Widia dan Ivan kembali ke kos beberapa hari setelah pernikahan dan surat nikah dari KUA sudah ada di tangan. Mereka memutuskan tinggal dalam satu kamar untuk menghemat biaya sewa.
"Van … uang mas kawin boleh dipakai nggak?" tanya Widia saat sedang menonton televisi yang pudar gambarnya.
Ivan yang sedang bermain game menjawab, "Ya boleh, terserah kamu mau dipakai apa. Uang nggak seberapa juga, Beib. Kamu mau beli apa memangnya?"
"Antena TV, kayaknya minta ganti ini. Capek muter-muter tapi tetap aja nggak ada gambarnya!"
"Ya besok kita beli …," ujar Ivan datar.
"Respon kamu datar banget kayak nggak peduli apapun lagi ...!"
"Besok aku anterin beli itu yang kamu maksud nggak peduli?"
"Kamu main game terus dari tadi sih! Ngomong aja sama sekali nggak lihat aku."
"Trus aku suruh ngapain?"
"Ngapain kek udah gede juga, biasanya suami istri ngapain kalau dalam rumah tangga?"
"Suami kerja istri di rumah." Ivan tak berhenti bermain game, mengabaikan Widia yang mulai kesal karena tidak diperlakukan sebagai wanita yang telah dinikahinya.
Ivan belum lagi menyentuh Widia setelah menikah, tidak lagi menggebu seperti sebelumnya. Dia banyak menghabiskan waktu hanya dengan bermain game dan tidur.
Bahkan setelah kembali ke kos pun tabiat Ivan tidak berubah, tidur dan main game adalah menu utama setiap hari. Tidak lagi pergi kuliah apalagi mengerjakan tugas dari dosennya.
"Van … sebenarnya ada apa sih kamu jadi aneh begini?"
"Aneh gimana, Beib?"
"Kamu nggak pernah kuliah!"
"Lagi males …," jawab Ivan tak acuh.
"Kita itu cuma naik status, dari lajang jadi suami istri dan itu harusnya nggak pengaruh sama pendidikan. Buat apa kamu bayar kuliah mahal-mahal kalau kamu nggak bener gini?"
"Yang bayar kan Bapak aku, Beib. Kenapa kamu ikut pusing?"
"Van … aku serius, semester genap kamu ancur dua tahun berturut-turut. Bukannya mikir perbaikan malah kamu tinggal lagi!"
"Ya abis gimana?"
"Kok malah gimana, ya kuliah Van biar cepat kelar. Lulus trus kerja, biar orang tuamu juga bisa liat kesalahan kita nggak pengaruh sama semangat belajar!"
"Kerja apa?"
"Ya kerja apa aja yang penting halal," jawab Widia dengan ekspresi menyemangati.
Ivan menatap pusing pada Widia, "Bapak mau aku jadi polisi."
"Hah? Apa?" tanya Widia menajamkan pendengarannya.
"Po-li-si."
"Tapi kamu bilang udah dua kali gagal, iya kan?"
"Iya, belum tiga kali kata Bapak. Jadi aku suruh daftar lagi tahun ini."
"Nanti kalau nggak lolos lagi kamu balik kuliah lagi?"
"Nggak tau, capek … paling juga di D.O (drop out) sama kampus," ujar Ivan tak peduli.
"Jadi itu masalahnya kamu nggak pernah berangkat kuliah?"
"Hem … bentar lagi aku juga ikut seleksi, jadi udah pasti nggak bisa ikut ujian akhir semester. Kalau udah tau nggak ikut ujian ngapain aku harus ikut kuliah reguler? Mending tidur."
Widia mengatupkan mulutnya, dia ikut pusing dengan pola pikir Ivan. "Trus hubungannya sama kita berumah tangga apa?"
"Maksudnya gimana?"
"Kita nggak pernah bercinta, apa itu kedengaran biasa aja buat kamu?" tanya Widia hati-hati.
Ivan tetap menyayanginya, tidak kasar ataupun terlihat punya gebetan lain. Hanya saja Widia tidak tahu kenapa Ivan tidak mau menjamahnya lagi.
"Aku kehilangan selera," jawab Ivan malas.
"Tapi kenapa? Apa aku nggak menarik?"
Ivan hanya diam tapi matanya memindai istrinya dari rambut sampai ujung kaki. Dia menggeleng pelan, "Kamu cantik!"
"Tapi …?" Widia bersiap mendengarkan kelanjutan dari kalimat Ivan.
"Kurang menggairahkan."
"Jadi gimana caranya biar kamu bergairah seperti sebelum kita nikah?"
Ivan menaikkan kedua alisnya, "Sexy dance!"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩
ya ampunn
2023-04-11
1
𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩
betul jdi darting nih
2023-04-11
1
𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩
nyesel?
2023-04-11
1