“Terhadap padepokan aliran hitam, tak usah banyak bicara, lebih baik serang,” ucap Ki Ronggo perwakilan dari padepokan Tombak terbang.
“Sebenarnya padepokan Wisanggeni atau padepokan kalian yang ber aliran hitam? Ki Birawa balik bertanya kepada Ki Ronggo.
“Tentu saja kalian, orang yang menggunakan racun adalah pengecut,” Ki Ronggo membalas perkataan Ki Birawa.
“Padepokan Wisanggeni memakai racun untuk mempertahankan diri dan membantu saudara sekalian yang terkena racun.
“Kami tidak mau bermanis muka dan berpura-pura baik untuk di sebut padepokan aliran putih, biar masyarakat yang menilai, kami dari aliran hitam atau sebaliknya,” Ki Birawa membalas perkataan Ki Ronggo.
“Tombak terbang adalah padepokan kecil yang baru saja belajar berdiri, kalian bersekutu dengan Tapak suci, untuk menaikkan pamor kalian agar lebih di kenal di dunia persilatan, benar tidak perkataanku? Ki Birawa berkata dengan nada sinis, sambil menatap ke arah Ki Ronggo.
“Hati-hati dengan bicaramu Birawa! Wisanggeni memang lebih dulu berdiri dari Tombak terbang.
“Tetapi harus kau ingat, Wisanggeni juga akan lebih dulu berakhir daripada Tombak terbang.
Ha Ha Ha
“Kau pikir bisa semudah itu meruntuhkan Wisanggeni,” Ki Birawa berkata sambil tertawa, mendengar perkataan Ki Ronggo.
“Keparat! Kita lihat saja siapa yang akan berdiri dan siapa yang akan terkapar,” balas Ki Ronggo.
Tombak Ki Ronggo melesat ke arah Ki Birawa.
Ki Birawa langsung jongkok menghindari serangan tombak musuh, ketua padepokan Wisanggeni sudah siap, sehingga dengan cepat dapat menghindari tombak musuh.
Padepokan Tombak terbang mempunyai ke ahlian dalam memainkan tombak, gagang tombak di beri tali yang di ikatkan ke pergelangan tangan, dan tombak bisa terbang karena di kendalikan oleh tali yang di pegang si pemilik tombak.
Tombak berputar-putar di atas kepala Ki Birawa, mengikuti pergerakan tangan Ki Ronggo, yang menunggu kesempatan menyerang.
Ki Birawa tangan kanannya sudah memegang pisau kecil dengan badan pisau berwarna agak kebiruan, tanda pisau itu mengandung racun.
Tombak kembali meluncur, seperti se ekor burung yang hendak mematuk kepala.
Ki Birawa mundur, kemudian tangannya mengibas ke arah tombak yang tidak menemui sasaran.
Trang!
Tombak terpental terkena hantaman pisau ki Birawa, saat tombak hendak jatuh ke tanah.
Ki Ronggo menggerakkan tangannya, tombak kembali melesat menuju ke arah Tubuh Birawa.
Dengan ilmu meringankan tubuh, ki Birawa bergerak ke kiri menghindari serangan tombak, kemudian pisau kecilnya menebas ke arah tali yang mengikat gagang tombak.
Sret….Trang!
Tombak jatuh setelah tali yang mengikat gagang tombak putus, terkena tebasan pisau ki Birawa.
Ki Ronggo melihat tombaknya jatuh langsung melesat, kakinya menghantam ke arah leher ki Birawa.
Ki Birawa menghindari tendangan dengan bergerak mundur.
Ki Ronggo melihat Ki Birawa mundur, kemudian mengambil tombaknya yang jatuh di tanah, setelah tombak berada di tangan kanan, tombak berputar, lalu menyabet ke arah kaki Birawa.
Ki Birawa lompat menghindari tebasan tombak, saat melihat tombak bergerak kembali, kali ini menusuk ke arah perut saat tubuhnya tengah berada di udara.
Tangan kiri Ki Birawa mengibas ke arah Ki Ronggo.
Whut!
Serbuk berwarna hijau melesat ke arah Ki Ronggo.
“Awas Ki Ronggo!? Teriak Mahesa, melihat sekutunya terancam oleh racun yang di sebarkan Ki Birawa.
Ki Ronggo berguling di tanah, berusaha menjauh dari racun milik Ki Birawa, sambil tangan kiri menutup hidung serta mulut, agar racun Ki Birawa tidak masuk ke dalam tubuhnya.
Melihat musuh mundur sambil berguling menjauh dari dirinya.
Ki Birawa melemparkan pisau kecil yang berada di tangan kanannya.
Pisau melesat cepat ke arah Ki Ronggo.
Ki Ronggo hanya bisa menatap pisau yang sebentar lagi akan menghunjam ke arah tubuhnya, tanpa bisa ia hindari.
Saat pisau hendak menancap di tubuh Ki Ronggo, bayangan merah melesat, lalu sinar perak bergerak menghantam pisau yang di lemparkan oleh Ki Birawa.
Trang!
Pisau Ki Birawa jatuh ke tanah, kini di hadapan Ki Ronggo berdiri pria paruh baya memakai pakaian berwarna merah.
“Ki Birawa! Tindakanmu ini malah menambah keyakinan kami, bahwa Wisanggeni berada di balik kematian juragan Mahendra,” ucap Pria berbaju merah.
Pria berbaju merah bersama istrinya yang mewakili Padepokan Baju merah, di kenal dengan julukan sepasang pedang kembar, sepasang tokoh yang merupakan andalan dari padepokan Baju merah, pimpinan Sura kendil.
“Saudara Durga, apa aku harus diam jika ada orang yang ingin membunuhku? Tanya Ki Birawa dengan tatapan sinis, karena orang yang di panggil Durga telah menggagalkan serangannya.
“Aku menghormati Sura kendil sebagai seorang tokoh yang di segani di daerah gunung Lawu ini, tetapi kalian sebagai anak buahnya, tidak bisa melihat mana benar dan mana yang salah,” lanjut perkataan Ki Birawa.
“Bukankah sudah jelas, siapa yang salah dalam hal ini! Durga membalas perkataan Ki Birawa.
“Kalian sudah termakan omongan manusia berhati Serigala, Wisanggeni daripada harus di serahkan kepada kalian, lebih baik kami melawan kalian sampai titik darah penghabisan,” setelah berkata, Ki Birawa berbalik ke arah anak buahnya, lalu berteriak dengan nada dingin.
“Mereka ingin kita hancur! Apa kita harus berdiam diri? Siapkan racun dan senjata kalian, bunuh mereka semua tanpa kasih ampun, kita buktikan pada mereka, kita atau mereka yang bisa berdiri di akhir pertarungan,” teriak Ki Birawa.
Murid padepokan Wisanggeni mendengar teriakan lantang sang ketua, semangat mereka menjadi berlipat ganda, Wulan bersama yang lain langsung mencabut senjata mereka dan menyiapkan racun untuk di gunakan melawan ketiga padepokan.
Mendengar teriakan lantang Ki Birawa serta anak murid Wisanggeni, Raut wajah Mahesa berubah, ia tak menyangka Ki Birawa menyuruh anak muridnya untuk melawan daripada menyerah.
“Padahal anaknya aku tawan, tetapi Birawa seperti tidak peduli, jumlah mereka dan ketiga padepokan saat ini sama besar, jika sampai kami melakukan pertarungan, dalam hal ilmu kanuragan kami lebih unggul, tetapi jika mereka menggunakan racun, keadaan bisa berbalik,” Mahesa berkata dalam hati sambil matanya melihat ke arah sekeliling, untuk mengamati keadaan.
“Tunggu dulu! Tiba-tiba terdengar teriakan, tampak seorang memakai caping sambil memanggul tongkat berwarna hijau berdiri di tengah diantara mereka yang sedang bersiteru.
“Eh! Kenapa si buta sudah berada di sana,” Wulan berkata dalam hati, sambil kepalanya menoleh ke kiri dan kanan, untuk memastikan bahwa orang yang berada di tengah adalah Aria.
“Aku adalah tamu padepokan Wisanggeni, aku tahu sebagian dari kalian tidak menginginkan pertempuran, begitu pula denganku, karena aku merasa ada yang aneh dalam permasalahan yang di hadapi oleh kawan sekalian.
“Padepokan Wisanggeni berniat untuk, membuktikan dirinya tidak bersalah, tetapi kenapa ketiga padepokan tidak memberi kesempatan, dan selalu menuduh Wisanggeni yang melakukan kesalahan, apa kalian merasa yakin, bahwa kalian paling benar? Tanya Aria, sambil menatap ke arah sekeliling, layaknya orang yang bisa melihat.
“Kalau kau tamu, lebih baik kau tinggalkan padepokan Wisanggeni! Sebelum terlambat,” Mahesa berkata sambil menatap tajam ke arah Aria.
“Kenapa! Apa ketua takut jika padepokan Wisanggeni terbukti tak bersalah? Tanya Aria.
“Tutup mulutmu!? Teriak Mahesa.
“Kami sudah memberi kesempatan, tetapi Wisanggeni tidak dapat membuktikannya,” lanjut perkataan Mahesa.
“Mana racun ucapan Dewa, Ki Birawa! Seru Aria tanpa memperdulikan perkataan Mahesa.
“Ini anak muda! hati-hati hanya itu racun yang tersisa,” ucap Ki Birawa sambil melemparkan bambu kecil berisi racun kepada Aria.
Aria menangkap bambu kecil berisi racun, pemberian Ki Birawa, lalu berkata ke arah Mahesa.
“Aku tantang kau untuk minum racun ucapan Dewa, apa kau berani? Tanya Aria.
“Jika aku tak mau minum racun itu, lantas apa yang akan kau lakukan? Mahesa balik bertanya, sambil tersenyum mengejek.
Aria membalas perkataan Mahesa dengan nada dingin.
“Aku akan memaksa mu,”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Carles Wijayanto
paten udah klo author satu ini
2022-12-22
1
Uchy
Di sini awal Aria Pilong bertemu Buto ijo.....
Calon besan di masa depan 😁😁😁
2022-12-03
0
Diamond
lanjuttt
2022-02-12
1