Waktu berlalu begitu saja, tak terasa sudah seminggu Widia tinggal di kos barunya. Sejak malam panas pertamanya dengan Ivan, mereka sudah dua kali mengulanginya. Artinya dalam tujuh hari terakhir, Ivan menginap di kamarnya sudah tiga kali.
"Beib, aku tidur sini lagi ya?" tanya Ivan yang mulai manja.
"No! Aku sibuk, ada tugas yang harus dikumpulkan besok … kalau nggak lulus, semester depan aku nggak bisa ambil mata kuliah lanjutan." Widia menolak ide Ivan dengan tegas.
Meskipun dia bebas bergaul tapi prinsipnya untuk tetap kuliah dengan baik masih belum berubah. Widia ingin seperti dua kakak perempuannya yang lulus tepat waktu dan mendapatkan gelar sarjana, setidaknya di bidang pendidikan dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya.
Cita-citanya jadi guru dan mengajar di kampung masih tinggi, dukungan orang tua dari segi biaya hidup dan kuliah juga masih tercukupi, meskipun tidak berlebihan.
Widia sudah bisa membeli laptop dari uang tabungannya, tapi untuk makan bulan ini dia memakai uang Ivan.
"Sini aku bantu biar cepet selesai!" ujar Ivan menawarkan bantuan.
Ivan tidak hanya sekedar bicara, dia memang membantu Widia untuk membuat makalah yang harus dikumpulkan besok. Otaknya lebih baik saat berpikir daripada otak Widia, sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan tugas yang membuat kepala Widia pusing.
"Aku memang bodoh ya, Van?"
"Kamu itu cantik, Beib!"
"Itukan nggak menjawab pertanyaanku, Van. Aku ngerjain makalah itu udah tiga hari nggak selesai, giliran kamu cuma butuh waktu dua jam."
Ivan tertawa, "Aku cuma ngerjakan setengah bagian, itupun bukan bagian yang sulit."
"Justru aku nggak bisa bagian analisis seperti itu." Widia mengucapkan terima kasih, mengecup singkat pipi pacarnya lalu membereskan meja belajarnya. "Kamu tau kan aku itu nggak pinter."
"Yang penting kamu cantik," jawab Ivan seraya memeluk pacarnya.
Widia menyadari kalau otaknya tidak cemerlang, dia lebih mahir menggoyang pinggulnya daripada memikirkan analisis makalah dengan kepalanya. Dan Ivan menyadari hal itu sepenuhnya, buat dia itu lebih dari cukup dari seorang Widia.
"Cantik kalau nggak ada otaknya juga nggak banyak berguna kan?"
"Udah cantik, pinter, kaya juga ... itu namanya egois. Orang nggak ada yang sempurna, Beib."
Widia mengangkat sudut bibirnya membentuk senyuman tipis, "Tapi kamu tampan juga pinter, Van …."
"Tapi aku nggak punya keberuntungan seperti kakakku," tukas Ivan mengetatkan pelukan dan mulai mencium lembut bibir Widia.
Kedua tangan Ivan sudah berpencar mencari tempat yang pas untuk membuat Widia nyaman. Satu tangan menahan tengkuk dan satunya menyusup mengelus punggung Widia.
Beberapa kali melakukan aktivitas malam penuh lendir, membuat mereka dengan cepat menjadi mahir melepas pakaian pasangan.
Tidak butuh waktu lama bagi Widia untuk membuktikan kalau dia memang lebih jago adu mulut dan pangkal paha daripada membahas materi kuliah dengan otaknya.
Gairah muda membuat malam terlalu panjang jika hanya digunakan untuk terlelap dalam buaian mimpi. Mereka terus saja menyatu dan berburu kesenangan, menghabiskan seluruh tenaga untuk memuaskan diri pada kebutuhan biologis yang sedang bergelora.
Widia menyeka peluh yang membanjiri tubuhnya, dia benar-benar puas meskipun Ivan sangat manja. Memaksanya lebih banyak bekerja dan memeras keringatnya.
Ivan memeluk Widia yang lemas dan tertidur pulas.
Dengan berat hati Widia membuka mata, mengintip cahaya matahari yang masuk lewat celah jendela. Dia bangun karena telinganya mendengar suara ketukan pada pintu kamar.
Tak lama alarm yang dipasangnya jam tujuh pagi juga berdering nyaring, Widia bangkit dan berniat segera mandi agar tidak terlewat jadwal kuliah.
Bibirnya menggerutu, mengutuk Citra yang sering mengganggu waktu paginya. Widia menyambar baju tidur tipis bertali spaghetti dan mengenakannya tanpa pakaian dalam. Dia juga memaksa Ivan memakai celana pendek tidurnya.
Setelah mengusap mata dan merapikan rambut, Widia membuka pintu dan siap untuk mengomeli sahabatnya agar sabar menunggunya bersiap.
Namun, Widia pucat seketika mendapati yang ada di depan pintu kamarnya bukanlah Citra.
"Kak Nita? Mas Malik?"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩
hayooo ktauan kan
2023-04-09
1
𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩
🤣 no coment
2023-04-09
1
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
nahhh lohh kawinin kawinin kawinin
2022-10-23
0