Bab 9 : Jangan Asal Bicara

Ha Ha Ha

“Kudengar Pendekar Randu alas hebat seperti Harimau, ternyata tak lebih seperti Cucurut tak berguna,” Ucap Kala abang sambil tertawa terbahak bahak.

Anak buah Kala abang ikut tertawa mendengar perkataan sang pemimpin.

Kemuning dan Ratmi langsung memburu ke arah ayah mereka, Aria juga ikut menghampiri.

Kemuning berusaha membangunkan ayahnya begitu pula dengan Ratmi.

Darah segar tampak meleleh keluar dari mulut Ki Demang Surya dan Ki Sepuh, keduanya terluka dalam, akibat terkena hantaman Kala abang.

“Kalian berdua pergi dari sini sebelum terlambat, kami berdua akan menahan Kala abang sampai kalian bisa melarikan diri,” ucap Ki Demang Surya.

Aria yang berdiri dekat dengan Ki Demang dan Ki Sepuh, kemudian berkata.

“Jika tak mampu bertempur, sebaiknya melarikan diri, karena pendekar hebat adalah pendekar yang sadar akan keadaan dan situasi, kisanak,” ucap Aria.

Ki Demang Surya menarik napas mendengar perkataan Aria, begitu pula dengan Ki Sepuh, mereka berdua sadar dan mengerti apa maksud perkataan Aria, keduanya merasa malu terhadap diri sendiri yang sudah menyebut diri mereka sebagai pendekar.

Tetapi Ratmi yang sedih, kesal dan marah salah mengartikan maksud perkataan Aria.

Ratmi maju selangkah, berdiri sambil menatap Kala abang.

“Aku dan kakakku! Seru Ratmi sambil menunjuk Kemuning, “mempunyai seorang suami buta, tetapi tidak berguna, jika Kisanak hendak membunuh kami, sebaiknya Kisanak bunuh suami kami terlebih dahulu, agar kami bisa mati dengan tenang,” ucap Ratmi dengan raut wajah penuh amarah.

Kemuning, Ki Demang Surya serta Ki Sepuh terkejut, mendengar perkataan Ratmi.

Aria kerutkan kening, tak mengerti apa maksud suami buta yang di katakan Ratmi.

“Ratmi apa maksudmu mengatakan itu? Teriak Ki Sepuh.

“Biar saja ayah! iblis buta ini hanya tahu bicara, tanpa mau tahu kesusahan orang lain.” Ucap Ratmi dengan nada tinggi.

Ha Ha Ha

“Baik cah ayu! suami mu akan ku bereskan, tetapi kau tak perlu ikut mati, karena kami akan menunjukkan keindahan dunia pada kalian berdua,” setelah berkata, Kala abang beserta anak buahnya tertawa terbahak bahak.

“Hai buta, kesini kau! Teriak Kala abang.

Aria mendengar teriakan Kala abang, melangkah maju di bantu tongkatnya.

“Siapa namamu? Tanya Kala abang.

“Namaku Aria Pilong, Kisanak,” jawab Aria.

Ha Ha Ha

Kala abang serta anak buahnya tertawa mendengar nama akhir dari Aria, karena Pilong berarti buta.

Ki Demang Surya, serta Ki Sepuh gelengkan kepala, merasa tak tega melihat pemuda buta yang berdiri di hadapan Kala abang menjadi bahan ejekan musuh mereka.

“Istrimu bilang, kau lelaki tak berguna, apa benar? Tanya Kala abang.

“Istri! Seru Aria sambil kerutkan kening.

“Istri itu apa Kisanak? tanya Aria.

“Dasar guoblok!? Istri itu, orang yang tidur bersama denganmu,” teriak Kala abang dengan nada gusar.

“Oh! Istriku adalah kakek yang merawatku Kisanak,” jawab Aria.

Mendengar perkataan Aria, Ratmi dan kemuning menutup mulut mereka dengan tangan, berusaha menahan tawa, mereka berdua seperti lupa dengan kesusahan yang tengah mereka hadapi.

Sementara itu, wajah Kala abang berubah kelam mendengar perkataan Aria, karena merasa Aria tengah meledeknya.

“Benar-benar suami tak berguna,” ucap Kala abang, kemudian memberi isyarat kepada anak buahnya.

Seorang murid Suto abang yang tadi bertempur dengan Ki Sepuh melesat dan membacok kepala Aria.

Kemuning melihat Aria hanya diam langsung teriak memberi peringatan.

“Awas Kisanak!?

Hmm!

Aria mendengus, mendengar suara desiran angin menuju ke arahnya.

Ki Demang, Ki sepuh, Kemuning serta Ratmi pejamkan mata, tak tega melihat Aria bakal tewas terkena bacokan musuh, Ratmi sendiri dari lubuk hatinya yang paling dalam menyesal telah membawa Aria kedalam masalah ini.

Tubuh Aria sedikit bergeser ke kiri, bacokan murid Suto abang lewat.

Tongkat kayu cendana Aria bergerak naik, ke arah leher anak buah Suto abang.

Crep!

Tongkat kayu Aria menancap di leher anak murid perguruan Golok setan, setelah Aria menarik tongkatnya, murid perguruan Golok setan itu langsung ambruk ke tanah, tewas seketika dengan leher bolong.

Suasana langsung hening.

Kemuning, Ratmi, Ki Demang Surya serta Ki Sepuh terpana, begitu pula penduduk yang menyaksikan pertempuran, mereka tak melihat tangan Aria bergerak, hanya melihat, setelah tongkat menancap di leher.

Raut wajah Kala abang serta anak buahnya berubah, mereka sama sekali tidak menyangka, salah satu dari sepasang golok setan, murid Suto abang tewas hanya dalam sekali serang.

Salah satu dari sepasang golok setan yang merupakan murid dari Demit gunung wilis alias Suto abang, melihat kawannya tewas, tanpa berpikir panjang langsung melesat, goloknya menyabet ke arah pinggang Aria.

Aria tanpa bergerak, angkat tongkat kayu bergerak ke arah pinggang, dimana suara desiran angin dari bacokan golok terdengar.

Trang!

Suara nyaring terdengar saat kedua senjata beradu, belum sempat murid Suto abang bergerak, Aria meng entakkan tongkatnya.

Golok musuh terpental, sebelum musuh bergerak, tongkat di tangan Aria melesat ke arah kepala murid Suto abang.

Prak!

Suara tengkorak kepala pecah terdengar, darah serta cairan otak berhamburan, tubuh murid Suto abang ambruk ke tanah, sepasang golok setan tampak berdampingan di tanah, keduanya tewas dengan jurus tongkat Seda gitik, milik Aria.

Suasana langsung gempar, Kala abang beserta 7 orang murid lainnya langsung mencabut senjata, dan mengurung Aria.

Penduduk Randu alas langsung sorak melihat Aria berhasil membunuh 2 orang murid Suto abang, sementara Ratmi dan Kemuning hanya bisa diam membisu, tak percaya dengan apa yang mereka lihat di depan mata, begitu pula dengan Ki Demang surya dan Ki Sepuh.

Kala Abang melihat dua orang murid ketuanya tewas dengan mudah, tidak berani bertindak gegabah, perlahan ia maju, kemudian bertanya kepada Aria.

“Apa Kisanak benar-benar buta? Tanya Kala abang, kali ini nada bicara tokoh golongan hitam itu tidak lagi sejumawa tadi.

“Kalau tidak buta! Buat apa aku bawa – bawa tongkat,” jawab Aria.

“Bagaimana jika kau bergabung dengan kami! Ketua pasti dengan senang hati menerima mu,” ucap Kala abang berusaha membujuk Aria.

“Maaf Kisanak, istriku tidak akan setuju,” balas Aria.

“Aku akan bicara dengan kedua istrimu, kau tenang saja! Mereka pasti setuju,” ucap Kala abang sambil menatap ke arah Ratmi dan kemuning dengan sorot mata tajam, penuh ancaman.

“Istriku cuma satu Kisanak, sekarang lagi melanjutkan pertapaannya,”

Kala abang kerutkan kening mendengar perkataan Aria, “lantas kedua orang gadis itu, siapamu? Tanya Kala abang sambil matanya menatap ke arah Ratmi dan kemuning.

“Aku tidak kenal mereka! bukankah tadi kau katakan, jika tidur bersama adalah istri? Jadi Kakekku, ya istriku,” Aria berkata.

Suara gelak tawa langsung terdengar dari mulut para penduduk desa, begitu pula dengan Ratmi dan kemuning mendengar ucapan polos Aria.

Kala abang mendengar suara gelak tawa, tak bisa menahan hawa amarah, tambang bandul besi melesat ke arah kepala Ratmi, yang di anggap sebagai pembawa masalah.

Shing....Trang!

Sebelum bandul besi menghantam kepala Ratmi, Aria bergerak menghantam bandul besi Kala abang,

Kala abang melihat serangannya berhasil di tangkis oleh Aria, kemudian memberi isyarat anak buahnya untuk mengepung Aria.

Tambang bandul besi berputar di atas kepala, mencari kesempatan menyerang.

Tiga orang anak buah Kala abang melesat menyerang Aria dari arah yang berbeda.

Dua golok melesat ke arah kepala dan badan dari arah depan, satu golok membokong dari belakang membacok ke arah kaki.

“Hati-hati Kisanak! Teriak Ki Demang Surya.

Aria menangkis golok yang membacok ke arah kepala.

Trang!

Tanpa menunggu waktu lama tongkat di entakkan ke atas, setelah golok terpental, kemudian Aria lompat ke belakang, menghindari dua serangan ke arah pinggang dan kaki dengan ilmu meringankan tubuh Bayu samparan.

Setelah sampai di belakang musuh yang membokong, Aria menusukkan tongkatnya ke arah punggung, hingga tembus ke dada.

Crep!

Aria mencabut tongkatnya, musuh langsung jatuh tersungkur, tewas seketika.

Perlahan Aria memutar tongkat, darah tampak membanjiri ujung tongkat kayu.

Telinga Aria bergerak-gerak, berusaha mendengar pergerakan musuh.

Satu kaki Aria bergerak ke depan memasang kuda - kuda, sambil tongkat tegak lurus, siap menyerang dengan jurus tongkat Seda gitik.

Serang!

Teriak salah seorang anak buah Kala abang.

Aria langsung bergerak ke arah musuh yang baru saja teriak, melihat Aria mendekat, sang musuh langsung membacok ke arah bahu, Aria bergerak sedikit ke samping kanan, kemudian tangan kiri Aria dengan aji Tapak mawa geni menghantam dada kanan musuh.

Blam!

Anak buah Kala abang terpental, semua mata yang melihat tampak terkejut, karena melihat sebagian dada dan pakaian anak buah Kala abang hangus terkena pukulan Aria.

Shing!

Kala abang yang tak jauh dari Aria melesatkan tambang bandul besi ke arah kepala, Aria menangkis serangan Kala abang dengan tongkatnya, tetapi Kala abang menggoyang senjata tambangnya, sehingga serangan berubah menyabet dari samping.

Aria terkejut, kemudian jongkok, sambil mengibaskan tongkat ke arah kaki Kala abang.

Plak!

Kepala Aria selamat, tetapi caping Aria terpental terkena hantaman tambang bandul besi milik Kala abang.

Kala abang melihat kakinya di serang, lompat menjauh.

Ketika turun, Kala abang langsung mundur 2 langkah melihat Aria berdiri di depannya.

Raut wajah Kala abang tampak pucat, melihat mata Aria yang kuning ke emasan, suara dengan nada gentar keluar dari bibir Kala abang.

“Mata Iblis”

Terpopuler

Comments

Uchy

Uchy

Andai Aria Pilong bisa melihat...
Tentu Aria Pilong akan tau bahwa orang yang ada di depannya adalah orang yang membunuh orang tuanya....

2022-11-15

1

PANT GAME

PANT GAME

🤩🤩🤩🤩🤩🤩🤩

2022-09-11

1

asri_hamdani

asri_hamdani

mantaff

2022-04-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Prahara Di Bukit Setan
2 Bab 2 : Tewasnya keluarga Pedagang Muda
3 Bab 3 : Kakek Misterius
4 Bab 4 : Berlatih Ilmu Kanuragan
5 Bab 5 : Saatnya Perpisahan
6 Bab 6 : Kampung Randu Alas
7 Bab 7 : Pendekar Randu Alas
8 Bab 8 : Utusan Suto Abang
9 Bab 9 : Jangan Asal Bicara
10 Bab 10 : Melawan Musuh Tangguh
11 Bab 11 : Menetap Di Randu Alas
12 Bab 12 : Hutan Kali Mati
13 Bab 13 : Menolong Penguasa Gunung Lawu.
14 Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati
15 Bab 15 : Maafkan Aku Nona
16 Bab 16 : Padepokan Wisanggeni
17 Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan
18 Bab 18 : Rencana Terselubung
19 Bab 19 : Perlahan Mulai Terungkap
20 Bab 20 : Cerita Dari Masa Lalu
21 Bab 21 : Berangkat Ke Kerajaan Wengker
22 Bab 22 : Misteri Seorang Resi
23 Bab 23 : Ambisi Seorang Resi
24 Bab 24 : Tewasnya Seorang Ketua Padepokan
25 Bab 25 : Kekuatan Baru
26 Bab 26 : Cerita Naga Langit
27 Bab 27 : Apa Aku Boleh Ikut?
28 Bab 28 : Mengambil Kitab 7 Racun
29 Bab 29 : Kesedihan Wisesa
30 Bab 30 : Berangkat Ke Gunung Semeru
31 Bab 31 : Pertempuran Di Gunung Wilis
32 Bab 32 : Ingatan Masa Lalu
33 Bab 33 : Kau Ku Ampuni
34 Bab 34 : Pertempuran 2 Penguasa
35 Bab 35 : Ungkapan Hati 2 Orang Gadis
36 Bab 36 : Peristiwa Di Kota Daha
37 Bab 37 : Masalah Baru
38 Bab 38 : Perseteruan Antar Saudara 1
39 Bab 39 : Perseteruan Antar Saudara 2
40 Bab 40 : Kemarahan Tumenggung Adiguna
41 Bab 41 : Kupikir Hebat, Ternyata?
42 Bab 42 : Jangan Hina Aku
43 Bab 43 : Apa Yang Kau Tanam, Itu Yang Kau Tuai
44 Bab 44 : Jangan Remehkan Kami
45 Bab 45 : Benang Merah Dari Sebuah Ramalan Mulai Terlihat.
46 Bab 46 : Persiapan Sayembara
47 Bab 47 : Resahnya Hati Resi Sarpa Kencana
48 Bab 48 : Restu Dari Naga Langit
49 Bab 49 : Ku Berikan Setengah Kekuatanku
50 Bab 50 : Caping Kembar
51 Bab 51 : Kau Kawan Atau Lawan
52 Bab 52 : Rencana Tersembunyi Seorang Senopati
53 Bab 53 : Ku Tantang Kau Di Arena Sayembara
54 Bab 54 : Ancaman Di Tempat Pertemuan
55 Bab 55 : Maaf! Aku Membohongimu
56 Bab 56 : Sayembara Di Mulai
57 Bab 57 : Pelajaran Berharga Untuk Sang Murid
58 Bab 58 : Darah Mulai Tumpah Di Lantai Arena
59 Bab 59 : Sedih Hati Aria Pilong
60 Bab 60 : Aku Terima Tantangan Mu
61 Bab 61 : Janji Dua Orang Pendekar
62 Bab 62 : Dendam sang Kakek
63 Bab 63 : Penjaga Wilayah Barat
64 Bab 64 : Ku Serahkan Padamu
65 Bab 65 : Telaga Kelud
66 Bab 66 : Siapa Pemimpin kalian?
67 Bab 67 : Kau Yang Bertaruh, Tetapi Aku Yang Repot
68 Bab 68 : Jaga Ucapanmu, Nona!
69 Bab 69 : Julukan Baru Aria, Kakak Ketiga
70 Bab 70 : Mendapat 2 Pelayan
71 Bab 71 : Iblis Kawi
72 Bab 72 : Pertempuran Wangsa Dan Iblis Kawi
73 Bab 73 : Perjodohan Masa Lalu
74 Bab 74 : Bertemu Rombongan Saudagar Asing
75 Bab 75 : Tawaran Jalan Bersama
76 Bab 76 : Kecurigaan Sugriwa
77 Bab 77 : Pembantaian Di Desa Jatijajar
78 Bab 78 : Tawaran Kerjasama
79 Bab 79 : Jangan Coba Menipu Aku
80 Bab 80 : Kalian Pikir Bisa Mengurungku?
81 Bab 81 : Bara Di Kota Tumapel
82 Bab 82 : Kalau Lemah! Tak Usah Banyak Bicara.
83 Bab 83 : Ilmu Yang Susah Di Hadapi
84 Bab 84 : Titik Lemah Ajian Larang Boyo
85 Bab 85 : Akhir Cerita Tokoh Tua
86 Bab 86 : Arah Dan Tujuan Kita Berbeda
87 Bab 87 : Penari Di Desa Coblong
88 Bab 88 : Sahabatku Bernama Kidung Kencana
89 Bab 89 : Singa Barong
90 Bab 90 : Kesempatan Kedua
91 Bab 91 : Kesepakatan Bersama
92 Bab 92 : Bertemu Pendekar Kembar
93 Bab 93 : Satu Tawaran Untuk Ki Bayan
94 Bab 94 : Tak Ada Kesempatan Kedua
95 Bab 95 : Jalan Rahasia
96 Bab 96 : Tragedi Di Dalam Goa
97 Bab 97 : Bertemu Resi Lanang Jagad
98 Bab 98 : Kesedihan Hati Seorang Abdi
99 Bab 99 : Terima Kasih Eyang Resi
100 Bab 100 : Bantu Kami, Lalu Kami Bantu Kau
101 Bab 101 : Penguasa Gunung Batok
102 Bab 102 : Akhirnya Kau Datang
103 Bab 103 : Bertemu Seorang Utusan
104 Bab 104 : Nasehat Dan Restu Nyi Selasih
105 105 : Raden Kusumo
106 106 : Jangan Ganggu Aku
107 107 : Apa Boleh, Aku Minta Bantuan?
108 108 : Bertemu Kembali Dengan Sahabat
109 109 : Hari Ceria Jagad Buwana
110 110 : Kalabenda
111 111 : Maaf! Jalan Kita Berbeda
112 112 : Hari Pertemuan
113 113 : Lima Padepokan Besar
114 114 : Tewasnya Panglima Hitam
115 Satu Kenyataan Yang Mengejutkan
116 Pengorbanan Suketi
117 Hati Naga Yang Terluka
118 Janji Pati Elang Yang Tersakiti
119 Gabungan Kekuatan
120 Mata-Mata Atau Bukan?
121 Utusan Pelangi
122 Mencari Manusia Terkutuk
123 Bertemu Mpu Barada
124 Kisah Penguasa Alas Purwo
125 Penangkal Racun Jarum Emas
126 Desa Telaga Warna
127 Jangan Membuatku Curiga
128 Kedok Kalasrenggi Terbuka
129 Akhir Dari Sebuah Pertemanan
130 Akhir Dari Penghianatan
131 Aria Pilong Vs Kalasrenggi
132 Beri Aku Nama
133 Keterangan Mengejutkan
134 Ambisi Jati Wilis
135 Perebutan Wilayah Perdagangan
136 Informasi Dari Rama
137 Siasat Untuk melawan Jati Wilis
138 Gempar Di Kota Keta
139 Isi Hati Buwana Dewi
140 Rencana Kedua Aria Pilong
141 Hancurnya Cabang Padepokan Elang Emas Di Kota Keta
142 Kepandaian Bicara Sang Utusan
143 Arogansi Patih Argobumi
144 Pelangi Di Kota Keta
145 Hadiah Untuk Sang Utusan
146 Nasehat Untuk Pejabat Kahuripan
147 Hasrat Seorang Dewi
148 Kota Di Pesisir Pantai
149 Membantu Nelayan Kalipuro
150 Tewasnya Iwa Brengos
151 Menyebrang Ke Pulau Bali
152 Bertempur Melawan 2 Elang Raksasa
153 Maafkan Aku, Kakang
154 Bertemu Panglima Laut Kerajaan Bali
155 Undangan Persahabatan
156 Permintaan Buwana Dewi
157 Elang Jantan Menyerang Istana Tampak Siring
158 Dendam Kedua Elang
159 Kau Atau Aku Yang Berkuasa?
160 Bertempur Di Luar Benteng Istana
161 Misi Lembusora
162 Jangan Pisahkan Kami
163 Satu Harapan Yang Jauh Dari Kenyataan
164 Undangan Untuk Ki Banyu Alas
165 Nasehat Mpu Barada
166 Ijin Dan Restu Prabu Anak Wungsu
167 Persiapan Acara Pernikahan
168 Siasat Keji Di Acara Janji Suci
169 Hari Yang Di Tunggu
170 Terkena Siraman Air Beracun
171 Rencana Licik Nyoman Sidharta Gagal
172 Sudah Resmi Menikah
173 Rasa Putus Asa Mantan Patih Kerajaan
174 Istana Tampak Siring Di kepung
175 Jodoh Masa Kecil, Apa Iya?
176 Mari Kita Buktikan
177 Jangan Ganggu Putri Angkatku
178 Cinta Berdarah
179 Mentari Di Atas Istana Tampak Siring
180 Menyerang Alas Purwo
181 Menyerang Alas Purwo 2
182 Akhir Dari Sebuah Ambisi
183 Petaka Di Hari Bahagia ( End )
Episodes

Updated 183 Episodes

1
Bab 1 : Prahara Di Bukit Setan
2
Bab 2 : Tewasnya keluarga Pedagang Muda
3
Bab 3 : Kakek Misterius
4
Bab 4 : Berlatih Ilmu Kanuragan
5
Bab 5 : Saatnya Perpisahan
6
Bab 6 : Kampung Randu Alas
7
Bab 7 : Pendekar Randu Alas
8
Bab 8 : Utusan Suto Abang
9
Bab 9 : Jangan Asal Bicara
10
Bab 10 : Melawan Musuh Tangguh
11
Bab 11 : Menetap Di Randu Alas
12
Bab 12 : Hutan Kali Mati
13
Bab 13 : Menolong Penguasa Gunung Lawu.
14
Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati
15
Bab 15 : Maafkan Aku Nona
16
Bab 16 : Padepokan Wisanggeni
17
Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan
18
Bab 18 : Rencana Terselubung
19
Bab 19 : Perlahan Mulai Terungkap
20
Bab 20 : Cerita Dari Masa Lalu
21
Bab 21 : Berangkat Ke Kerajaan Wengker
22
Bab 22 : Misteri Seorang Resi
23
Bab 23 : Ambisi Seorang Resi
24
Bab 24 : Tewasnya Seorang Ketua Padepokan
25
Bab 25 : Kekuatan Baru
26
Bab 26 : Cerita Naga Langit
27
Bab 27 : Apa Aku Boleh Ikut?
28
Bab 28 : Mengambil Kitab 7 Racun
29
Bab 29 : Kesedihan Wisesa
30
Bab 30 : Berangkat Ke Gunung Semeru
31
Bab 31 : Pertempuran Di Gunung Wilis
32
Bab 32 : Ingatan Masa Lalu
33
Bab 33 : Kau Ku Ampuni
34
Bab 34 : Pertempuran 2 Penguasa
35
Bab 35 : Ungkapan Hati 2 Orang Gadis
36
Bab 36 : Peristiwa Di Kota Daha
37
Bab 37 : Masalah Baru
38
Bab 38 : Perseteruan Antar Saudara 1
39
Bab 39 : Perseteruan Antar Saudara 2
40
Bab 40 : Kemarahan Tumenggung Adiguna
41
Bab 41 : Kupikir Hebat, Ternyata?
42
Bab 42 : Jangan Hina Aku
43
Bab 43 : Apa Yang Kau Tanam, Itu Yang Kau Tuai
44
Bab 44 : Jangan Remehkan Kami
45
Bab 45 : Benang Merah Dari Sebuah Ramalan Mulai Terlihat.
46
Bab 46 : Persiapan Sayembara
47
Bab 47 : Resahnya Hati Resi Sarpa Kencana
48
Bab 48 : Restu Dari Naga Langit
49
Bab 49 : Ku Berikan Setengah Kekuatanku
50
Bab 50 : Caping Kembar
51
Bab 51 : Kau Kawan Atau Lawan
52
Bab 52 : Rencana Tersembunyi Seorang Senopati
53
Bab 53 : Ku Tantang Kau Di Arena Sayembara
54
Bab 54 : Ancaman Di Tempat Pertemuan
55
Bab 55 : Maaf! Aku Membohongimu
56
Bab 56 : Sayembara Di Mulai
57
Bab 57 : Pelajaran Berharga Untuk Sang Murid
58
Bab 58 : Darah Mulai Tumpah Di Lantai Arena
59
Bab 59 : Sedih Hati Aria Pilong
60
Bab 60 : Aku Terima Tantangan Mu
61
Bab 61 : Janji Dua Orang Pendekar
62
Bab 62 : Dendam sang Kakek
63
Bab 63 : Penjaga Wilayah Barat
64
Bab 64 : Ku Serahkan Padamu
65
Bab 65 : Telaga Kelud
66
Bab 66 : Siapa Pemimpin kalian?
67
Bab 67 : Kau Yang Bertaruh, Tetapi Aku Yang Repot
68
Bab 68 : Jaga Ucapanmu, Nona!
69
Bab 69 : Julukan Baru Aria, Kakak Ketiga
70
Bab 70 : Mendapat 2 Pelayan
71
Bab 71 : Iblis Kawi
72
Bab 72 : Pertempuran Wangsa Dan Iblis Kawi
73
Bab 73 : Perjodohan Masa Lalu
74
Bab 74 : Bertemu Rombongan Saudagar Asing
75
Bab 75 : Tawaran Jalan Bersama
76
Bab 76 : Kecurigaan Sugriwa
77
Bab 77 : Pembantaian Di Desa Jatijajar
78
Bab 78 : Tawaran Kerjasama
79
Bab 79 : Jangan Coba Menipu Aku
80
Bab 80 : Kalian Pikir Bisa Mengurungku?
81
Bab 81 : Bara Di Kota Tumapel
82
Bab 82 : Kalau Lemah! Tak Usah Banyak Bicara.
83
Bab 83 : Ilmu Yang Susah Di Hadapi
84
Bab 84 : Titik Lemah Ajian Larang Boyo
85
Bab 85 : Akhir Cerita Tokoh Tua
86
Bab 86 : Arah Dan Tujuan Kita Berbeda
87
Bab 87 : Penari Di Desa Coblong
88
Bab 88 : Sahabatku Bernama Kidung Kencana
89
Bab 89 : Singa Barong
90
Bab 90 : Kesempatan Kedua
91
Bab 91 : Kesepakatan Bersama
92
Bab 92 : Bertemu Pendekar Kembar
93
Bab 93 : Satu Tawaran Untuk Ki Bayan
94
Bab 94 : Tak Ada Kesempatan Kedua
95
Bab 95 : Jalan Rahasia
96
Bab 96 : Tragedi Di Dalam Goa
97
Bab 97 : Bertemu Resi Lanang Jagad
98
Bab 98 : Kesedihan Hati Seorang Abdi
99
Bab 99 : Terima Kasih Eyang Resi
100
Bab 100 : Bantu Kami, Lalu Kami Bantu Kau
101
Bab 101 : Penguasa Gunung Batok
102
Bab 102 : Akhirnya Kau Datang
103
Bab 103 : Bertemu Seorang Utusan
104
Bab 104 : Nasehat Dan Restu Nyi Selasih
105
105 : Raden Kusumo
106
106 : Jangan Ganggu Aku
107
107 : Apa Boleh, Aku Minta Bantuan?
108
108 : Bertemu Kembali Dengan Sahabat
109
109 : Hari Ceria Jagad Buwana
110
110 : Kalabenda
111
111 : Maaf! Jalan Kita Berbeda
112
112 : Hari Pertemuan
113
113 : Lima Padepokan Besar
114
114 : Tewasnya Panglima Hitam
115
Satu Kenyataan Yang Mengejutkan
116
Pengorbanan Suketi
117
Hati Naga Yang Terluka
118
Janji Pati Elang Yang Tersakiti
119
Gabungan Kekuatan
120
Mata-Mata Atau Bukan?
121
Utusan Pelangi
122
Mencari Manusia Terkutuk
123
Bertemu Mpu Barada
124
Kisah Penguasa Alas Purwo
125
Penangkal Racun Jarum Emas
126
Desa Telaga Warna
127
Jangan Membuatku Curiga
128
Kedok Kalasrenggi Terbuka
129
Akhir Dari Sebuah Pertemanan
130
Akhir Dari Penghianatan
131
Aria Pilong Vs Kalasrenggi
132
Beri Aku Nama
133
Keterangan Mengejutkan
134
Ambisi Jati Wilis
135
Perebutan Wilayah Perdagangan
136
Informasi Dari Rama
137
Siasat Untuk melawan Jati Wilis
138
Gempar Di Kota Keta
139
Isi Hati Buwana Dewi
140
Rencana Kedua Aria Pilong
141
Hancurnya Cabang Padepokan Elang Emas Di Kota Keta
142
Kepandaian Bicara Sang Utusan
143
Arogansi Patih Argobumi
144
Pelangi Di Kota Keta
145
Hadiah Untuk Sang Utusan
146
Nasehat Untuk Pejabat Kahuripan
147
Hasrat Seorang Dewi
148
Kota Di Pesisir Pantai
149
Membantu Nelayan Kalipuro
150
Tewasnya Iwa Brengos
151
Menyebrang Ke Pulau Bali
152
Bertempur Melawan 2 Elang Raksasa
153
Maafkan Aku, Kakang
154
Bertemu Panglima Laut Kerajaan Bali
155
Undangan Persahabatan
156
Permintaan Buwana Dewi
157
Elang Jantan Menyerang Istana Tampak Siring
158
Dendam Kedua Elang
159
Kau Atau Aku Yang Berkuasa?
160
Bertempur Di Luar Benteng Istana
161
Misi Lembusora
162
Jangan Pisahkan Kami
163
Satu Harapan Yang Jauh Dari Kenyataan
164
Undangan Untuk Ki Banyu Alas
165
Nasehat Mpu Barada
166
Ijin Dan Restu Prabu Anak Wungsu
167
Persiapan Acara Pernikahan
168
Siasat Keji Di Acara Janji Suci
169
Hari Yang Di Tunggu
170
Terkena Siraman Air Beracun
171
Rencana Licik Nyoman Sidharta Gagal
172
Sudah Resmi Menikah
173
Rasa Putus Asa Mantan Patih Kerajaan
174
Istana Tampak Siring Di kepung
175
Jodoh Masa Kecil, Apa Iya?
176
Mari Kita Buktikan
177
Jangan Ganggu Putri Angkatku
178
Cinta Berdarah
179
Mentari Di Atas Istana Tampak Siring
180
Menyerang Alas Purwo
181
Menyerang Alas Purwo 2
182
Akhir Dari Sebuah Ambisi
183
Petaka Di Hari Bahagia ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!