganya.
Widia meremang dan mendesah lirih, menunjuk dinding dekat pintu kamar mandi. “Di sana bagus nggak?”
Ivan bergumam dengan mulut menyusuri bahu Widia, “Aku seneng banget kamu kos di sini.”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Al Fatih
baru mampir kak
2024-10-04
1
𝔸ℓ_ℓαιℓ 21ℓ
Pen baca lagi yg ktanya Base on true story...
2023-12-27
0
Ulil
waduh kasep seng iki tpi gk d skors to
2023-05-11
0