Bab 18 : Rencana Terselubung

“Terhadap padepokan aliran hitam, tak usah banyak bicara, lebih baik serang,” ucap Ki Ronggo perwakilan dari padepokan Tombak terbang.

“Sebenarnya padepokan Wisanggeni atau padepokan kalian yang ber aliran hitam? Ki Birawa balik bertanya kepada Ki Ronggo.

“Tentu saja kalian, orang yang menggunakan racun adalah pengecut,” Ki Ronggo membalas perkataan Ki Birawa.

“Padepokan Wisanggeni memakai racun untuk mempertahankan diri dan membantu saudara sekalian yang terkena racun.

“Kami tidak mau bermanis muka dan berpura-pura baik untuk di sebut padepokan aliran putih, biar masyarakat yang menilai, kami dari aliran hitam atau sebaliknya,” Ki Birawa membalas perkataan Ki Ronggo.

“Tombak terbang adalah padepokan kecil yang baru saja belajar berdiri, kalian bersekutu dengan Tapak suci, untuk menaikkan pamor kalian agar lebih di kenal di dunia persilatan, benar tidak perkataanku? Ki Birawa berkata dengan nada sinis, sambil menatap ke arah Ki Ronggo.

“Hati-hati dengan bicaramu Birawa! Wisanggeni memang lebih dulu berdiri dari Tombak terbang.

“Tetapi harus kau ingat, Wisanggeni juga akan lebih dulu berakhir daripada Tombak terbang.

Ha Ha Ha

“Kau pikir bisa semudah itu meruntuhkan Wisanggeni,” Ki Birawa berkata sambil tertawa, mendengar perkataan Ki Ronggo.

“Keparat! Kita lihat saja siapa yang akan berdiri dan siapa yang akan terkapar,” balas Ki Ronggo.

Tombak Ki Ronggo melesat ke arah Ki Birawa.

Ki Birawa langsung jongkok menghindari serangan tombak musuh, ketua padepokan Wisanggeni sudah siap, sehingga dengan cepat dapat menghindari tombak musuh.

Padepokan Tombak terbang mempunyai ke ahlian dalam memainkan tombak, gagang tombak di beri tali yang di ikatkan ke pergelangan tangan, dan tombak bisa terbang karena di kendalikan oleh tali yang di pegang si pemilik tombak.

Tombak berputar-putar di atas kepala Ki Birawa, mengikuti pergerakan tangan Ki Ronggo, yang menunggu kesempatan menyerang.

Ki Birawa tangan kanannya sudah memegang pisau kecil dengan badan pisau berwarna agak kebiruan, tanda pisau itu mengandung racun.

Tombak kembali meluncur, seperti se ekor burung yang hendak mematuk kepala.

Ki Birawa mundur, kemudian tangannya mengibas ke arah tombak yang tidak menemui sasaran.

Trang!

Tombak terpental terkena hantaman pisau ki Birawa, saat tombak hendak jatuh ke tanah.

Ki Ronggo menggerakkan tangannya, tombak kembali melesat menuju ke arah Tubuh Birawa.

Dengan ilmu meringankan tubuh, ki Birawa bergerak ke kiri menghindari serangan tombak, kemudian pisau kecilnya menebas ke arah tali yang mengikat gagang tombak.

Sret….Trang!

Tombak jatuh setelah tali yang mengikat gagang tombak putus, terkena tebasan pisau ki Birawa.

Ki Ronggo melihat tombaknya jatuh langsung melesat, kakinya menghantam ke arah leher ki Birawa.

Ki Birawa menghindari tendangan dengan bergerak mundur.

Ki Ronggo melihat Ki Birawa mundur, kemudian mengambil tombaknya yang jatuh di tanah, setelah tombak berada di tangan kanan, tombak berputar, lalu menyabet ke arah kaki Birawa.

Ki Birawa lompat menghindari tebasan tombak, saat melihat tombak bergerak kembali, kali ini menusuk ke arah perut saat tubuhnya tengah berada di udara.

Tangan kiri Ki Birawa mengibas ke arah Ki Ronggo.

Whut!

Serbuk berwarna hijau melesat ke arah Ki Ronggo.

“Awas Ki Ronggo!? Teriak Mahesa, melihat sekutunya terancam oleh racun yang di sebarkan Ki Birawa.

Ki Ronggo berguling di tanah, berusaha menjauh dari racun milik Ki Birawa, sambil tangan kiri menutup hidung serta mulut, agar racun Ki Birawa tidak masuk ke dalam tubuhnya.

Melihat musuh mundur sambil berguling menjauh dari dirinya.

Ki Birawa melemparkan pisau kecil yang berada di tangan kanannya.

Pisau melesat cepat ke arah Ki Ronggo.

Ki Ronggo hanya bisa menatap pisau yang sebentar lagi akan menghunjam ke arah tubuhnya, tanpa bisa ia hindari.

Saat pisau hendak menancap di tubuh Ki Ronggo, bayangan merah melesat, lalu sinar perak bergerak menghantam pisau yang di lemparkan oleh Ki Birawa.

Trang!

Pisau Ki Birawa jatuh ke tanah, kini di hadapan Ki Ronggo berdiri pria paruh baya memakai pakaian berwarna merah.

“Ki Birawa! Tindakanmu ini malah menambah keyakinan kami, bahwa Wisanggeni berada di balik kematian juragan Mahendra,” ucap Pria berbaju merah.

Pria berbaju merah bersama istrinya yang mewakili Padepokan Baju merah, di kenal dengan julukan sepasang pedang kembar, sepasang tokoh yang merupakan andalan dari padepokan Baju merah, pimpinan Sura kendil.

“Saudara Durga, apa aku harus diam jika ada orang yang ingin membunuhku? Tanya Ki Birawa dengan tatapan sinis, karena orang yang di panggil Durga telah menggagalkan serangannya.

“Aku menghormati Sura kendil sebagai seorang tokoh yang di segani di daerah gunung Lawu ini, tetapi kalian sebagai anak buahnya, tidak bisa melihat mana benar dan mana yang salah,” lanjut perkataan Ki Birawa.

“Bukankah sudah jelas, siapa yang salah dalam hal ini! Durga membalas perkataan Ki Birawa.

“Kalian sudah termakan omongan manusia berhati Serigala, Wisanggeni daripada harus di serahkan kepada kalian, lebih baik kami melawan kalian sampai titik darah penghabisan,” setelah berkata, Ki Birawa berbalik ke arah anak buahnya, lalu berteriak dengan nada dingin.

“Mereka ingin kita hancur! Apa kita harus berdiam diri? Siapkan racun dan senjata kalian, bunuh mereka semua tanpa kasih ampun, kita buktikan pada mereka, kita atau mereka yang bisa berdiri di akhir pertarungan,” teriak Ki Birawa.

Murid padepokan Wisanggeni mendengar teriakan lantang sang ketua, semangat mereka menjadi berlipat ganda, Wulan bersama yang lain langsung mencabut senjata mereka dan menyiapkan racun untuk di gunakan melawan ketiga padepokan.

Mendengar teriakan lantang Ki Birawa serta anak murid Wisanggeni, Raut wajah Mahesa berubah, ia tak menyangka Ki Birawa menyuruh anak muridnya untuk melawan daripada menyerah.

“Padahal anaknya aku tawan, tetapi Birawa seperti tidak peduli, jumlah mereka dan ketiga padepokan saat ini sama besar, jika sampai kami melakukan pertarungan, dalam hal ilmu kanuragan kami lebih unggul, tetapi jika mereka menggunakan racun, keadaan bisa berbalik,” Mahesa berkata dalam hati sambil matanya melihat ke arah sekeliling, untuk mengamati keadaan.

“Tunggu dulu! Tiba-tiba terdengar teriakan, tampak seorang memakai caping sambil memanggul tongkat berwarna hijau berdiri di tengah diantara mereka yang sedang bersiteru.

“Eh! Kenapa si buta sudah berada di sana,” Wulan berkata dalam hati, sambil kepalanya menoleh ke kiri dan kanan, untuk memastikan bahwa orang yang berada di tengah adalah Aria.

“Aku adalah tamu padepokan Wisanggeni, aku tahu sebagian dari kalian tidak menginginkan pertempuran, begitu pula denganku, karena aku merasa ada yang aneh dalam permasalahan yang di hadapi oleh kawan sekalian.

“Padepokan Wisanggeni berniat untuk, membuktikan dirinya tidak bersalah, tetapi kenapa ketiga padepokan tidak memberi kesempatan, dan selalu menuduh Wisanggeni yang melakukan kesalahan, apa kalian merasa yakin, bahwa kalian paling benar? Tanya Aria, sambil menatap ke arah sekeliling, layaknya orang yang bisa melihat.

“Kalau kau tamu, lebih baik kau tinggalkan padepokan Wisanggeni! Sebelum terlambat,” Mahesa berkata sambil menatap tajam ke arah Aria.

“Kenapa! Apa ketua takut jika padepokan Wisanggeni terbukti tak bersalah? Tanya Aria.

“Tutup mulutmu!? Teriak Mahesa.

“Kami sudah memberi kesempatan, tetapi Wisanggeni tidak dapat membuktikannya,” lanjut perkataan Mahesa.

“Mana racun ucapan Dewa, Ki Birawa! Seru Aria tanpa memperdulikan perkataan Mahesa.

“Ini anak muda! hati-hati hanya itu racun yang tersisa,” ucap Ki Birawa sambil melemparkan bambu kecil berisi racun kepada Aria.

Aria menangkap bambu kecil berisi racun, pemberian Ki Birawa, lalu berkata ke arah Mahesa.

“Aku tantang kau untuk minum racun ucapan Dewa, apa kau berani? Tanya Aria.

“Jika aku tak mau minum racun itu, lantas apa yang akan kau lakukan? Mahesa balik bertanya, sambil tersenyum mengejek.

Aria membalas perkataan Mahesa dengan nada dingin.

“Aku akan memaksa mu,”

Terpopuler

Comments

Carles Wijayanto

Carles Wijayanto

paten udah klo author satu ini

2022-12-22

1

Uchy

Uchy

Di sini awal Aria Pilong bertemu Buto ijo.....
Calon besan di masa depan 😁😁😁

2022-12-03

0

Diamond

Diamond

lanjuttt

2022-02-12

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Prahara Di Bukit Setan
2 Bab 2 : Tewasnya keluarga Pedagang Muda
3 Bab 3 : Kakek Misterius
4 Bab 4 : Berlatih Ilmu Kanuragan
5 Bab 5 : Saatnya Perpisahan
6 Bab 6 : Kampung Randu Alas
7 Bab 7 : Pendekar Randu Alas
8 Bab 8 : Utusan Suto Abang
9 Bab 9 : Jangan Asal Bicara
10 Bab 10 : Melawan Musuh Tangguh
11 Bab 11 : Menetap Di Randu Alas
12 Bab 12 : Hutan Kali Mati
13 Bab 13 : Menolong Penguasa Gunung Lawu.
14 Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati
15 Bab 15 : Maafkan Aku Nona
16 Bab 16 : Padepokan Wisanggeni
17 Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan
18 Bab 18 : Rencana Terselubung
19 Bab 19 : Perlahan Mulai Terungkap
20 Bab 20 : Cerita Dari Masa Lalu
21 Bab 21 : Berangkat Ke Kerajaan Wengker
22 Bab 22 : Misteri Seorang Resi
23 Bab 23 : Ambisi Seorang Resi
24 Bab 24 : Tewasnya Seorang Ketua Padepokan
25 Bab 25 : Kekuatan Baru
26 Bab 26 : Cerita Naga Langit
27 Bab 27 : Apa Aku Boleh Ikut?
28 Bab 28 : Mengambil Kitab 7 Racun
29 Bab 29 : Kesedihan Wisesa
30 Bab 30 : Berangkat Ke Gunung Semeru
31 Bab 31 : Pertempuran Di Gunung Wilis
32 Bab 32 : Ingatan Masa Lalu
33 Bab 33 : Kau Ku Ampuni
34 Bab 34 : Pertempuran 2 Penguasa
35 Bab 35 : Ungkapan Hati 2 Orang Gadis
36 Bab 36 : Peristiwa Di Kota Daha
37 Bab 37 : Masalah Baru
38 Bab 38 : Perseteruan Antar Saudara 1
39 Bab 39 : Perseteruan Antar Saudara 2
40 Bab 40 : Kemarahan Tumenggung Adiguna
41 Bab 41 : Kupikir Hebat, Ternyata?
42 Bab 42 : Jangan Hina Aku
43 Bab 43 : Apa Yang Kau Tanam, Itu Yang Kau Tuai
44 Bab 44 : Jangan Remehkan Kami
45 Bab 45 : Benang Merah Dari Sebuah Ramalan Mulai Terlihat.
46 Bab 46 : Persiapan Sayembara
47 Bab 47 : Resahnya Hati Resi Sarpa Kencana
48 Bab 48 : Restu Dari Naga Langit
49 Bab 49 : Ku Berikan Setengah Kekuatanku
50 Bab 50 : Caping Kembar
51 Bab 51 : Kau Kawan Atau Lawan
52 Bab 52 : Rencana Tersembunyi Seorang Senopati
53 Bab 53 : Ku Tantang Kau Di Arena Sayembara
54 Bab 54 : Ancaman Di Tempat Pertemuan
55 Bab 55 : Maaf! Aku Membohongimu
56 Bab 56 : Sayembara Di Mulai
57 Bab 57 : Pelajaran Berharga Untuk Sang Murid
58 Bab 58 : Darah Mulai Tumpah Di Lantai Arena
59 Bab 59 : Sedih Hati Aria Pilong
60 Bab 60 : Aku Terima Tantangan Mu
61 Bab 61 : Janji Dua Orang Pendekar
62 Bab 62 : Dendam sang Kakek
63 Bab 63 : Penjaga Wilayah Barat
64 Bab 64 : Ku Serahkan Padamu
65 Bab 65 : Telaga Kelud
66 Bab 66 : Siapa Pemimpin kalian?
67 Bab 67 : Kau Yang Bertaruh, Tetapi Aku Yang Repot
68 Bab 68 : Jaga Ucapanmu, Nona!
69 Bab 69 : Julukan Baru Aria, Kakak Ketiga
70 Bab 70 : Mendapat 2 Pelayan
71 Bab 71 : Iblis Kawi
72 Bab 72 : Pertempuran Wangsa Dan Iblis Kawi
73 Bab 73 : Perjodohan Masa Lalu
74 Bab 74 : Bertemu Rombongan Saudagar Asing
75 Bab 75 : Tawaran Jalan Bersama
76 Bab 76 : Kecurigaan Sugriwa
77 Bab 77 : Pembantaian Di Desa Jatijajar
78 Bab 78 : Tawaran Kerjasama
79 Bab 79 : Jangan Coba Menipu Aku
80 Bab 80 : Kalian Pikir Bisa Mengurungku?
81 Bab 81 : Bara Di Kota Tumapel
82 Bab 82 : Kalau Lemah! Tak Usah Banyak Bicara.
83 Bab 83 : Ilmu Yang Susah Di Hadapi
84 Bab 84 : Titik Lemah Ajian Larang Boyo
85 Bab 85 : Akhir Cerita Tokoh Tua
86 Bab 86 : Arah Dan Tujuan Kita Berbeda
87 Bab 87 : Penari Di Desa Coblong
88 Bab 88 : Sahabatku Bernama Kidung Kencana
89 Bab 89 : Singa Barong
90 Bab 90 : Kesempatan Kedua
91 Bab 91 : Kesepakatan Bersama
92 Bab 92 : Bertemu Pendekar Kembar
93 Bab 93 : Satu Tawaran Untuk Ki Bayan
94 Bab 94 : Tak Ada Kesempatan Kedua
95 Bab 95 : Jalan Rahasia
96 Bab 96 : Tragedi Di Dalam Goa
97 Bab 97 : Bertemu Resi Lanang Jagad
98 Bab 98 : Kesedihan Hati Seorang Abdi
99 Bab 99 : Terima Kasih Eyang Resi
100 Bab 100 : Bantu Kami, Lalu Kami Bantu Kau
101 Bab 101 : Penguasa Gunung Batok
102 Bab 102 : Akhirnya Kau Datang
103 Bab 103 : Bertemu Seorang Utusan
104 Bab 104 : Nasehat Dan Restu Nyi Selasih
105 105 : Raden Kusumo
106 106 : Jangan Ganggu Aku
107 107 : Apa Boleh, Aku Minta Bantuan?
108 108 : Bertemu Kembali Dengan Sahabat
109 109 : Hari Ceria Jagad Buwana
110 110 : Kalabenda
111 111 : Maaf! Jalan Kita Berbeda
112 112 : Hari Pertemuan
113 113 : Lima Padepokan Besar
114 114 : Tewasnya Panglima Hitam
115 Satu Kenyataan Yang Mengejutkan
116 Pengorbanan Suketi
117 Hati Naga Yang Terluka
118 Janji Pati Elang Yang Tersakiti
119 Gabungan Kekuatan
120 Mata-Mata Atau Bukan?
121 Utusan Pelangi
122 Mencari Manusia Terkutuk
123 Bertemu Mpu Barada
124 Kisah Penguasa Alas Purwo
125 Penangkal Racun Jarum Emas
126 Desa Telaga Warna
127 Jangan Membuatku Curiga
128 Kedok Kalasrenggi Terbuka
129 Akhir Dari Sebuah Pertemanan
130 Akhir Dari Penghianatan
131 Aria Pilong Vs Kalasrenggi
132 Beri Aku Nama
133 Keterangan Mengejutkan
134 Ambisi Jati Wilis
135 Perebutan Wilayah Perdagangan
136 Informasi Dari Rama
137 Siasat Untuk melawan Jati Wilis
138 Gempar Di Kota Keta
139 Isi Hati Buwana Dewi
140 Rencana Kedua Aria Pilong
141 Hancurnya Cabang Padepokan Elang Emas Di Kota Keta
142 Kepandaian Bicara Sang Utusan
143 Arogansi Patih Argobumi
144 Pelangi Di Kota Keta
145 Hadiah Untuk Sang Utusan
146 Nasehat Untuk Pejabat Kahuripan
147 Hasrat Seorang Dewi
148 Kota Di Pesisir Pantai
149 Membantu Nelayan Kalipuro
150 Tewasnya Iwa Brengos
151 Menyebrang Ke Pulau Bali
152 Bertempur Melawan 2 Elang Raksasa
153 Maafkan Aku, Kakang
154 Bertemu Panglima Laut Kerajaan Bali
155 Undangan Persahabatan
156 Permintaan Buwana Dewi
157 Elang Jantan Menyerang Istana Tampak Siring
158 Dendam Kedua Elang
159 Kau Atau Aku Yang Berkuasa?
160 Bertempur Di Luar Benteng Istana
161 Misi Lembusora
162 Jangan Pisahkan Kami
163 Satu Harapan Yang Jauh Dari Kenyataan
164 Undangan Untuk Ki Banyu Alas
165 Nasehat Mpu Barada
166 Ijin Dan Restu Prabu Anak Wungsu
167 Persiapan Acara Pernikahan
168 Siasat Keji Di Acara Janji Suci
169 Hari Yang Di Tunggu
170 Terkena Siraman Air Beracun
171 Rencana Licik Nyoman Sidharta Gagal
172 Sudah Resmi Menikah
173 Rasa Putus Asa Mantan Patih Kerajaan
174 Istana Tampak Siring Di kepung
175 Jodoh Masa Kecil, Apa Iya?
176 Mari Kita Buktikan
177 Jangan Ganggu Putri Angkatku
178 Cinta Berdarah
179 Mentari Di Atas Istana Tampak Siring
180 Menyerang Alas Purwo
181 Menyerang Alas Purwo 2
182 Akhir Dari Sebuah Ambisi
183 Petaka Di Hari Bahagia ( End )
Episodes

Updated 183 Episodes

1
Bab 1 : Prahara Di Bukit Setan
2
Bab 2 : Tewasnya keluarga Pedagang Muda
3
Bab 3 : Kakek Misterius
4
Bab 4 : Berlatih Ilmu Kanuragan
5
Bab 5 : Saatnya Perpisahan
6
Bab 6 : Kampung Randu Alas
7
Bab 7 : Pendekar Randu Alas
8
Bab 8 : Utusan Suto Abang
9
Bab 9 : Jangan Asal Bicara
10
Bab 10 : Melawan Musuh Tangguh
11
Bab 11 : Menetap Di Randu Alas
12
Bab 12 : Hutan Kali Mati
13
Bab 13 : Menolong Penguasa Gunung Lawu.
14
Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati
15
Bab 15 : Maafkan Aku Nona
16
Bab 16 : Padepokan Wisanggeni
17
Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan
18
Bab 18 : Rencana Terselubung
19
Bab 19 : Perlahan Mulai Terungkap
20
Bab 20 : Cerita Dari Masa Lalu
21
Bab 21 : Berangkat Ke Kerajaan Wengker
22
Bab 22 : Misteri Seorang Resi
23
Bab 23 : Ambisi Seorang Resi
24
Bab 24 : Tewasnya Seorang Ketua Padepokan
25
Bab 25 : Kekuatan Baru
26
Bab 26 : Cerita Naga Langit
27
Bab 27 : Apa Aku Boleh Ikut?
28
Bab 28 : Mengambil Kitab 7 Racun
29
Bab 29 : Kesedihan Wisesa
30
Bab 30 : Berangkat Ke Gunung Semeru
31
Bab 31 : Pertempuran Di Gunung Wilis
32
Bab 32 : Ingatan Masa Lalu
33
Bab 33 : Kau Ku Ampuni
34
Bab 34 : Pertempuran 2 Penguasa
35
Bab 35 : Ungkapan Hati 2 Orang Gadis
36
Bab 36 : Peristiwa Di Kota Daha
37
Bab 37 : Masalah Baru
38
Bab 38 : Perseteruan Antar Saudara 1
39
Bab 39 : Perseteruan Antar Saudara 2
40
Bab 40 : Kemarahan Tumenggung Adiguna
41
Bab 41 : Kupikir Hebat, Ternyata?
42
Bab 42 : Jangan Hina Aku
43
Bab 43 : Apa Yang Kau Tanam, Itu Yang Kau Tuai
44
Bab 44 : Jangan Remehkan Kami
45
Bab 45 : Benang Merah Dari Sebuah Ramalan Mulai Terlihat.
46
Bab 46 : Persiapan Sayembara
47
Bab 47 : Resahnya Hati Resi Sarpa Kencana
48
Bab 48 : Restu Dari Naga Langit
49
Bab 49 : Ku Berikan Setengah Kekuatanku
50
Bab 50 : Caping Kembar
51
Bab 51 : Kau Kawan Atau Lawan
52
Bab 52 : Rencana Tersembunyi Seorang Senopati
53
Bab 53 : Ku Tantang Kau Di Arena Sayembara
54
Bab 54 : Ancaman Di Tempat Pertemuan
55
Bab 55 : Maaf! Aku Membohongimu
56
Bab 56 : Sayembara Di Mulai
57
Bab 57 : Pelajaran Berharga Untuk Sang Murid
58
Bab 58 : Darah Mulai Tumpah Di Lantai Arena
59
Bab 59 : Sedih Hati Aria Pilong
60
Bab 60 : Aku Terima Tantangan Mu
61
Bab 61 : Janji Dua Orang Pendekar
62
Bab 62 : Dendam sang Kakek
63
Bab 63 : Penjaga Wilayah Barat
64
Bab 64 : Ku Serahkan Padamu
65
Bab 65 : Telaga Kelud
66
Bab 66 : Siapa Pemimpin kalian?
67
Bab 67 : Kau Yang Bertaruh, Tetapi Aku Yang Repot
68
Bab 68 : Jaga Ucapanmu, Nona!
69
Bab 69 : Julukan Baru Aria, Kakak Ketiga
70
Bab 70 : Mendapat 2 Pelayan
71
Bab 71 : Iblis Kawi
72
Bab 72 : Pertempuran Wangsa Dan Iblis Kawi
73
Bab 73 : Perjodohan Masa Lalu
74
Bab 74 : Bertemu Rombongan Saudagar Asing
75
Bab 75 : Tawaran Jalan Bersama
76
Bab 76 : Kecurigaan Sugriwa
77
Bab 77 : Pembantaian Di Desa Jatijajar
78
Bab 78 : Tawaran Kerjasama
79
Bab 79 : Jangan Coba Menipu Aku
80
Bab 80 : Kalian Pikir Bisa Mengurungku?
81
Bab 81 : Bara Di Kota Tumapel
82
Bab 82 : Kalau Lemah! Tak Usah Banyak Bicara.
83
Bab 83 : Ilmu Yang Susah Di Hadapi
84
Bab 84 : Titik Lemah Ajian Larang Boyo
85
Bab 85 : Akhir Cerita Tokoh Tua
86
Bab 86 : Arah Dan Tujuan Kita Berbeda
87
Bab 87 : Penari Di Desa Coblong
88
Bab 88 : Sahabatku Bernama Kidung Kencana
89
Bab 89 : Singa Barong
90
Bab 90 : Kesempatan Kedua
91
Bab 91 : Kesepakatan Bersama
92
Bab 92 : Bertemu Pendekar Kembar
93
Bab 93 : Satu Tawaran Untuk Ki Bayan
94
Bab 94 : Tak Ada Kesempatan Kedua
95
Bab 95 : Jalan Rahasia
96
Bab 96 : Tragedi Di Dalam Goa
97
Bab 97 : Bertemu Resi Lanang Jagad
98
Bab 98 : Kesedihan Hati Seorang Abdi
99
Bab 99 : Terima Kasih Eyang Resi
100
Bab 100 : Bantu Kami, Lalu Kami Bantu Kau
101
Bab 101 : Penguasa Gunung Batok
102
Bab 102 : Akhirnya Kau Datang
103
Bab 103 : Bertemu Seorang Utusan
104
Bab 104 : Nasehat Dan Restu Nyi Selasih
105
105 : Raden Kusumo
106
106 : Jangan Ganggu Aku
107
107 : Apa Boleh, Aku Minta Bantuan?
108
108 : Bertemu Kembali Dengan Sahabat
109
109 : Hari Ceria Jagad Buwana
110
110 : Kalabenda
111
111 : Maaf! Jalan Kita Berbeda
112
112 : Hari Pertemuan
113
113 : Lima Padepokan Besar
114
114 : Tewasnya Panglima Hitam
115
Satu Kenyataan Yang Mengejutkan
116
Pengorbanan Suketi
117
Hati Naga Yang Terluka
118
Janji Pati Elang Yang Tersakiti
119
Gabungan Kekuatan
120
Mata-Mata Atau Bukan?
121
Utusan Pelangi
122
Mencari Manusia Terkutuk
123
Bertemu Mpu Barada
124
Kisah Penguasa Alas Purwo
125
Penangkal Racun Jarum Emas
126
Desa Telaga Warna
127
Jangan Membuatku Curiga
128
Kedok Kalasrenggi Terbuka
129
Akhir Dari Sebuah Pertemanan
130
Akhir Dari Penghianatan
131
Aria Pilong Vs Kalasrenggi
132
Beri Aku Nama
133
Keterangan Mengejutkan
134
Ambisi Jati Wilis
135
Perebutan Wilayah Perdagangan
136
Informasi Dari Rama
137
Siasat Untuk melawan Jati Wilis
138
Gempar Di Kota Keta
139
Isi Hati Buwana Dewi
140
Rencana Kedua Aria Pilong
141
Hancurnya Cabang Padepokan Elang Emas Di Kota Keta
142
Kepandaian Bicara Sang Utusan
143
Arogansi Patih Argobumi
144
Pelangi Di Kota Keta
145
Hadiah Untuk Sang Utusan
146
Nasehat Untuk Pejabat Kahuripan
147
Hasrat Seorang Dewi
148
Kota Di Pesisir Pantai
149
Membantu Nelayan Kalipuro
150
Tewasnya Iwa Brengos
151
Menyebrang Ke Pulau Bali
152
Bertempur Melawan 2 Elang Raksasa
153
Maafkan Aku, Kakang
154
Bertemu Panglima Laut Kerajaan Bali
155
Undangan Persahabatan
156
Permintaan Buwana Dewi
157
Elang Jantan Menyerang Istana Tampak Siring
158
Dendam Kedua Elang
159
Kau Atau Aku Yang Berkuasa?
160
Bertempur Di Luar Benteng Istana
161
Misi Lembusora
162
Jangan Pisahkan Kami
163
Satu Harapan Yang Jauh Dari Kenyataan
164
Undangan Untuk Ki Banyu Alas
165
Nasehat Mpu Barada
166
Ijin Dan Restu Prabu Anak Wungsu
167
Persiapan Acara Pernikahan
168
Siasat Keji Di Acara Janji Suci
169
Hari Yang Di Tunggu
170
Terkena Siraman Air Beracun
171
Rencana Licik Nyoman Sidharta Gagal
172
Sudah Resmi Menikah
173
Rasa Putus Asa Mantan Patih Kerajaan
174
Istana Tampak Siring Di kepung
175
Jodoh Masa Kecil, Apa Iya?
176
Mari Kita Buktikan
177
Jangan Ganggu Putri Angkatku
178
Cinta Berdarah
179
Mentari Di Atas Istana Tampak Siring
180
Menyerang Alas Purwo
181
Menyerang Alas Purwo 2
182
Akhir Dari Sebuah Ambisi
183
Petaka Di Hari Bahagia ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!