Ki Ronggo dengan Rombongannya perlahan mundur, sedangkan padepokan Baju merah tetap berdiri di tempat.
Sedangkan murid Padepokan Tapak Suci memburu ke arah Buto Ijo.
“Kau….kau telah membunuh guru! Teriak salah seorang murid Padepokan Tapak Suci.
“Membunuh! Ucap Buto Ijo dengan raut wajah bingung.
“Aku sedang lewat dan baru saja sampai, apa kau lihat aku membunuh? Tanya Buto Ijo.
“Kau yang melempar ranting sebelum datang, bukan? Tanya murid padepokan Tapak Suci.
“Benar! Aku tadi iseng dan melempar ranting yang ada dalam genggamanku.
“Apa aku salah? Tanya Buto Ijo.
“Bukankah kau sengaja melempar ranting karena ingin membunuh guru Mahesa! Murid padepokan Tapak suci berkata dengan nada geram.
“Enak saja kau bicara, kenal juga tidak dengan gurumu, untuk apa aku harus membunuhnya,” ucap Buto Ijo, dari raut wajahnya, tampak ia tidak suka dengan perkataan murid padepokan Tapak Suci.
Murid padepokan Tapak suci mendengar perkataan Buto Ijo, langsung melesat dan menyerang dengan jurus Tapak hati.
Telapak kanan melesat ke arah dada Buto Ijo.
Pria berbadan besar dan berwarna hijau mendengus, lalu menarik napas saat pukulan anak murid padepokan tapak suci mengenai dadanya.
Blam!
Buto Ijo yang terkena pukulan, tetapi anak murid padepokan Tapak suci yang terpental.
Salah seorang murid Mahesa hendak menyerang pinggang Buto Ijo, tetapi tangan besar dan panjang lebih dulu sampai di leher murid naas tersebut.
Crep!
“Kau mau apa? Tanya Buto Ijo, tetapi sebelum murid Mahesa menjawab, tangan besar Buto Ijo meremas leher murid naas tersebut.
Krek!
“Setelah tulang leher remuk, Buto Ijo melempar tubuh yang sudah tanpa nyawa ke arah orang yang tadi memukul dadanya.
Brak!
Keduanya terjatuh saat mayat sang kawan menghantam tubuhnya.
Ki Ronggo melihat Buto Ijo mulai membunuh, lalu memerintahkan anak buahnya untuk pergi dari padepokan Wisanggeni.
Sementara itu, Durga bersama sang istri masih terus mengamati dan menunggu apa tindakan Buto Ijo selanjutnya, Durga yakin Buto Ijo akan berpikir dua kali jika ingin melukai murid padepokan Baju merah, karena nama besar Sura kendil.
Wakil Mahesa memutuskan menarik murid Padepokan Tapak suci, setelah memerintahkan salah seorang anak buah untuk membawa mayat Mahesa, mereka pergi meninggalkan padepokan Wisanggeni.
Ki Birawa tidak bisa mencegah kepergian musuhnya, Ki Birawa khawatir terhadap Buto Ijo, jika raksasa itu mengamuk, muridnya pasti habis di bantai oleh Buto Ijo.
“Buto Ijo, kau membunuh Mahesa untuk menutup mulutnya, agar tidak bicara siapa-siapa orang yang sekongkol dengan Tapak suci untuk meruntuhkan Wisanggeni,” Ki Birawa berkata.
“Kau siapa orang tua? Aku yak mengerti dengan omonganmu,” ucap Buto Ijo sambil menatap tajam ke arah Ki Birawa.
Wulan merapat ke arah Aria, sambil memegang tangan pemuda itu.
“Aria aku takut! Seru Wulan.
“Ada cara agar kau tidak takut jika melihat hal menyeramkan,” ucap Aria.
“Cara apa? Tanya Wulan dengan nada penasaran.
“Jadi orang buta seperti aku,” jawab Aria.
Cis!
Wulan mencibir, kemudian melepaskan tangan Aria, wajahnya terlihat cemberut.
“Saat Mahesa hendak menyebut nama orang yang menyuruhnya, ranting yang kau lemparkan membunuh Mahesa.
“Apa kau takut namamu di sebut oleh ketua padepokan Tapak suci? Kembali Ki Birawa berkata.
“Peduli setan, kau mau bicara apa, aku tak kenal dia, untuk apa membunuhnya, jika kau tidak suka! Mari kita bertarung,” jawab Buto Ijo.
“Wulan! Apa Buto Ijo seorang Resi? Tanya Aria.
“Apa, Resi! Matamu buta? Ucap Wulan, mana ada Resi seperti siluman itu.
Hmm!
Aria mendengus mendengar perkataan Wulan, lalu diam.
“Aku mencium bau siluman yang sangat kuat di sekitar tempat ini, itu sebabnya aku kesini, soal lain aku tidak peduli.
“Jangan-jangan kalian hendak membunuh siluman? Tanya Buto Ijo dengan raut wajah gusar.
“Ki Birawa! kami akan menyelidiki kembali masalah Mahendra, untuk saat ini kami hentikan penyelidikan, jika benar Wisanggeni tidak terlibat kami akan menyudahi perkara,” setelah berkata Durga memerintahkan anak murid padepokan Baju merah pergi meninggalkan padepokan Wisanggeni geni, Durga setelah mendengar nada bicara Buto Ijo, dirinya yakin sebentar lagi perguruan Wisanggeni akan mengalami masalah.
Setelah semuanya pergi, hanya tersisa Buto Ijo di kelilingi oleh anak murid Wisanggeni.
“Kalian sudah membuatku kesal! Bersiaplah,” kali ini Wajah Buto Ijo tampak serius ketika berkata.
Ki Birawa mundur, kini di tangannya telah menggenggam pisau kecil dengan warna kebiruan.
Sebelum Buto Ijo bergerak.
Aria menyeruak dari kerumunan, lalu berdiri di sisi Ki Birawa.
Buto Ijo tertegun setelah melihat tongkat Aria, tak lama kemudian Buto Ijo berteriak kencang.
“Monyet buta! Sungguh kurang ajar, kau telah memasukan Nyi Ratu ke dalam tongkatmu! Kau harus mati,” teriak Buto Ijo dengan nada penuh ancaman.
Tongkat kayu cendana terlepas dari genggaman Aria, kemudian melesat dan menghantam kepala Buto Ijo.
Pletak!
Buto Ijo terpental, tetapi lelaki bertubuh besar itu dengan sangat enteng sudah berdiri kembali, terdengar suara dari mulut Buto Ijo, kali ini dengan nada ketakutan.
“Ampun….ampun Nyi Ratu,” ucap Buto Ijo, kemudian sujud di depan tongkat yang berdiri di depannya.
“Sungguh tidak tahu diri, bangsaku sudah merawat dan mendidikmu dari kecil, tetapi setelah besar kau malah menghina junjungan kami.”
Aria terkejut mendengar perkataan Nyi Selasih, karena memang hanya dia dan Buto Ijo yang bisa mendengar suara Nyi Selasih.
“Junjungan! Apa aku kurang sopan terhadap Nyi Ratu? Tanya Buto Ijo dengan wajah heran.
Kau menyebut junjungan dengan sebutan Monyet buta, dosamu tak bisa di ampuni! kau harus mati,” Nyi Selasih berkata dengan nada geram.
“Tunggu dulu! Ucap Aria sambil angkat tangannya.
“Nyi Selasih! Jangan ambil tindakan sebelum aku memberi perintah,” Lanjut perkataan Aria.
“Baik Raden,” ucap Nyi selasih.
Wulan serta murid lain, hanya bisa terpaku melihat, Buto Ijo bicara dengan tongkat.
Apalagi setelah mendengar perkataan Aria dan tak lama kemudian, Buto Ijo sujud di depan Aria.
“Maafkan kelancangan mulut Hamba Raden,” ucap Buto Ijo dengan nada pelan.
“Sebenarnya siapa Buto Ijo Nyi? Tanya Aria, tanpa memperdulikan Buto Ijo.
“Dahulu ada seorang siluman yang kepincut dengan seorang gadis desa, karena kasaktiannya, siluman itu bisa berubah wujud menjadi manusia dan menjalin hubungan dengan gadis desa itu.
“Setelah menjalin hubungan dan melakukan perbuatan terlarang, gadis desa itu mengandung putra dari sang siluman.
“Setelah putranya lahir dan bertubuh Hijau, sang ibu terkejut dan akhirnya meninggal dunia, karena tak bisa menerima kenyataan setelah tahu suaminya adalah mahluk halus dan bayi yang di lahirkan mempunyai ke anehan.
“Siluman itu akhirnya membawa sang bocah ke alam kami, setelah memberikan si bocah, siluman itu pergi bertapa dan merenungi dosa-dosanya.
“Walau sang ayah siluman, tetapi sang bocah meliki raga manusia, setelah bangsaku mendidiknya dan bocah itu dewasa, aku mengusirnya dari istana kali mati, karena bocah itu tak bisa tinggal lebih lama lagi di alam kami, karena sebagian tubuhnya adalah manusia.”
“Bocah itu sebelum pergi, ku beri nama, Buto Ijo.”
“Kenapa tidak kau katakan dari tadi Nyi? Tanya Aria.
“Kalau hamba katakan, jati diri Raden akan terungkap di depan ketiga padepokan, dan itu sangat berbahaya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
PANT GAME
Ooooo 🤭🤭🤭🤭🤭🤭
2022-09-11
1
Diamond
lanjuttt
2022-02-12
1
Kancellotti Unholy Mbachoter
ceLeLekan si aryaa...tambah ketaauan aaLinyaa
2022-02-04
1