Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati

Raut wajah Aria berubah, saat mereka berdua menyebut nama ajian Cakra Candhikkala.

Ki Loreng geni mundur dua tombak, melihat Ajian Cakra Candhikkala, tapi mahluk penunggu gunung Wilis itu ragu, apa benar ajian yang terlihat di tangan Aria benar Aji Cakra Candhikkala, ajian yang sangat di takuti oleh penghuni alam ghaib seperti dirinya, karena ajian itu sangat mematikan.

Sedangkan raut wajah Nyi Selasih langsung ceria, walaupun terluka dalam, Nyi Selasih bangkit perlahan, kemudian sujud di dekat Aria.

“Salam hormat Nyi Selasih penjaga gunung Lawu, kepada titisan Sang Hyang Naga langit,” ucap Nyi Selasih.

Ki Loreng kerutkan kening melihat Nyi Selasih sujud, tetapi kenapa Aria tampak tak peduli dan terus menatapnya.

“Nyi! Kau salah orang, dia hanya orang buta, bukan titisan sang Hyang Naga langit,” Ki Loreng geni berkata.

Tetapi Nyi Selasih tak menanggapi perkataan Ki Loreng geni dan tetap sujud di dekat Aria.

Aria tak mau membuang waktu lagi, tubuhnya melesat, menghantam ke arah Ki Loreng geni.

Ki Loreng geni ragu antara menangkis atau menghindari pukulan Aria.

Tetapi setelah Aria semakin dekat dan hawa panas pukulan Aji Cakra Candhikkala terasa oleh tubuhnya, tanpa pikir panjang Ki Loreng geni lompat menghindari hantaman Aria Pilong.

Whut….Blar!

Ki Loreng geni berhasil menghindari serangan Aria setelah lompat menjauh, tetapi dinding goa bergetar hebat, lubang besar terlihat di dinding goa yang terkena hantaman aji Cakra Candhikkala.

“Raden! Salurkan Ajian Cakra Candhikkala, ke tongkat Raden,” ucap Nyi Selasih, dengan ilmu mengirimkan suara jarak jauh, melihat Ki Loreng geni siap untuk menyerang Aria.

Aria angkat tongkatnya mendengar perkataan Nyi Selasih, kemudian tangan kanan yang masih mengandung ajian Cakra Candhikkala mengusap tongkat kayu cendana dari kepala sampai ujung.

Ki Loreng setelah tahu musuh memiliki ajian yang dapat membunuh mahluk ghaib seperti dirinya, melesat dengan sangat cepat dengan kaki depan berusaha menghantam dari kanan ke arah kepala Aria Pilong.

Saat kaki kanan menghantam, Aria langsung menangkis dengan tangan kiri.

Plak!

Ki Loreng setelah serangannya berhasil di tangkis semakin murka, kaki kirinya gantian menghantam ke arah leher Aria.

Tapi dengan jurus tongkat Seda gitik, tongkat Aria terlebih dahulu sampai di kaki Ki Loreng.

Crash!

Raungan panjang terdengar saat kaki kiri Ki Loreng geni putus terkena sambaran tongkat Aria.

Ki Loreng geni berubah wujud kembali, tampak tangan kiri Ki Loreng sudah putus, darah berwarna hitam menyembur dari putusan tangan Ki Loreng geni dan menimbulkan bau busuk di dalam goa.

Ki Loreng geni sama sekali tidak menyangka tongkat sang musuh bisa melukai tangannya.

Sambil menahan rasa sakit akibat tangan kirinya putus, Ki Loreng dengan seluruh tenaga dalamnya, mengeluarkan Ajian Pati Wulung menghantam ke arah Aria.

Aria yang sudah siap, balas menghantam ke arah pukulan Aji Pati Wulung yang mengeluarkan sinar hitam.

Blam!

Suara menggelegar terdengar di dalam goa, dinding goa bergetar hebat, goa tempat mereka bertarung terguncang, batu-batu kecil yang berada di atas goa berjatuhan.

Aria terpental karena kalah tenaga dalam, tubuhnya menimpa tubuh Nyi Selasih.

Debu beterbangan menutupi pandangan di dalam goa.

Suasana hening

Semuanya gelap, Ilmu titisan Nyi Selasih lenyap, Aria kembali tak dapat melihat.

“Nyi….Nyi Selasih! Aria berkata sambil meraba tubuh Nyi Selasih.

Suara erangan terdengar dari mulut Nyi Selasih.

“Nyi….Kau tidak apa-apa? Tanya Aria.

“Aku baik-baik saja Raden, tetapi tubuhku sangat lemah,” jawab Nyi Selasih.

Setelah memastikan bahwa Nyi Selasih selamat.

Perlahan Aria berdiri dari sudut bibir pemuda itu mengalir darah segar, Aria terlihat seperti mengamati keadaan di sekitar dalam goa.

Suara lirih Nyi Selasih terdengar.

“Lebih baik Raden istirahat untuk memulihkan tenaga! Ki Loreng geni telah pergi, untuk sementara waktu kita aman, Ki Loreng geni terluka parah, dia pasti pulang ke gunung Wilis untuk memulihkan kekuatannya.”

Aria duduk setelah mendengar perkataan Nyi Selasih.

Aria menarik napas dalam-dalam, perlahan matanya menutup berusaha menenangkan diri.

Se ekor ular berwarna hijau tampak di sisi Aria yang tengah duduk bersila.

“Raden….Raden! Seru Nyi Selasih, setelah berubah kembali menjadi wanita cantik berkebaya hijau.

“Ada apa Nyi,” Aria membalas perkataan Nyi Selasih.

“Syukurlah Raden telah pulih kembali,” ucap Nyi Selasih.

“Nyi Selasih! Masalah sudah selesai, aku akan melanjutkan perjalanan kembali,” Aria berkata.

Whut!

Nyi Selasih yang berbentuk bayang-bayang melesat dan berada di hadapan Aria, setelah mendengar perkataan Pemuda itu.

Aria kerutkan kening, merasakan angin dingin melewati tubuhnya, kali ini Aria hanya bisa merasakan, tetapi tak bisa melihat tubuh Nyi Selasih.

“Ada apa Nyi? Tanya Aria.

“Raden adalah junjungan kami, titisan sang Hyang naga langit, raja siluman ular, aku harus mengabdi kepada Raden.

“Kau buta? Tanya Aria

“Aku ini manusia, bukan ular! Dari mana ceritanya aku adalah titisan raja siluman ular,” lanjut perkataan Aria.

“Tanda itu berada di mata Raden, mata Raden sama dengan mata Sang Hyang naga langit, keyakinan hamba bertambah setelah melihat Raden mengeluarkan ajian Cakra Candhikkala,” Nyi Selasih membalas perkataan Aria.

Aria kerutkan kening mendengar perkataan Nyi Selasih.

“Nyi Selasih tahu Ajian Cakra Candhikkala? Tanya Aria.

“Semua mahluk di alam ghaib tahu ajian Cakra Candhikkala, pemilik ilmu itu adalah Resi Lanang Jagad penguasa dua alam di tanah Jawa.

“Sang Hyang Naga langit adalah penjaga sekaligus sahabat resi lanang jagad,” jawab Nyi Selasih sambil menatap tajam ke arah Aria.

Aria diam mendengar perkataan Nyi Selasih, Aria membenarkan perkataan wanita itu, karena Suro keling pernah cerita, bahwa pemilik ilmu Cakra Candhikkala, orang yang bernama Lanang jagad.

“Lantas mau apa sekarang? Tanya Aria.

“Hamba akan ikut kemanapun Raden pergi, Nyi Selasih adalah hamba sahaya Raden Aria.” Jawab Nyi Selasih.

Aria menarik napas panjang sebelum berkata, setelah mendengar perkataan Nyi Selasih.

“Bagaimana bisa seperti itu! Kalau Nyi selasih ikut juga percuma, aku tidak bisa melihat Nyi Selasih.”

“Tetapi aku bisa melihat dan menjadi penunjuk jalan buat Raden,” Nyi Selasih membalas perkataan Aria

“Nyi Selasih adalah penguasa gunung Lawu jika Nyi Selasih pergi, bagaimana dengan pengikut Nyi Selasih? Tanya Aria.

“Sekarang penguasa gunung Lawu adalah Raden, apapun yang Raden perintahkan, Selasih akan tunduk.

“Mari kita ke istana kali mati untuk memberitahu para pengikut,” lanjut perkataan Nyi Selasih.

Keduanya lalu keluar goa, di bimbing oleh Nyi Selasih, Aria bergerak menuju istana kali mati.

Di tengah hutan, terlihat aliran sungai kecil dengan air berasal dari telaga kecil, aliran sungai kecil tersebut mengalir memasuki goa, tetapi air yang mengalir setelah melewati goa seperti lenyap, ternyata aliran air itu masuk ke dalam goa bawah tanah.

Itulah sebab kenapa para penduduk menyebut hutan kali mati, karena kali di tengah hutan ( aliran sungai kecil ) yang tidak mengalir jauh, alias mati.

Di pintu masuk air, Nyi Selasih tampak membaca mantra, kemudian tangannya bergerak-gerak di depan dinding batu.

Setelah membaca mantra, dinding goa bersinar terang, tiba-tiba di dinding goa terlihat sebuah gerbang, di bawah gerbang ada tangga batu.

Nyi Selasih menuntun Aria memasuki gerbang.

Jalan yang terlihat tampak menuju sebuah istana, sedangkan di kiri kanan jalan, terlihat rumah, semacam perkampungan untuk para pengikut Nyi Selasih.

Berbagai bentuk mahluk halus bersujud saat Nyi Selasih masuk ke dalam istana, mereka juga heran melihat ratu mereka tampak menuntun Manusia buta.

“Salam bahagia dan hormat untuk ratu kali mati,” teriakan serempak terdengar dari mulut para pengikut Nyi Selasih, setelah Nyi Selasih duduk di singgasana istana miliknya.

Aria hanya merasakan hawa dingin, ketika masuk ke dalam istana Nyi Selasih, pemuda itu tidak dapat mendengar ataupun melihat mahluk yang berada di dalam istana, termasuk Nyi Selasih sendiri.

“Nyi! Apa aku bisa melihat para pengikutmu? Tanya Aria.

“Aku belum bisa menyalurkan ilmuku, karena kekuatanku belum sepenuhnya kembali, Raden.”

Aria anggukan kepala mendengar perkataan Nyi Selasih.

Nyi Selasih bukannya tak bisa untuk menyalurkan ilmunya agar Aria bisa melihat, tetapi ia memang sengaja, karena Nyi Selasih tidak mau Aria melihat bentuk para pengikutnya, yang kebanyakan berbentuk menyeramkan.

“Wahai para pengikutku.”

Teriak Nyi Selasih.

“Aku sudah menemukan titisan sang Hyang Naga Langit, penguasa lelembut gunung Lawu, junjungan kita yang baru bernama Aria Pilong.

“Tadinya aku tidak yakin, tetapi setelah sang titisan menolongku melawan Ki Loreng geni dan berhasil mengalahkannya, baru aku percaya bahwa, tebakanku tidak salah.”

Suara riuh terdengar, setelah Nyi Selasih bercerita bagaimana ia di tolong oleh Aria.

Se ekor ular dengan kepala seorang gadis cantik, bertanya.

“Mana titisan itu Nyi Ratu?

Tiba-tiba Aria merasakan capingnya turun ke belakang, raut wajahnya terlihat setelah Nyi Selasih membuka caping milik Aria.

Dialah titisan itu.

Suara tertahan terdengar dari ruangan istana kali mati setelah mereka melihat raut wajah dan mata Aria.

Tapi para lelembut bangsa ular belum sujud, tanda mereka masih sangsi terhadap perkataan Nyi Selasih.

“Pemuda ini selain titisan dari Sang Hyang Naga langit, juga murid dari Resi Lanang jagad, sahabat dari leluhur kita,” Nyi Selasih berkata kembali.

Mendengar perkataan Nyi Selasih, para lelembut gunung Lawu, langsung sujud sambil menghadap ke arah Aria Pilong, begitu pula dengan Nyi Selasih yang ikut sujud.

“Salam hormat kami untuk penguasa baru gunung Lawu,” penghuni istana kali mati serempak berkata.

Aria hanya berdiri tanpa melakukan apapun, karena ia tidak dapat melihat atau mendengar percakapan dan tindakan para pengikutnya yang baru.

“Nyi! Apa yang terjadi? Tanya Aria.

“Raden sekarang sudah menjadi penguasa gunung Lawu, kami lelembut kali mati siap menerima perintah Raden,” ucap Nyi Selasih.

Aria menarik napas mendengar suara Nyi Selasih yang masuk ke telinganya.

“Percuma saja Nyi! Seru Aria sambil menarik napas panjang.

“Kenapa percuma Raden? Tanya Nyi Selasih tak mengerti.

“Bukanlah seorang penguasa harus memiliki pengikut? Tanya Aria.

“Raden benar,” jawab Nyi Selasih.

“Lalu mana pengikutku? Aku tidak melihat dan mendengar suara mereka.”

Nyi Selasih tidak membalas perkataan Aria, tapi perempuan itu hanya bisa berkata dalam hati, sambil tersenyum.

“Jika Raden melihat ratusan ribu lelembut bangsa ular dengan berbagai bentuk tengah sujud di depanmu, Raden pasti akan berpikir ulang untuk menjadi pemimpin kami.”

Terpopuler

Comments

Uchy

Uchy

Pemimpin yang tidak bisa melihat para pengikutnya......
Tapi Aria Pilong ngga perlu khawatir.....
Kan ada Nyi Uchy,,, eeh salah 🙈😜
Maksudnya Nyi Selasih yang siap jadi matanya

2022-11-30

2

PANT GAME

PANT GAME

🤩🤩🤩🤩🤩🤩🤩

2022-09-11

1

abdillah musahwi

abdillah musahwi

mantul banget bang Jack👏👏👏👏👏

2022-03-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Prahara Di Bukit Setan
2 Bab 2 : Tewasnya keluarga Pedagang Muda
3 Bab 3 : Kakek Misterius
4 Bab 4 : Berlatih Ilmu Kanuragan
5 Bab 5 : Saatnya Perpisahan
6 Bab 6 : Kampung Randu Alas
7 Bab 7 : Pendekar Randu Alas
8 Bab 8 : Utusan Suto Abang
9 Bab 9 : Jangan Asal Bicara
10 Bab 10 : Melawan Musuh Tangguh
11 Bab 11 : Menetap Di Randu Alas
12 Bab 12 : Hutan Kali Mati
13 Bab 13 : Menolong Penguasa Gunung Lawu.
14 Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati
15 Bab 15 : Maafkan Aku Nona
16 Bab 16 : Padepokan Wisanggeni
17 Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan
18 Bab 18 : Rencana Terselubung
19 Bab 19 : Perlahan Mulai Terungkap
20 Bab 20 : Cerita Dari Masa Lalu
21 Bab 21 : Berangkat Ke Kerajaan Wengker
22 Bab 22 : Misteri Seorang Resi
23 Bab 23 : Ambisi Seorang Resi
24 Bab 24 : Tewasnya Seorang Ketua Padepokan
25 Bab 25 : Kekuatan Baru
26 Bab 26 : Cerita Naga Langit
27 Bab 27 : Apa Aku Boleh Ikut?
28 Bab 28 : Mengambil Kitab 7 Racun
29 Bab 29 : Kesedihan Wisesa
30 Bab 30 : Berangkat Ke Gunung Semeru
31 Bab 31 : Pertempuran Di Gunung Wilis
32 Bab 32 : Ingatan Masa Lalu
33 Bab 33 : Kau Ku Ampuni
34 Bab 34 : Pertempuran 2 Penguasa
35 Bab 35 : Ungkapan Hati 2 Orang Gadis
36 Bab 36 : Peristiwa Di Kota Daha
37 Bab 37 : Masalah Baru
38 Bab 38 : Perseteruan Antar Saudara 1
39 Bab 39 : Perseteruan Antar Saudara 2
40 Bab 40 : Kemarahan Tumenggung Adiguna
41 Bab 41 : Kupikir Hebat, Ternyata?
42 Bab 42 : Jangan Hina Aku
43 Bab 43 : Apa Yang Kau Tanam, Itu Yang Kau Tuai
44 Bab 44 : Jangan Remehkan Kami
45 Bab 45 : Benang Merah Dari Sebuah Ramalan Mulai Terlihat.
46 Bab 46 : Persiapan Sayembara
47 Bab 47 : Resahnya Hati Resi Sarpa Kencana
48 Bab 48 : Restu Dari Naga Langit
49 Bab 49 : Ku Berikan Setengah Kekuatanku
50 Bab 50 : Caping Kembar
51 Bab 51 : Kau Kawan Atau Lawan
52 Bab 52 : Rencana Tersembunyi Seorang Senopati
53 Bab 53 : Ku Tantang Kau Di Arena Sayembara
54 Bab 54 : Ancaman Di Tempat Pertemuan
55 Bab 55 : Maaf! Aku Membohongimu
56 Bab 56 : Sayembara Di Mulai
57 Bab 57 : Pelajaran Berharga Untuk Sang Murid
58 Bab 58 : Darah Mulai Tumpah Di Lantai Arena
59 Bab 59 : Sedih Hati Aria Pilong
60 Bab 60 : Aku Terima Tantangan Mu
61 Bab 61 : Janji Dua Orang Pendekar
62 Bab 62 : Dendam sang Kakek
63 Bab 63 : Penjaga Wilayah Barat
64 Bab 64 : Ku Serahkan Padamu
65 Bab 65 : Telaga Kelud
66 Bab 66 : Siapa Pemimpin kalian?
67 Bab 67 : Kau Yang Bertaruh, Tetapi Aku Yang Repot
68 Bab 68 : Jaga Ucapanmu, Nona!
69 Bab 69 : Julukan Baru Aria, Kakak Ketiga
70 Bab 70 : Mendapat 2 Pelayan
71 Bab 71 : Iblis Kawi
72 Bab 72 : Pertempuran Wangsa Dan Iblis Kawi
73 Bab 73 : Perjodohan Masa Lalu
74 Bab 74 : Bertemu Rombongan Saudagar Asing
75 Bab 75 : Tawaran Jalan Bersama
76 Bab 76 : Kecurigaan Sugriwa
77 Bab 77 : Pembantaian Di Desa Jatijajar
78 Bab 78 : Tawaran Kerjasama
79 Bab 79 : Jangan Coba Menipu Aku
80 Bab 80 : Kalian Pikir Bisa Mengurungku?
81 Bab 81 : Bara Di Kota Tumapel
82 Bab 82 : Kalau Lemah! Tak Usah Banyak Bicara.
83 Bab 83 : Ilmu Yang Susah Di Hadapi
84 Bab 84 : Titik Lemah Ajian Larang Boyo
85 Bab 85 : Akhir Cerita Tokoh Tua
86 Bab 86 : Arah Dan Tujuan Kita Berbeda
87 Bab 87 : Penari Di Desa Coblong
88 Bab 88 : Sahabatku Bernama Kidung Kencana
89 Bab 89 : Singa Barong
90 Bab 90 : Kesempatan Kedua
91 Bab 91 : Kesepakatan Bersama
92 Bab 92 : Bertemu Pendekar Kembar
93 Bab 93 : Satu Tawaran Untuk Ki Bayan
94 Bab 94 : Tak Ada Kesempatan Kedua
95 Bab 95 : Jalan Rahasia
96 Bab 96 : Tragedi Di Dalam Goa
97 Bab 97 : Bertemu Resi Lanang Jagad
98 Bab 98 : Kesedihan Hati Seorang Abdi
99 Bab 99 : Terima Kasih Eyang Resi
100 Bab 100 : Bantu Kami, Lalu Kami Bantu Kau
101 Bab 101 : Penguasa Gunung Batok
102 Bab 102 : Akhirnya Kau Datang
103 Bab 103 : Bertemu Seorang Utusan
104 Bab 104 : Nasehat Dan Restu Nyi Selasih
105 105 : Raden Kusumo
106 106 : Jangan Ganggu Aku
107 107 : Apa Boleh, Aku Minta Bantuan?
108 108 : Bertemu Kembali Dengan Sahabat
109 109 : Hari Ceria Jagad Buwana
110 110 : Kalabenda
111 111 : Maaf! Jalan Kita Berbeda
112 112 : Hari Pertemuan
113 113 : Lima Padepokan Besar
114 114 : Tewasnya Panglima Hitam
115 Satu Kenyataan Yang Mengejutkan
116 Pengorbanan Suketi
117 Hati Naga Yang Terluka
118 Janji Pati Elang Yang Tersakiti
119 Gabungan Kekuatan
120 Mata-Mata Atau Bukan?
121 Utusan Pelangi
122 Mencari Manusia Terkutuk
123 Bertemu Mpu Barada
124 Kisah Penguasa Alas Purwo
125 Penangkal Racun Jarum Emas
126 Desa Telaga Warna
127 Jangan Membuatku Curiga
128 Kedok Kalasrenggi Terbuka
129 Akhir Dari Sebuah Pertemanan
130 Akhir Dari Penghianatan
131 Aria Pilong Vs Kalasrenggi
132 Beri Aku Nama
133 Keterangan Mengejutkan
134 Ambisi Jati Wilis
135 Perebutan Wilayah Perdagangan
136 Informasi Dari Rama
137 Siasat Untuk melawan Jati Wilis
138 Gempar Di Kota Keta
139 Isi Hati Buwana Dewi
140 Rencana Kedua Aria Pilong
141 Hancurnya Cabang Padepokan Elang Emas Di Kota Keta
142 Kepandaian Bicara Sang Utusan
143 Arogansi Patih Argobumi
144 Pelangi Di Kota Keta
145 Hadiah Untuk Sang Utusan
146 Nasehat Untuk Pejabat Kahuripan
147 Hasrat Seorang Dewi
148 Kota Di Pesisir Pantai
149 Membantu Nelayan Kalipuro
150 Tewasnya Iwa Brengos
151 Menyebrang Ke Pulau Bali
152 Bertempur Melawan 2 Elang Raksasa
153 Maafkan Aku, Kakang
154 Bertemu Panglima Laut Kerajaan Bali
155 Undangan Persahabatan
156 Permintaan Buwana Dewi
157 Elang Jantan Menyerang Istana Tampak Siring
158 Dendam Kedua Elang
159 Kau Atau Aku Yang Berkuasa?
160 Bertempur Di Luar Benteng Istana
161 Misi Lembusora
162 Jangan Pisahkan Kami
163 Satu Harapan Yang Jauh Dari Kenyataan
164 Undangan Untuk Ki Banyu Alas
165 Nasehat Mpu Barada
166 Ijin Dan Restu Prabu Anak Wungsu
167 Persiapan Acara Pernikahan
168 Siasat Keji Di Acara Janji Suci
169 Hari Yang Di Tunggu
170 Terkena Siraman Air Beracun
171 Rencana Licik Nyoman Sidharta Gagal
172 Sudah Resmi Menikah
173 Rasa Putus Asa Mantan Patih Kerajaan
174 Istana Tampak Siring Di kepung
175 Jodoh Masa Kecil, Apa Iya?
176 Mari Kita Buktikan
177 Jangan Ganggu Putri Angkatku
178 Cinta Berdarah
179 Mentari Di Atas Istana Tampak Siring
180 Menyerang Alas Purwo
181 Menyerang Alas Purwo 2
182 Akhir Dari Sebuah Ambisi
183 Petaka Di Hari Bahagia ( End )
Episodes

Updated 183 Episodes

1
Bab 1 : Prahara Di Bukit Setan
2
Bab 2 : Tewasnya keluarga Pedagang Muda
3
Bab 3 : Kakek Misterius
4
Bab 4 : Berlatih Ilmu Kanuragan
5
Bab 5 : Saatnya Perpisahan
6
Bab 6 : Kampung Randu Alas
7
Bab 7 : Pendekar Randu Alas
8
Bab 8 : Utusan Suto Abang
9
Bab 9 : Jangan Asal Bicara
10
Bab 10 : Melawan Musuh Tangguh
11
Bab 11 : Menetap Di Randu Alas
12
Bab 12 : Hutan Kali Mati
13
Bab 13 : Menolong Penguasa Gunung Lawu.
14
Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati
15
Bab 15 : Maafkan Aku Nona
16
Bab 16 : Padepokan Wisanggeni
17
Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan
18
Bab 18 : Rencana Terselubung
19
Bab 19 : Perlahan Mulai Terungkap
20
Bab 20 : Cerita Dari Masa Lalu
21
Bab 21 : Berangkat Ke Kerajaan Wengker
22
Bab 22 : Misteri Seorang Resi
23
Bab 23 : Ambisi Seorang Resi
24
Bab 24 : Tewasnya Seorang Ketua Padepokan
25
Bab 25 : Kekuatan Baru
26
Bab 26 : Cerita Naga Langit
27
Bab 27 : Apa Aku Boleh Ikut?
28
Bab 28 : Mengambil Kitab 7 Racun
29
Bab 29 : Kesedihan Wisesa
30
Bab 30 : Berangkat Ke Gunung Semeru
31
Bab 31 : Pertempuran Di Gunung Wilis
32
Bab 32 : Ingatan Masa Lalu
33
Bab 33 : Kau Ku Ampuni
34
Bab 34 : Pertempuran 2 Penguasa
35
Bab 35 : Ungkapan Hati 2 Orang Gadis
36
Bab 36 : Peristiwa Di Kota Daha
37
Bab 37 : Masalah Baru
38
Bab 38 : Perseteruan Antar Saudara 1
39
Bab 39 : Perseteruan Antar Saudara 2
40
Bab 40 : Kemarahan Tumenggung Adiguna
41
Bab 41 : Kupikir Hebat, Ternyata?
42
Bab 42 : Jangan Hina Aku
43
Bab 43 : Apa Yang Kau Tanam, Itu Yang Kau Tuai
44
Bab 44 : Jangan Remehkan Kami
45
Bab 45 : Benang Merah Dari Sebuah Ramalan Mulai Terlihat.
46
Bab 46 : Persiapan Sayembara
47
Bab 47 : Resahnya Hati Resi Sarpa Kencana
48
Bab 48 : Restu Dari Naga Langit
49
Bab 49 : Ku Berikan Setengah Kekuatanku
50
Bab 50 : Caping Kembar
51
Bab 51 : Kau Kawan Atau Lawan
52
Bab 52 : Rencana Tersembunyi Seorang Senopati
53
Bab 53 : Ku Tantang Kau Di Arena Sayembara
54
Bab 54 : Ancaman Di Tempat Pertemuan
55
Bab 55 : Maaf! Aku Membohongimu
56
Bab 56 : Sayembara Di Mulai
57
Bab 57 : Pelajaran Berharga Untuk Sang Murid
58
Bab 58 : Darah Mulai Tumpah Di Lantai Arena
59
Bab 59 : Sedih Hati Aria Pilong
60
Bab 60 : Aku Terima Tantangan Mu
61
Bab 61 : Janji Dua Orang Pendekar
62
Bab 62 : Dendam sang Kakek
63
Bab 63 : Penjaga Wilayah Barat
64
Bab 64 : Ku Serahkan Padamu
65
Bab 65 : Telaga Kelud
66
Bab 66 : Siapa Pemimpin kalian?
67
Bab 67 : Kau Yang Bertaruh, Tetapi Aku Yang Repot
68
Bab 68 : Jaga Ucapanmu, Nona!
69
Bab 69 : Julukan Baru Aria, Kakak Ketiga
70
Bab 70 : Mendapat 2 Pelayan
71
Bab 71 : Iblis Kawi
72
Bab 72 : Pertempuran Wangsa Dan Iblis Kawi
73
Bab 73 : Perjodohan Masa Lalu
74
Bab 74 : Bertemu Rombongan Saudagar Asing
75
Bab 75 : Tawaran Jalan Bersama
76
Bab 76 : Kecurigaan Sugriwa
77
Bab 77 : Pembantaian Di Desa Jatijajar
78
Bab 78 : Tawaran Kerjasama
79
Bab 79 : Jangan Coba Menipu Aku
80
Bab 80 : Kalian Pikir Bisa Mengurungku?
81
Bab 81 : Bara Di Kota Tumapel
82
Bab 82 : Kalau Lemah! Tak Usah Banyak Bicara.
83
Bab 83 : Ilmu Yang Susah Di Hadapi
84
Bab 84 : Titik Lemah Ajian Larang Boyo
85
Bab 85 : Akhir Cerita Tokoh Tua
86
Bab 86 : Arah Dan Tujuan Kita Berbeda
87
Bab 87 : Penari Di Desa Coblong
88
Bab 88 : Sahabatku Bernama Kidung Kencana
89
Bab 89 : Singa Barong
90
Bab 90 : Kesempatan Kedua
91
Bab 91 : Kesepakatan Bersama
92
Bab 92 : Bertemu Pendekar Kembar
93
Bab 93 : Satu Tawaran Untuk Ki Bayan
94
Bab 94 : Tak Ada Kesempatan Kedua
95
Bab 95 : Jalan Rahasia
96
Bab 96 : Tragedi Di Dalam Goa
97
Bab 97 : Bertemu Resi Lanang Jagad
98
Bab 98 : Kesedihan Hati Seorang Abdi
99
Bab 99 : Terima Kasih Eyang Resi
100
Bab 100 : Bantu Kami, Lalu Kami Bantu Kau
101
Bab 101 : Penguasa Gunung Batok
102
Bab 102 : Akhirnya Kau Datang
103
Bab 103 : Bertemu Seorang Utusan
104
Bab 104 : Nasehat Dan Restu Nyi Selasih
105
105 : Raden Kusumo
106
106 : Jangan Ganggu Aku
107
107 : Apa Boleh, Aku Minta Bantuan?
108
108 : Bertemu Kembali Dengan Sahabat
109
109 : Hari Ceria Jagad Buwana
110
110 : Kalabenda
111
111 : Maaf! Jalan Kita Berbeda
112
112 : Hari Pertemuan
113
113 : Lima Padepokan Besar
114
114 : Tewasnya Panglima Hitam
115
Satu Kenyataan Yang Mengejutkan
116
Pengorbanan Suketi
117
Hati Naga Yang Terluka
118
Janji Pati Elang Yang Tersakiti
119
Gabungan Kekuatan
120
Mata-Mata Atau Bukan?
121
Utusan Pelangi
122
Mencari Manusia Terkutuk
123
Bertemu Mpu Barada
124
Kisah Penguasa Alas Purwo
125
Penangkal Racun Jarum Emas
126
Desa Telaga Warna
127
Jangan Membuatku Curiga
128
Kedok Kalasrenggi Terbuka
129
Akhir Dari Sebuah Pertemanan
130
Akhir Dari Penghianatan
131
Aria Pilong Vs Kalasrenggi
132
Beri Aku Nama
133
Keterangan Mengejutkan
134
Ambisi Jati Wilis
135
Perebutan Wilayah Perdagangan
136
Informasi Dari Rama
137
Siasat Untuk melawan Jati Wilis
138
Gempar Di Kota Keta
139
Isi Hati Buwana Dewi
140
Rencana Kedua Aria Pilong
141
Hancurnya Cabang Padepokan Elang Emas Di Kota Keta
142
Kepandaian Bicara Sang Utusan
143
Arogansi Patih Argobumi
144
Pelangi Di Kota Keta
145
Hadiah Untuk Sang Utusan
146
Nasehat Untuk Pejabat Kahuripan
147
Hasrat Seorang Dewi
148
Kota Di Pesisir Pantai
149
Membantu Nelayan Kalipuro
150
Tewasnya Iwa Brengos
151
Menyebrang Ke Pulau Bali
152
Bertempur Melawan 2 Elang Raksasa
153
Maafkan Aku, Kakang
154
Bertemu Panglima Laut Kerajaan Bali
155
Undangan Persahabatan
156
Permintaan Buwana Dewi
157
Elang Jantan Menyerang Istana Tampak Siring
158
Dendam Kedua Elang
159
Kau Atau Aku Yang Berkuasa?
160
Bertempur Di Luar Benteng Istana
161
Misi Lembusora
162
Jangan Pisahkan Kami
163
Satu Harapan Yang Jauh Dari Kenyataan
164
Undangan Untuk Ki Banyu Alas
165
Nasehat Mpu Barada
166
Ijin Dan Restu Prabu Anak Wungsu
167
Persiapan Acara Pernikahan
168
Siasat Keji Di Acara Janji Suci
169
Hari Yang Di Tunggu
170
Terkena Siraman Air Beracun
171
Rencana Licik Nyoman Sidharta Gagal
172
Sudah Resmi Menikah
173
Rasa Putus Asa Mantan Patih Kerajaan
174
Istana Tampak Siring Di kepung
175
Jodoh Masa Kecil, Apa Iya?
176
Mari Kita Buktikan
177
Jangan Ganggu Putri Angkatku
178
Cinta Berdarah
179
Mentari Di Atas Istana Tampak Siring
180
Menyerang Alas Purwo
181
Menyerang Alas Purwo 2
182
Akhir Dari Sebuah Ambisi
183
Petaka Di Hari Bahagia ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!