Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan

Wulan tak mengerti dengan tujuan kakeknya yang tengah memegang tongkat Aria.

Beberapa murid Ki Birawa di suruh membawa kemenyan serta wadah untuk membakar kemenyan tersebut.

“Untuk apa kemenyan ini Kek? Tanya Wulan.

“Kau lihat saja, jangan banyak tanya,” jawab Ki Birawa.

Ki Birawa setelah berkenalan dengan Aria dan melihat mata pemuda itu, sudah bisa menebak, bahwa pemuda itu bukan pemuda sembarangan, apalagi setelah memegang tongkat dan merasakan aura ghaib yang ada di dalam tongkat milik Aria, Ki Birawa yakin tongkat cendana milik Aria pasti bukan tongkat sembarangan.

Ki Birawa mengangkat tongkat sambil memutar-mutar tongkat diatas wadah tempat membakar kemenyan.

Bau wangi kemenyan menyebar di dalam ruangan, setelah kemenyan terbakar, dan asap kemenyan tampak bergulung dan menyelimuti tongkat milik Aria.

Mata Wulan melotot melihat asap bergulung di sekitar tongkat.

Nyi Selasih sangat senang setelah membaui wangi kemenyan, dan terus menghisap sari asap kemenyan.

Nyi Selasih sudah di beri bisikan oleh Aria untuk tidak bertindak gegabah, karena ia ingin tahu, apa perkataan Ki Birawa tentang padepokan Wisanggeni, benar.

Setelah asap kemenyan sudah mulai berkurang, Ki Birawa mulai mengerik tongkat kayu cendana dengan pisau kecil yang sudah ia siapkan.

Kembali Wulan terkejut, melihat keanehan yang terjadi saat kakeknya mengerik tongkat milik Aria.

Ki Birawa mengerik tongkat bersisik, setelah serbuk kayu cendana berhasil di dapat, sisik yang tadi bersih bekas di kerik oleh Ki Birawa, kini muncul kembali, Tongkat kembali mulus berwarna hijau dengan sisik lembut menyerupai ular.

“Tongkat….tongkat butut itu berubah,” ucap Wulan sambil menunjuk tongkat milik Aria.

“Sekarang baru kau paham! Kenapa kakek tidak berani sembarangan mengerik tongkat ini, tanpa melakukan ritual dan ijin terlebih dahulu kepada penghuni tongkat,” ucap Ki Birawa kepada Wulan.

“Hai buta! Tongkat pusaka ini kau dapat dari mencuri ya? Tanya Wulan.

“Enak saja kau bicara! Tongkat ini pemberian kakekku untuk menemani dan membantu aku yang buta.

“Tongkatmu sangat berharga, lebih baik kau taruh saja di padepokan Wisanggeni, nanti aku buatkan tongkat baru untukmu,” ucap Wulan.

“Benar anak muda! Sebagai ahli racun dan pengobatan, tongkatmu sangat di butuhkan oleh padepokan wisanggeni, jika ada orang lain tahu khasiat tongkat ini, ia pasti akan merebut tongkat ini darimu dan itu bisa membahayakan dirimu sendiri,” ucap Ki Birawa.

“Tongkat ini pemberian kakekku, untuk menemani aku berkelana Ki, kakek juga berpesan agar aku menjaga tongkat ini, jadi maaf! aku tak bisa memenuhi ke inginan Ki Birawa,” Aria membalas perkataan Ki Birawa.

“Kalau soal jaga menjaga itu gampang, bagaimana kalau tongkat ini aku tukar dengan cucuku?

“Kakek apa-apaan sih!? Teriak Wulan, dari raut wajah gadis itu terlihat pucat, mendengar perkataan sang kakek.

Hmm!

“Tongkatku lebih berharga daripada cucumu, aku tak bisa menerima tawaran Ki Birawa,” balas Aria.

“Kau pikir aku sudi menjadi alat penukar!? Ucap Wulan dengan wajah cemberut.

“Sudahlah, jika tak mau ya tidak apa-apa, bubuk ini cukup untuk membuat ramuan ucapan Dewa,” ucap Ki Birawa.

“Anak muda apa kau sudah menikah? Tanya Ki Birawa.

Aria dengan seiringnya waktu dan arahan Nyi Selasih, tahu apa arti menikah dan hubungan antara pria dan wanita.

“Aku belum menikah, Ki,” jawab Aria.

“Bagaimana jika kau menikah dengan cucuku? Dia pasti berguna untukmu di kemudian hari,” ucap Ki Birawa.

“Kakek ini dari tadi bicara apa sih? Sepertinya aku ini bukan cucu kandungmu,” ucap Wulan, matanya terlihat mengembang, menahan air mata agar tidak tumpah.

“Jika kau menikah dengan cucuku ini, akan ada 1000 kebaikan yang akan terus bersamamu,” Ki Birawa berkata kepada Aria tanpa memperdulikan perkataan Wulan.

“Kebaikan apa yang akan kudapat Ki? Tanya Aria, sambil menggoda Wulan.

Hmm!

“Contohnya kemarin, ketika kau sampai di padepokan Wisanggeni, kau capai tidak? Tanya Ki Birawa.

“Tidak,” jawab Aria sambil tersenyum.

“Tentu saja tidak, karena si buta sampai sini aku yang gendong,” ucap Wulan dengan nada gusar, dirinya masih kesal, karena merasa tertipu oleh Aria yang pura-pura tak sadarkan diri.

“Itu kan salah satu kebaikan yang akan kau dapat jika kau menikah dengan cucuku, kau bisa minta gendong jika berjalan jauh, benar tidak omonganku? Ucap Ki Birawa.

Aria tertawa terbahak bahak mendengar perkataan Ki Birawa, sedangkan Wulan cemberut, kemudian meninggalkan keduanya.

Lambat laun Aria mulai suka dengan sikap orang tua itu yang apa adanya, tanpa melihat orang dari penampilan dan kekurangan orang tersebut.

Sudah dua hari Aria tinggal di padepokan Wisanggeni, melihat-lihat padepokan yang terkenal dengan keahliannya meracik racun.

Sementara itu Wulan menjauhi Aria, karena tidak suka selalu di jodoh-jodohkan oleh kakeknya kepada pemuda itu.

Di hari ketiga, sebelum matahari naik tinggi, puluhan orang terlihat naik ke bukit, tempat padepokan Wisanggeni.

Tiga rombongan dengan pakaian berbeda sambil membawa bendera dari padepokan masing-masing, mereka bergerak naik menuju padepokan Wisanggeni.

Seorang pria paruh baya berpakaian biru, maju setelah rombongan berada di depan markas padepokan Wisanggeni.

“Birawa, keluar kau! Seru pria berbaju biru yang tak lain ketua padepokan Tapak Suci, Mahesa.

Ki Birawa yang sudah mendapat laporan dari anak buahnya akan kedatangan dari padepokan Tapak suci, Tombak terbang dan padepokan Baju merah, keluar dari dalam.

Ki Birawa keluar bersama Wulan, Aria serta murid dari padepokan Wisanggeni yang lain.

Ki Birawa menatap tajam ke arah Mahesa beserta rombongan, yang jumlahnya lebih dari seratus orang.

“Mana anakku? Tanya Ki Birawa dengan sorot mata tajam menatap orang yang ia benci.

Ha Ha Ha

“Kau pikir aku bodoh membawa anakmu kesini,” ucap Mahesa sambil tertawa.

“Kau serahkan padepokan Wisanggeni, baru anakmu aku bebaskan,” lanjut perkataan Mahesa.

“Kau sungguh licik Mahesa, padepokan Tapak suci sudah kehilangan pamor dan kekuatan, sehingga kau mencari akal busuk mengatasi masalah padepokanmu.

“Kau rampok dan lukai adikmu sendiri, setelah adikmu tewas, kemudian kau limpahkan kesalahan kepada kami, setelah kami tak bisa menyembuhkan luka adikmu,” ucap Ki Birawa dengan nada sinis.

“Tutup mulutmu! Kau ingin mengelak dari tanggung jawabmu di hadapan padepokan Baju merah? Mahesa membalas perkataan Ki Birawa.

Dua orang berpakaian merah maju, setelah mendengar perkataan Mahesa, raut wajah mereka terlihat dingin sambil menatap ke arah ketua padepokan Wisanggeni.

“Apa kau tahu, istri dari Mahendra adalah adik seperguruan kami, kau telah membuat adik kami menjadi janda, Padepokan Wisanggeni harus bertanggung jawab,” ucap Pria berbaju merah.

“Tunggu dulu kisanak! Kita sudah di adu domba oleh Mahesa, anakku yang memeriksa Mahendra mengatakan, dada juragan Mahendra terkena pukulan beracun, ketika akan memeriksa dan mengobati, anakku malah di tangkap,” ucap Ki Birawa.

“Bohong! Jangan memutar balikan keadaan Birawa, sudah jelas anakmu yang telah lalai memberikan obat penawar, sehingga adikku tewas,” ucap Mahesa dengan suara kencang.

“Apa kau berani mengatakan yang sebenarnya jika aku bisa membuktikan bahwa anakku tidak terlibat atas meninggalnya juragan Mahendra,” Ki Birawa membalas perkataan Mahesa, sambil menatap ketua padepokan Tapak Suci.

Phuih!

“Sudah terpojok masih saja ingin berkelit,” ucap Mahesa sambil meludah.

“Kau berani membuktikan bahwa dirimu tidak ada sangkut paut dengan kematian adikmu? Tanya Ki Birawa sambil melempar bambu kecil, berisi racun ucapan Dewa ke hadapan Mahesa.

“Apa ini! Ucap Mahesa sambil mengambil bambu, lalu membuka tutupnya, setelah mencium bau racun dari dalam bambu kecil, Mahesa langsung membanting bambu tersebut.

Prak!

Bambu berisi racun pecah, bubuk berwarna putih berhamburan di sekitar pecahan bambu.

Mahesa berbalik, kemudian berkata dengan lantang.

“Saudara sekalian lihat! Untuk membuktikan tuduhannya padaku, ketua padepokan Wisanggeni memberikan racun kepadaku.”

Suara riuh terdengar dari ketiga padepokan mendengar perkataan Mahesa, apalagi mereka melihat dan mendengar perkataan Ki Birawa.

Mereka langsung mencabut senjata, sambil menatap tajam ke arah Ki Birawa beserta murid padepokan Wisanggeni.

Aria mendengar suara riuh, lalu bertanya kepada Wulan.

“Apa yang terjadi?

“Sepertinya ketiga padepokan hendak menyerang kami,” jawab Wulan dengan nada cemas.

“Apa ketua padepokan Tapak suci tidak mau minum racun ucapan dewa? Kembali Aria bertanya.

“Kau kan tadi dengar sendiri, apa yang di katakan oleh ketua padepokan Tapak suci, mana mungkin dia mau minum racun itu,” jawab Wulan.

“Kau benar,” Balas Aria.

Wulan baru pertama kali mendapat pujian dari Aria, hatinya merasa senang, lantas ia berkata kembali.

“Harusnya kakek serang dulu ketua padepokan Tapak suci dengan racun penidur, setelah tak sadarkan diri, beri racun ucapan dewa, kan beres.”

Aria mendengar perkataan Wulan langsung menoleh ke arah gadis itu, kemudian berkata.

“Pantas kakekmu ingin menukar kau dengan tongkat ku.”

Wulan kerutkan kening mendengar perkataan Aria, lalu berkata.

“Apa perkataanku ada yang salah? Tanya Wulan sambil balas menatap Aria.

“Kau pikir saja sendiri,” jawab Aria.

“Hai buta! Kalau bicara jangan setengah-setengah, cepat katakan salahku dimana? Tanya Wulan, nada bicara gadis itu mulai meninggi.

“Tadi kau katakan, setelah tak sadarkan diri, lalu di beri racun ucapan dewa.”

“Benar, lantas salahku dimana? Tanya Wulan.

“Untuk apa memberi racun kepada orang yang tak sadarkan diri, memangnya orang yang tak sadarkan diri bisa bicara? Jawab Aria.

“Keparat! Dasar buta, ada saja jawabanmu,” Wulan berkata dalam hati saat mendengar balasan Aria, kemudian gadis itu berpaling, lalu menatap dengan penuh cemas ke arah sang kakek, yang berdiri di tengah kepungan ketiga padepokan.

Terpopuler

Comments

Wan Trado

Wan Trado

melihat-lihat yaa..?? emang bisakah aria pilong..??

2024-12-03

0

Dragon🐉 gate🐉

Dragon🐉 gate🐉

yang di ucapin bener lagi...🤭

2024-08-31

0

Uchy

Uchy

Wulan juga betul,,, tapi tolol 🤣
Karena memberi solusi tanpa penjelasan...

2022-12-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Prahara Di Bukit Setan
2 Bab 2 : Tewasnya keluarga Pedagang Muda
3 Bab 3 : Kakek Misterius
4 Bab 4 : Berlatih Ilmu Kanuragan
5 Bab 5 : Saatnya Perpisahan
6 Bab 6 : Kampung Randu Alas
7 Bab 7 : Pendekar Randu Alas
8 Bab 8 : Utusan Suto Abang
9 Bab 9 : Jangan Asal Bicara
10 Bab 10 : Melawan Musuh Tangguh
11 Bab 11 : Menetap Di Randu Alas
12 Bab 12 : Hutan Kali Mati
13 Bab 13 : Menolong Penguasa Gunung Lawu.
14 Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati
15 Bab 15 : Maafkan Aku Nona
16 Bab 16 : Padepokan Wisanggeni
17 Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan
18 Bab 18 : Rencana Terselubung
19 Bab 19 : Perlahan Mulai Terungkap
20 Bab 20 : Cerita Dari Masa Lalu
21 Bab 21 : Berangkat Ke Kerajaan Wengker
22 Bab 22 : Misteri Seorang Resi
23 Bab 23 : Ambisi Seorang Resi
24 Bab 24 : Tewasnya Seorang Ketua Padepokan
25 Bab 25 : Kekuatan Baru
26 Bab 26 : Cerita Naga Langit
27 Bab 27 : Apa Aku Boleh Ikut?
28 Bab 28 : Mengambil Kitab 7 Racun
29 Bab 29 : Kesedihan Wisesa
30 Bab 30 : Berangkat Ke Gunung Semeru
31 Bab 31 : Pertempuran Di Gunung Wilis
32 Bab 32 : Ingatan Masa Lalu
33 Bab 33 : Kau Ku Ampuni
34 Bab 34 : Pertempuran 2 Penguasa
35 Bab 35 : Ungkapan Hati 2 Orang Gadis
36 Bab 36 : Peristiwa Di Kota Daha
37 Bab 37 : Masalah Baru
38 Bab 38 : Perseteruan Antar Saudara 1
39 Bab 39 : Perseteruan Antar Saudara 2
40 Bab 40 : Kemarahan Tumenggung Adiguna
41 Bab 41 : Kupikir Hebat, Ternyata?
42 Bab 42 : Jangan Hina Aku
43 Bab 43 : Apa Yang Kau Tanam, Itu Yang Kau Tuai
44 Bab 44 : Jangan Remehkan Kami
45 Bab 45 : Benang Merah Dari Sebuah Ramalan Mulai Terlihat.
46 Bab 46 : Persiapan Sayembara
47 Bab 47 : Resahnya Hati Resi Sarpa Kencana
48 Bab 48 : Restu Dari Naga Langit
49 Bab 49 : Ku Berikan Setengah Kekuatanku
50 Bab 50 : Caping Kembar
51 Bab 51 : Kau Kawan Atau Lawan
52 Bab 52 : Rencana Tersembunyi Seorang Senopati
53 Bab 53 : Ku Tantang Kau Di Arena Sayembara
54 Bab 54 : Ancaman Di Tempat Pertemuan
55 Bab 55 : Maaf! Aku Membohongimu
56 Bab 56 : Sayembara Di Mulai
57 Bab 57 : Pelajaran Berharga Untuk Sang Murid
58 Bab 58 : Darah Mulai Tumpah Di Lantai Arena
59 Bab 59 : Sedih Hati Aria Pilong
60 Bab 60 : Aku Terima Tantangan Mu
61 Bab 61 : Janji Dua Orang Pendekar
62 Bab 62 : Dendam sang Kakek
63 Bab 63 : Penjaga Wilayah Barat
64 Bab 64 : Ku Serahkan Padamu
65 Bab 65 : Telaga Kelud
66 Bab 66 : Siapa Pemimpin kalian?
67 Bab 67 : Kau Yang Bertaruh, Tetapi Aku Yang Repot
68 Bab 68 : Jaga Ucapanmu, Nona!
69 Bab 69 : Julukan Baru Aria, Kakak Ketiga
70 Bab 70 : Mendapat 2 Pelayan
71 Bab 71 : Iblis Kawi
72 Bab 72 : Pertempuran Wangsa Dan Iblis Kawi
73 Bab 73 : Perjodohan Masa Lalu
74 Bab 74 : Bertemu Rombongan Saudagar Asing
75 Bab 75 : Tawaran Jalan Bersama
76 Bab 76 : Kecurigaan Sugriwa
77 Bab 77 : Pembantaian Di Desa Jatijajar
78 Bab 78 : Tawaran Kerjasama
79 Bab 79 : Jangan Coba Menipu Aku
80 Bab 80 : Kalian Pikir Bisa Mengurungku?
81 Bab 81 : Bara Di Kota Tumapel
82 Bab 82 : Kalau Lemah! Tak Usah Banyak Bicara.
83 Bab 83 : Ilmu Yang Susah Di Hadapi
84 Bab 84 : Titik Lemah Ajian Larang Boyo
85 Bab 85 : Akhir Cerita Tokoh Tua
86 Bab 86 : Arah Dan Tujuan Kita Berbeda
87 Bab 87 : Penari Di Desa Coblong
88 Bab 88 : Sahabatku Bernama Kidung Kencana
89 Bab 89 : Singa Barong
90 Bab 90 : Kesempatan Kedua
91 Bab 91 : Kesepakatan Bersama
92 Bab 92 : Bertemu Pendekar Kembar
93 Bab 93 : Satu Tawaran Untuk Ki Bayan
94 Bab 94 : Tak Ada Kesempatan Kedua
95 Bab 95 : Jalan Rahasia
96 Bab 96 : Tragedi Di Dalam Goa
97 Bab 97 : Bertemu Resi Lanang Jagad
98 Bab 98 : Kesedihan Hati Seorang Abdi
99 Bab 99 : Terima Kasih Eyang Resi
100 Bab 100 : Bantu Kami, Lalu Kami Bantu Kau
101 Bab 101 : Penguasa Gunung Batok
102 Bab 102 : Akhirnya Kau Datang
103 Bab 103 : Bertemu Seorang Utusan
104 Bab 104 : Nasehat Dan Restu Nyi Selasih
105 105 : Raden Kusumo
106 106 : Jangan Ganggu Aku
107 107 : Apa Boleh, Aku Minta Bantuan?
108 108 : Bertemu Kembali Dengan Sahabat
109 109 : Hari Ceria Jagad Buwana
110 110 : Kalabenda
111 111 : Maaf! Jalan Kita Berbeda
112 112 : Hari Pertemuan
113 113 : Lima Padepokan Besar
114 114 : Tewasnya Panglima Hitam
115 Satu Kenyataan Yang Mengejutkan
116 Pengorbanan Suketi
117 Hati Naga Yang Terluka
118 Janji Pati Elang Yang Tersakiti
119 Gabungan Kekuatan
120 Mata-Mata Atau Bukan?
121 Utusan Pelangi
122 Mencari Manusia Terkutuk
123 Bertemu Mpu Barada
124 Kisah Penguasa Alas Purwo
125 Penangkal Racun Jarum Emas
126 Desa Telaga Warna
127 Jangan Membuatku Curiga
128 Kedok Kalasrenggi Terbuka
129 Akhir Dari Sebuah Pertemanan
130 Akhir Dari Penghianatan
131 Aria Pilong Vs Kalasrenggi
132 Beri Aku Nama
133 Keterangan Mengejutkan
134 Ambisi Jati Wilis
135 Perebutan Wilayah Perdagangan
136 Informasi Dari Rama
137 Siasat Untuk melawan Jati Wilis
138 Gempar Di Kota Keta
139 Isi Hati Buwana Dewi
140 Rencana Kedua Aria Pilong
141 Hancurnya Cabang Padepokan Elang Emas Di Kota Keta
142 Kepandaian Bicara Sang Utusan
143 Arogansi Patih Argobumi
144 Pelangi Di Kota Keta
145 Hadiah Untuk Sang Utusan
146 Nasehat Untuk Pejabat Kahuripan
147 Hasrat Seorang Dewi
148 Kota Di Pesisir Pantai
149 Membantu Nelayan Kalipuro
150 Tewasnya Iwa Brengos
151 Menyebrang Ke Pulau Bali
152 Bertempur Melawan 2 Elang Raksasa
153 Maafkan Aku, Kakang
154 Bertemu Panglima Laut Kerajaan Bali
155 Undangan Persahabatan
156 Permintaan Buwana Dewi
157 Elang Jantan Menyerang Istana Tampak Siring
158 Dendam Kedua Elang
159 Kau Atau Aku Yang Berkuasa?
160 Bertempur Di Luar Benteng Istana
161 Misi Lembusora
162 Jangan Pisahkan Kami
163 Satu Harapan Yang Jauh Dari Kenyataan
164 Undangan Untuk Ki Banyu Alas
165 Nasehat Mpu Barada
166 Ijin Dan Restu Prabu Anak Wungsu
167 Persiapan Acara Pernikahan
168 Siasat Keji Di Acara Janji Suci
169 Hari Yang Di Tunggu
170 Terkena Siraman Air Beracun
171 Rencana Licik Nyoman Sidharta Gagal
172 Sudah Resmi Menikah
173 Rasa Putus Asa Mantan Patih Kerajaan
174 Istana Tampak Siring Di kepung
175 Jodoh Masa Kecil, Apa Iya?
176 Mari Kita Buktikan
177 Jangan Ganggu Putri Angkatku
178 Cinta Berdarah
179 Mentari Di Atas Istana Tampak Siring
180 Menyerang Alas Purwo
181 Menyerang Alas Purwo 2
182 Akhir Dari Sebuah Ambisi
183 Petaka Di Hari Bahagia ( End )
Episodes

Updated 183 Episodes

1
Bab 1 : Prahara Di Bukit Setan
2
Bab 2 : Tewasnya keluarga Pedagang Muda
3
Bab 3 : Kakek Misterius
4
Bab 4 : Berlatih Ilmu Kanuragan
5
Bab 5 : Saatnya Perpisahan
6
Bab 6 : Kampung Randu Alas
7
Bab 7 : Pendekar Randu Alas
8
Bab 8 : Utusan Suto Abang
9
Bab 9 : Jangan Asal Bicara
10
Bab 10 : Melawan Musuh Tangguh
11
Bab 11 : Menetap Di Randu Alas
12
Bab 12 : Hutan Kali Mati
13
Bab 13 : Menolong Penguasa Gunung Lawu.
14
Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati
15
Bab 15 : Maafkan Aku Nona
16
Bab 16 : Padepokan Wisanggeni
17
Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan
18
Bab 18 : Rencana Terselubung
19
Bab 19 : Perlahan Mulai Terungkap
20
Bab 20 : Cerita Dari Masa Lalu
21
Bab 21 : Berangkat Ke Kerajaan Wengker
22
Bab 22 : Misteri Seorang Resi
23
Bab 23 : Ambisi Seorang Resi
24
Bab 24 : Tewasnya Seorang Ketua Padepokan
25
Bab 25 : Kekuatan Baru
26
Bab 26 : Cerita Naga Langit
27
Bab 27 : Apa Aku Boleh Ikut?
28
Bab 28 : Mengambil Kitab 7 Racun
29
Bab 29 : Kesedihan Wisesa
30
Bab 30 : Berangkat Ke Gunung Semeru
31
Bab 31 : Pertempuran Di Gunung Wilis
32
Bab 32 : Ingatan Masa Lalu
33
Bab 33 : Kau Ku Ampuni
34
Bab 34 : Pertempuran 2 Penguasa
35
Bab 35 : Ungkapan Hati 2 Orang Gadis
36
Bab 36 : Peristiwa Di Kota Daha
37
Bab 37 : Masalah Baru
38
Bab 38 : Perseteruan Antar Saudara 1
39
Bab 39 : Perseteruan Antar Saudara 2
40
Bab 40 : Kemarahan Tumenggung Adiguna
41
Bab 41 : Kupikir Hebat, Ternyata?
42
Bab 42 : Jangan Hina Aku
43
Bab 43 : Apa Yang Kau Tanam, Itu Yang Kau Tuai
44
Bab 44 : Jangan Remehkan Kami
45
Bab 45 : Benang Merah Dari Sebuah Ramalan Mulai Terlihat.
46
Bab 46 : Persiapan Sayembara
47
Bab 47 : Resahnya Hati Resi Sarpa Kencana
48
Bab 48 : Restu Dari Naga Langit
49
Bab 49 : Ku Berikan Setengah Kekuatanku
50
Bab 50 : Caping Kembar
51
Bab 51 : Kau Kawan Atau Lawan
52
Bab 52 : Rencana Tersembunyi Seorang Senopati
53
Bab 53 : Ku Tantang Kau Di Arena Sayembara
54
Bab 54 : Ancaman Di Tempat Pertemuan
55
Bab 55 : Maaf! Aku Membohongimu
56
Bab 56 : Sayembara Di Mulai
57
Bab 57 : Pelajaran Berharga Untuk Sang Murid
58
Bab 58 : Darah Mulai Tumpah Di Lantai Arena
59
Bab 59 : Sedih Hati Aria Pilong
60
Bab 60 : Aku Terima Tantangan Mu
61
Bab 61 : Janji Dua Orang Pendekar
62
Bab 62 : Dendam sang Kakek
63
Bab 63 : Penjaga Wilayah Barat
64
Bab 64 : Ku Serahkan Padamu
65
Bab 65 : Telaga Kelud
66
Bab 66 : Siapa Pemimpin kalian?
67
Bab 67 : Kau Yang Bertaruh, Tetapi Aku Yang Repot
68
Bab 68 : Jaga Ucapanmu, Nona!
69
Bab 69 : Julukan Baru Aria, Kakak Ketiga
70
Bab 70 : Mendapat 2 Pelayan
71
Bab 71 : Iblis Kawi
72
Bab 72 : Pertempuran Wangsa Dan Iblis Kawi
73
Bab 73 : Perjodohan Masa Lalu
74
Bab 74 : Bertemu Rombongan Saudagar Asing
75
Bab 75 : Tawaran Jalan Bersama
76
Bab 76 : Kecurigaan Sugriwa
77
Bab 77 : Pembantaian Di Desa Jatijajar
78
Bab 78 : Tawaran Kerjasama
79
Bab 79 : Jangan Coba Menipu Aku
80
Bab 80 : Kalian Pikir Bisa Mengurungku?
81
Bab 81 : Bara Di Kota Tumapel
82
Bab 82 : Kalau Lemah! Tak Usah Banyak Bicara.
83
Bab 83 : Ilmu Yang Susah Di Hadapi
84
Bab 84 : Titik Lemah Ajian Larang Boyo
85
Bab 85 : Akhir Cerita Tokoh Tua
86
Bab 86 : Arah Dan Tujuan Kita Berbeda
87
Bab 87 : Penari Di Desa Coblong
88
Bab 88 : Sahabatku Bernama Kidung Kencana
89
Bab 89 : Singa Barong
90
Bab 90 : Kesempatan Kedua
91
Bab 91 : Kesepakatan Bersama
92
Bab 92 : Bertemu Pendekar Kembar
93
Bab 93 : Satu Tawaran Untuk Ki Bayan
94
Bab 94 : Tak Ada Kesempatan Kedua
95
Bab 95 : Jalan Rahasia
96
Bab 96 : Tragedi Di Dalam Goa
97
Bab 97 : Bertemu Resi Lanang Jagad
98
Bab 98 : Kesedihan Hati Seorang Abdi
99
Bab 99 : Terima Kasih Eyang Resi
100
Bab 100 : Bantu Kami, Lalu Kami Bantu Kau
101
Bab 101 : Penguasa Gunung Batok
102
Bab 102 : Akhirnya Kau Datang
103
Bab 103 : Bertemu Seorang Utusan
104
Bab 104 : Nasehat Dan Restu Nyi Selasih
105
105 : Raden Kusumo
106
106 : Jangan Ganggu Aku
107
107 : Apa Boleh, Aku Minta Bantuan?
108
108 : Bertemu Kembali Dengan Sahabat
109
109 : Hari Ceria Jagad Buwana
110
110 : Kalabenda
111
111 : Maaf! Jalan Kita Berbeda
112
112 : Hari Pertemuan
113
113 : Lima Padepokan Besar
114
114 : Tewasnya Panglima Hitam
115
Satu Kenyataan Yang Mengejutkan
116
Pengorbanan Suketi
117
Hati Naga Yang Terluka
118
Janji Pati Elang Yang Tersakiti
119
Gabungan Kekuatan
120
Mata-Mata Atau Bukan?
121
Utusan Pelangi
122
Mencari Manusia Terkutuk
123
Bertemu Mpu Barada
124
Kisah Penguasa Alas Purwo
125
Penangkal Racun Jarum Emas
126
Desa Telaga Warna
127
Jangan Membuatku Curiga
128
Kedok Kalasrenggi Terbuka
129
Akhir Dari Sebuah Pertemanan
130
Akhir Dari Penghianatan
131
Aria Pilong Vs Kalasrenggi
132
Beri Aku Nama
133
Keterangan Mengejutkan
134
Ambisi Jati Wilis
135
Perebutan Wilayah Perdagangan
136
Informasi Dari Rama
137
Siasat Untuk melawan Jati Wilis
138
Gempar Di Kota Keta
139
Isi Hati Buwana Dewi
140
Rencana Kedua Aria Pilong
141
Hancurnya Cabang Padepokan Elang Emas Di Kota Keta
142
Kepandaian Bicara Sang Utusan
143
Arogansi Patih Argobumi
144
Pelangi Di Kota Keta
145
Hadiah Untuk Sang Utusan
146
Nasehat Untuk Pejabat Kahuripan
147
Hasrat Seorang Dewi
148
Kota Di Pesisir Pantai
149
Membantu Nelayan Kalipuro
150
Tewasnya Iwa Brengos
151
Menyebrang Ke Pulau Bali
152
Bertempur Melawan 2 Elang Raksasa
153
Maafkan Aku, Kakang
154
Bertemu Panglima Laut Kerajaan Bali
155
Undangan Persahabatan
156
Permintaan Buwana Dewi
157
Elang Jantan Menyerang Istana Tampak Siring
158
Dendam Kedua Elang
159
Kau Atau Aku Yang Berkuasa?
160
Bertempur Di Luar Benteng Istana
161
Misi Lembusora
162
Jangan Pisahkan Kami
163
Satu Harapan Yang Jauh Dari Kenyataan
164
Undangan Untuk Ki Banyu Alas
165
Nasehat Mpu Barada
166
Ijin Dan Restu Prabu Anak Wungsu
167
Persiapan Acara Pernikahan
168
Siasat Keji Di Acara Janji Suci
169
Hari Yang Di Tunggu
170
Terkena Siraman Air Beracun
171
Rencana Licik Nyoman Sidharta Gagal
172
Sudah Resmi Menikah
173
Rasa Putus Asa Mantan Patih Kerajaan
174
Istana Tampak Siring Di kepung
175
Jodoh Masa Kecil, Apa Iya?
176
Mari Kita Buktikan
177
Jangan Ganggu Putri Angkatku
178
Cinta Berdarah
179
Mentari Di Atas Istana Tampak Siring
180
Menyerang Alas Purwo
181
Menyerang Alas Purwo 2
182
Akhir Dari Sebuah Ambisi
183
Petaka Di Hari Bahagia ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!