Ha Ha Ha
“Kudengar Pendekar Randu alas hebat seperti Harimau, ternyata tak lebih seperti Cucurut tak berguna,” Ucap Kala abang sambil tertawa terbahak bahak.
Anak buah Kala abang ikut tertawa mendengar perkataan sang pemimpin.
Kemuning dan Ratmi langsung memburu ke arah ayah mereka, Aria juga ikut menghampiri.
Kemuning berusaha membangunkan ayahnya begitu pula dengan Ratmi.
Darah segar tampak meleleh keluar dari mulut Ki Demang Surya dan Ki Sepuh, keduanya terluka dalam, akibat terkena hantaman Kala abang.
“Kalian berdua pergi dari sini sebelum terlambat, kami berdua akan menahan Kala abang sampai kalian bisa melarikan diri,” ucap Ki Demang Surya.
Aria yang berdiri dekat dengan Ki Demang dan Ki Sepuh, kemudian berkata.
“Jika tak mampu bertempur, sebaiknya melarikan diri, karena pendekar hebat adalah pendekar yang sadar akan keadaan dan situasi, kisanak,” ucap Aria.
Ki Demang Surya menarik napas mendengar perkataan Aria, begitu pula dengan Ki Sepuh, mereka berdua sadar dan mengerti apa maksud perkataan Aria, keduanya merasa malu terhadap diri sendiri yang sudah menyebut diri mereka sebagai pendekar.
Tetapi Ratmi yang sedih, kesal dan marah salah mengartikan maksud perkataan Aria.
Ratmi maju selangkah, berdiri sambil menatap Kala abang.
“Aku dan kakakku! Seru Ratmi sambil menunjuk Kemuning, “mempunyai seorang suami buta, tetapi tidak berguna, jika Kisanak hendak membunuh kami, sebaiknya Kisanak bunuh suami kami terlebih dahulu, agar kami bisa mati dengan tenang,” ucap Ratmi dengan raut wajah penuh amarah.
Kemuning, Ki Demang Surya serta Ki Sepuh terkejut, mendengar perkataan Ratmi.
Aria kerutkan kening, tak mengerti apa maksud suami buta yang di katakan Ratmi.
“Ratmi apa maksudmu mengatakan itu? Teriak Ki Sepuh.
“Biar saja ayah! iblis buta ini hanya tahu bicara, tanpa mau tahu kesusahan orang lain.” Ucap Ratmi dengan nada tinggi.
Ha Ha Ha
“Baik cah ayu! suami mu akan ku bereskan, tetapi kau tak perlu ikut mati, karena kami akan menunjukkan keindahan dunia pada kalian berdua,” setelah berkata, Kala abang beserta anak buahnya tertawa terbahak bahak.
“Hai buta, kesini kau! Teriak Kala abang.
Aria mendengar teriakan Kala abang, melangkah maju di bantu tongkatnya.
“Siapa namamu? Tanya Kala abang.
“Namaku Aria Pilong, Kisanak,” jawab Aria.
Ha Ha Ha
Kala abang serta anak buahnya tertawa mendengar nama akhir dari Aria, karena Pilong berarti buta.
Ki Demang Surya, serta Ki Sepuh gelengkan kepala, merasa tak tega melihat pemuda buta yang berdiri di hadapan Kala abang menjadi bahan ejekan musuh mereka.
“Istrimu bilang, kau lelaki tak berguna, apa benar? Tanya Kala abang.
“Istri! Seru Aria sambil kerutkan kening.
“Istri itu apa Kisanak? tanya Aria.
“Dasar guoblok!? Istri itu, orang yang tidur bersama denganmu,” teriak Kala abang dengan nada gusar.
“Oh! Istriku adalah kakek yang merawatku Kisanak,” jawab Aria.
Mendengar perkataan Aria, Ratmi dan kemuning menutup mulut mereka dengan tangan, berusaha menahan tawa, mereka berdua seperti lupa dengan kesusahan yang tengah mereka hadapi.
Sementara itu, wajah Kala abang berubah kelam mendengar perkataan Aria, karena merasa Aria tengah meledeknya.
“Benar-benar suami tak berguna,” ucap Kala abang, kemudian memberi isyarat kepada anak buahnya.
Seorang murid Suto abang yang tadi bertempur dengan Ki Sepuh melesat dan membacok kepala Aria.
Kemuning melihat Aria hanya diam langsung teriak memberi peringatan.
“Awas Kisanak!?
Hmm!
Aria mendengus, mendengar suara desiran angin menuju ke arahnya.
Ki Demang, Ki sepuh, Kemuning serta Ratmi pejamkan mata, tak tega melihat Aria bakal tewas terkena bacokan musuh, Ratmi sendiri dari lubuk hatinya yang paling dalam menyesal telah membawa Aria kedalam masalah ini.
Tubuh Aria sedikit bergeser ke kiri, bacokan murid Suto abang lewat.
Tongkat kayu cendana Aria bergerak naik, ke arah leher anak buah Suto abang.
Crep!
Tongkat kayu Aria menancap di leher anak murid perguruan Golok setan, setelah Aria menarik tongkatnya, murid perguruan Golok setan itu langsung ambruk ke tanah, tewas seketika dengan leher bolong.
Suasana langsung hening.
Kemuning, Ratmi, Ki Demang Surya serta Ki Sepuh terpana, begitu pula penduduk yang menyaksikan pertempuran, mereka tak melihat tangan Aria bergerak, hanya melihat, setelah tongkat menancap di leher.
Raut wajah Kala abang serta anak buahnya berubah, mereka sama sekali tidak menyangka, salah satu dari sepasang golok setan, murid Suto abang tewas hanya dalam sekali serang.
Salah satu dari sepasang golok setan yang merupakan murid dari Demit gunung wilis alias Suto abang, melihat kawannya tewas, tanpa berpikir panjang langsung melesat, goloknya menyabet ke arah pinggang Aria.
Aria tanpa bergerak, angkat tongkat kayu bergerak ke arah pinggang, dimana suara desiran angin dari bacokan golok terdengar.
Trang!
Suara nyaring terdengar saat kedua senjata beradu, belum sempat murid Suto abang bergerak, Aria meng entakkan tongkatnya.
Golok musuh terpental, sebelum musuh bergerak, tongkat di tangan Aria melesat ke arah kepala murid Suto abang.
Prak!
Suara tengkorak kepala pecah terdengar, darah serta cairan otak berhamburan, tubuh murid Suto abang ambruk ke tanah, sepasang golok setan tampak berdampingan di tanah, keduanya tewas dengan jurus tongkat Seda gitik, milik Aria.
Suasana langsung gempar, Kala abang beserta 7 orang murid lainnya langsung mencabut senjata, dan mengurung Aria.
Penduduk Randu alas langsung sorak melihat Aria berhasil membunuh 2 orang murid Suto abang, sementara Ratmi dan Kemuning hanya bisa diam membisu, tak percaya dengan apa yang mereka lihat di depan mata, begitu pula dengan Ki Demang surya dan Ki Sepuh.
Kala Abang melihat dua orang murid ketuanya tewas dengan mudah, tidak berani bertindak gegabah, perlahan ia maju, kemudian bertanya kepada Aria.
“Apa Kisanak benar-benar buta? Tanya Kala abang, kali ini nada bicara tokoh golongan hitam itu tidak lagi sejumawa tadi.
“Kalau tidak buta! Buat apa aku bawa – bawa tongkat,” jawab Aria.
“Bagaimana jika kau bergabung dengan kami! Ketua pasti dengan senang hati menerima mu,” ucap Kala abang berusaha membujuk Aria.
“Maaf Kisanak, istriku tidak akan setuju,” balas Aria.
“Aku akan bicara dengan kedua istrimu, kau tenang saja! Mereka pasti setuju,” ucap Kala abang sambil menatap ke arah Ratmi dan kemuning dengan sorot mata tajam, penuh ancaman.
“Istriku cuma satu Kisanak, sekarang lagi melanjutkan pertapaannya,”
Kala abang kerutkan kening mendengar perkataan Aria, “lantas kedua orang gadis itu, siapamu? Tanya Kala abang sambil matanya menatap ke arah Ratmi dan kemuning.
“Aku tidak kenal mereka! bukankah tadi kau katakan, jika tidur bersama adalah istri? Jadi Kakekku, ya istriku,” Aria berkata.
Suara gelak tawa langsung terdengar dari mulut para penduduk desa, begitu pula dengan Ratmi dan kemuning mendengar ucapan polos Aria.
Kala abang mendengar suara gelak tawa, tak bisa menahan hawa amarah, tambang bandul besi melesat ke arah kepala Ratmi, yang di anggap sebagai pembawa masalah.
Shing....Trang!
Sebelum bandul besi menghantam kepala Ratmi, Aria bergerak menghantam bandul besi Kala abang,
Kala abang melihat serangannya berhasil di tangkis oleh Aria, kemudian memberi isyarat anak buahnya untuk mengepung Aria.
Tambang bandul besi berputar di atas kepala, mencari kesempatan menyerang.
Tiga orang anak buah Kala abang melesat menyerang Aria dari arah yang berbeda.
Dua golok melesat ke arah kepala dan badan dari arah depan, satu golok membokong dari belakang membacok ke arah kaki.
“Hati-hati Kisanak! Teriak Ki Demang Surya.
Aria menangkis golok yang membacok ke arah kepala.
Trang!
Tanpa menunggu waktu lama tongkat di entakkan ke atas, setelah golok terpental, kemudian Aria lompat ke belakang, menghindari dua serangan ke arah pinggang dan kaki dengan ilmu meringankan tubuh Bayu samparan.
Setelah sampai di belakang musuh yang membokong, Aria menusukkan tongkatnya ke arah punggung, hingga tembus ke dada.
Crep!
Aria mencabut tongkatnya, musuh langsung jatuh tersungkur, tewas seketika.
Perlahan Aria memutar tongkat, darah tampak membanjiri ujung tongkat kayu.
Telinga Aria bergerak-gerak, berusaha mendengar pergerakan musuh.
Satu kaki Aria bergerak ke depan memasang kuda - kuda, sambil tongkat tegak lurus, siap menyerang dengan jurus tongkat Seda gitik.
Serang!
Teriak salah seorang anak buah Kala abang.
Aria langsung bergerak ke arah musuh yang baru saja teriak, melihat Aria mendekat, sang musuh langsung membacok ke arah bahu, Aria bergerak sedikit ke samping kanan, kemudian tangan kiri Aria dengan aji Tapak mawa geni menghantam dada kanan musuh.
Blam!
Anak buah Kala abang terpental, semua mata yang melihat tampak terkejut, karena melihat sebagian dada dan pakaian anak buah Kala abang hangus terkena pukulan Aria.
Shing!
Kala abang yang tak jauh dari Aria melesatkan tambang bandul besi ke arah kepala, Aria menangkis serangan Kala abang dengan tongkatnya, tetapi Kala abang menggoyang senjata tambangnya, sehingga serangan berubah menyabet dari samping.
Aria terkejut, kemudian jongkok, sambil mengibaskan tongkat ke arah kaki Kala abang.
Plak!
Kepala Aria selamat, tetapi caping Aria terpental terkena hantaman tambang bandul besi milik Kala abang.
Kala abang melihat kakinya di serang, lompat menjauh.
Ketika turun, Kala abang langsung mundur 2 langkah melihat Aria berdiri di depannya.
Raut wajah Kala abang tampak pucat, melihat mata Aria yang kuning ke emasan, suara dengan nada gentar keluar dari bibir Kala abang.
“Mata Iblis”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Dragon🐉 gate🐉
nah kan .. mulai kelihatan erornya .. dah lah🤦🤣🤣🤣
2024-08-31
0
Xiao Shuxiang
BANGKE 🤣🤣
2024-07-16
0
Xiao Shuxiang
WKWKWKWK ASYUUU 😂😂
2024-07-16
0