Raut wajah Aria berubah, saat mereka berdua menyebut nama ajian Cakra Candhikkala.
Ki Loreng geni mundur dua tombak, melihat Ajian Cakra Candhikkala, tapi mahluk penunggu gunung Wilis itu ragu, apa benar ajian yang terlihat di tangan Aria benar Aji Cakra Candhikkala, ajian yang sangat di takuti oleh penghuni alam ghaib seperti dirinya, karena ajian itu sangat mematikan.
Sedangkan raut wajah Nyi Selasih langsung ceria, walaupun terluka dalam, Nyi Selasih bangkit perlahan, kemudian sujud di dekat Aria.
“Salam hormat Nyi Selasih penjaga gunung Lawu, kepada titisan Sang Hyang Naga langit,” ucap Nyi Selasih.
Ki Loreng kerutkan kening melihat Nyi Selasih sujud, tetapi kenapa Aria tampak tak peduli dan terus menatapnya.
“Nyi! Kau salah orang, dia hanya orang buta, bukan titisan sang Hyang Naga langit,” Ki Loreng geni berkata.
Tetapi Nyi Selasih tak menanggapi perkataan Ki Loreng geni dan tetap sujud di dekat Aria.
Aria tak mau membuang waktu lagi, tubuhnya melesat, menghantam ke arah Ki Loreng geni.
Ki Loreng geni ragu antara menangkis atau menghindari pukulan Aria.
Tetapi setelah Aria semakin dekat dan hawa panas pukulan Aji Cakra Candhikkala terasa oleh tubuhnya, tanpa pikir panjang Ki Loreng geni lompat menghindari hantaman Aria Pilong.
Whut….Blar!
Ki Loreng geni berhasil menghindari serangan Aria setelah lompat menjauh, tetapi dinding goa bergetar hebat, lubang besar terlihat di dinding goa yang terkena hantaman aji Cakra Candhikkala.
“Raden! Salurkan Ajian Cakra Candhikkala, ke tongkat Raden,” ucap Nyi Selasih, dengan ilmu mengirimkan suara jarak jauh, melihat Ki Loreng geni siap untuk menyerang Aria.
Aria angkat tongkatnya mendengar perkataan Nyi Selasih, kemudian tangan kanan yang masih mengandung ajian Cakra Candhikkala mengusap tongkat kayu cendana dari kepala sampai ujung.
Ki Loreng setelah tahu musuh memiliki ajian yang dapat membunuh mahluk ghaib seperti dirinya, melesat dengan sangat cepat dengan kaki depan berusaha menghantam dari kanan ke arah kepala Aria Pilong.
Saat kaki kanan menghantam, Aria langsung menangkis dengan tangan kiri.
Plak!
Ki Loreng setelah serangannya berhasil di tangkis semakin murka, kaki kirinya gantian menghantam ke arah leher Aria.
Tapi dengan jurus tongkat Seda gitik, tongkat Aria terlebih dahulu sampai di kaki Ki Loreng.
Crash!
Raungan panjang terdengar saat kaki kiri Ki Loreng geni putus terkena sambaran tongkat Aria.
Ki Loreng geni berubah wujud kembali, tampak tangan kiri Ki Loreng sudah putus, darah berwarna hitam menyembur dari putusan tangan Ki Loreng geni dan menimbulkan bau busuk di dalam goa.
Ki Loreng geni sama sekali tidak menyangka tongkat sang musuh bisa melukai tangannya.
Sambil menahan rasa sakit akibat tangan kirinya putus, Ki Loreng dengan seluruh tenaga dalamnya, mengeluarkan Ajian Pati Wulung menghantam ke arah Aria.
Aria yang sudah siap, balas menghantam ke arah pukulan Aji Pati Wulung yang mengeluarkan sinar hitam.
Blam!
Suara menggelegar terdengar di dalam goa, dinding goa bergetar hebat, goa tempat mereka bertarung terguncang, batu-batu kecil yang berada di atas goa berjatuhan.
Aria terpental karena kalah tenaga dalam, tubuhnya menimpa tubuh Nyi Selasih.
Debu beterbangan menutupi pandangan di dalam goa.
Suasana hening
Semuanya gelap, Ilmu titisan Nyi Selasih lenyap, Aria kembali tak dapat melihat.
“Nyi….Nyi Selasih! Aria berkata sambil meraba tubuh Nyi Selasih.
Suara erangan terdengar dari mulut Nyi Selasih.
“Nyi….Kau tidak apa-apa? Tanya Aria.
“Aku baik-baik saja Raden, tetapi tubuhku sangat lemah,” jawab Nyi Selasih.
Setelah memastikan bahwa Nyi Selasih selamat.
Perlahan Aria berdiri dari sudut bibir pemuda itu mengalir darah segar, Aria terlihat seperti mengamati keadaan di sekitar dalam goa.
Suara lirih Nyi Selasih terdengar.
“Lebih baik Raden istirahat untuk memulihkan tenaga! Ki Loreng geni telah pergi, untuk sementara waktu kita aman, Ki Loreng geni terluka parah, dia pasti pulang ke gunung Wilis untuk memulihkan kekuatannya.”
Aria duduk setelah mendengar perkataan Nyi Selasih.
Aria menarik napas dalam-dalam, perlahan matanya menutup berusaha menenangkan diri.
Se ekor ular berwarna hijau tampak di sisi Aria yang tengah duduk bersila.
“Raden….Raden! Seru Nyi Selasih, setelah berubah kembali menjadi wanita cantik berkebaya hijau.
“Ada apa Nyi,” Aria membalas perkataan Nyi Selasih.
“Syukurlah Raden telah pulih kembali,” ucap Nyi Selasih.
“Nyi Selasih! Masalah sudah selesai, aku akan melanjutkan perjalanan kembali,” Aria berkata.
Whut!
Nyi Selasih yang berbentuk bayang-bayang melesat dan berada di hadapan Aria, setelah mendengar perkataan Pemuda itu.
Aria kerutkan kening, merasakan angin dingin melewati tubuhnya, kali ini Aria hanya bisa merasakan, tetapi tak bisa melihat tubuh Nyi Selasih.
“Ada apa Nyi? Tanya Aria.
“Raden adalah junjungan kami, titisan sang Hyang naga langit, raja siluman ular, aku harus mengabdi kepada Raden.
“Kau buta? Tanya Aria
“Aku ini manusia, bukan ular! Dari mana ceritanya aku adalah titisan raja siluman ular,” lanjut perkataan Aria.
“Tanda itu berada di mata Raden, mata Raden sama dengan mata Sang Hyang naga langit, keyakinan hamba bertambah setelah melihat Raden mengeluarkan ajian Cakra Candhikkala,” Nyi Selasih membalas perkataan Aria.
Aria kerutkan kening mendengar perkataan Nyi Selasih.
“Nyi Selasih tahu Ajian Cakra Candhikkala? Tanya Aria.
“Semua mahluk di alam ghaib tahu ajian Cakra Candhikkala, pemilik ilmu itu adalah Resi Lanang Jagad penguasa dua alam di tanah Jawa.
“Sang Hyang Naga langit adalah penjaga sekaligus sahabat resi lanang jagad,” jawab Nyi Selasih sambil menatap tajam ke arah Aria.
Aria diam mendengar perkataan Nyi Selasih, Aria membenarkan perkataan wanita itu, karena Suro keling pernah cerita, bahwa pemilik ilmu Cakra Candhikkala, orang yang bernama Lanang jagad.
“Lantas mau apa sekarang? Tanya Aria.
“Hamba akan ikut kemanapun Raden pergi, Nyi Selasih adalah hamba sahaya Raden Aria.” Jawab Nyi Selasih.
Aria menarik napas panjang sebelum berkata, setelah mendengar perkataan Nyi Selasih.
“Bagaimana bisa seperti itu! Kalau Nyi selasih ikut juga percuma, aku tidak bisa melihat Nyi Selasih.”
“Tetapi aku bisa melihat dan menjadi penunjuk jalan buat Raden,” Nyi Selasih membalas perkataan Aria
“Nyi Selasih adalah penguasa gunung Lawu jika Nyi Selasih pergi, bagaimana dengan pengikut Nyi Selasih? Tanya Aria.
“Sekarang penguasa gunung Lawu adalah Raden, apapun yang Raden perintahkan, Selasih akan tunduk.
“Mari kita ke istana kali mati untuk memberitahu para pengikut,” lanjut perkataan Nyi Selasih.
Keduanya lalu keluar goa, di bimbing oleh Nyi Selasih, Aria bergerak menuju istana kali mati.
Di tengah hutan, terlihat aliran sungai kecil dengan air berasal dari telaga kecil, aliran sungai kecil tersebut mengalir memasuki goa, tetapi air yang mengalir setelah melewati goa seperti lenyap, ternyata aliran air itu masuk ke dalam goa bawah tanah.
Itulah sebab kenapa para penduduk menyebut hutan kali mati, karena kali di tengah hutan ( aliran sungai kecil ) yang tidak mengalir jauh, alias mati.
Di pintu masuk air, Nyi Selasih tampak membaca mantra, kemudian tangannya bergerak-gerak di depan dinding batu.
Setelah membaca mantra, dinding goa bersinar terang, tiba-tiba di dinding goa terlihat sebuah gerbang, di bawah gerbang ada tangga batu.
Nyi Selasih menuntun Aria memasuki gerbang.
Jalan yang terlihat tampak menuju sebuah istana, sedangkan di kiri kanan jalan, terlihat rumah, semacam perkampungan untuk para pengikut Nyi Selasih.
Berbagai bentuk mahluk halus bersujud saat Nyi Selasih masuk ke dalam istana, mereka juga heran melihat ratu mereka tampak menuntun Manusia buta.
“Salam bahagia dan hormat untuk ratu kali mati,” teriakan serempak terdengar dari mulut para pengikut Nyi Selasih, setelah Nyi Selasih duduk di singgasana istana miliknya.
Aria hanya merasakan hawa dingin, ketika masuk ke dalam istana Nyi Selasih, pemuda itu tidak dapat mendengar ataupun melihat mahluk yang berada di dalam istana, termasuk Nyi Selasih sendiri.
“Nyi! Apa aku bisa melihat para pengikutmu? Tanya Aria.
“Aku belum bisa menyalurkan ilmuku, karena kekuatanku belum sepenuhnya kembali, Raden.”
Aria anggukan kepala mendengar perkataan Nyi Selasih.
Nyi Selasih bukannya tak bisa untuk menyalurkan ilmunya agar Aria bisa melihat, tetapi ia memang sengaja, karena Nyi Selasih tidak mau Aria melihat bentuk para pengikutnya, yang kebanyakan berbentuk menyeramkan.
“Wahai para pengikutku.”
Teriak Nyi Selasih.
“Aku sudah menemukan titisan sang Hyang Naga Langit, penguasa lelembut gunung Lawu, junjungan kita yang baru bernama Aria Pilong.
“Tadinya aku tidak yakin, tetapi setelah sang titisan menolongku melawan Ki Loreng geni dan berhasil mengalahkannya, baru aku percaya bahwa, tebakanku tidak salah.”
Suara riuh terdengar, setelah Nyi Selasih bercerita bagaimana ia di tolong oleh Aria.
Se ekor ular dengan kepala seorang gadis cantik, bertanya.
“Mana titisan itu Nyi Ratu?
Tiba-tiba Aria merasakan capingnya turun ke belakang, raut wajahnya terlihat setelah Nyi Selasih membuka caping milik Aria.
Dialah titisan itu.
Suara tertahan terdengar dari ruangan istana kali mati setelah mereka melihat raut wajah dan mata Aria.
Tapi para lelembut bangsa ular belum sujud, tanda mereka masih sangsi terhadap perkataan Nyi Selasih.
“Pemuda ini selain titisan dari Sang Hyang Naga langit, juga murid dari Resi Lanang jagad, sahabat dari leluhur kita,” Nyi Selasih berkata kembali.
Mendengar perkataan Nyi Selasih, para lelembut gunung Lawu, langsung sujud sambil menghadap ke arah Aria Pilong, begitu pula dengan Nyi Selasih yang ikut sujud.
“Salam hormat kami untuk penguasa baru gunung Lawu,” penghuni istana kali mati serempak berkata.
Aria hanya berdiri tanpa melakukan apapun, karena ia tidak dapat melihat atau mendengar percakapan dan tindakan para pengikutnya yang baru.
“Nyi! Apa yang terjadi? Tanya Aria.
“Raden sekarang sudah menjadi penguasa gunung Lawu, kami lelembut kali mati siap menerima perintah Raden,” ucap Nyi Selasih.
Aria menarik napas mendengar suara Nyi Selasih yang masuk ke telinganya.
“Percuma saja Nyi! Seru Aria sambil menarik napas panjang.
“Kenapa percuma Raden? Tanya Nyi Selasih tak mengerti.
“Bukanlah seorang penguasa harus memiliki pengikut? Tanya Aria.
“Raden benar,” jawab Nyi Selasih.
“Lalu mana pengikutku? Aku tidak melihat dan mendengar suara mereka.”
Nyi Selasih tidak membalas perkataan Aria, tapi perempuan itu hanya bisa berkata dalam hati, sambil tersenyum.
“Jika Raden melihat ratusan ribu lelembut bangsa ular dengan berbagai bentuk tengah sujud di depanmu, Raden pasti akan berpikir ulang untuk menjadi pemimpin kami.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Uchy
Pemimpin yang tidak bisa melihat para pengikutnya......
Tapi Aria Pilong ngga perlu khawatir.....
Kan ada Nyi Uchy,,, eeh salah 🙈😜
Maksudnya Nyi Selasih yang siap jadi matanya
2022-11-30
2
PANT GAME
🤩🤩🤩🤩🤩🤩🤩
2022-09-11
1
abdillah musahwi
mantul banget bang Jack👏👏👏👏👏
2022-03-06
1