Bab 16 : Padepokan Wisanggeni

Gadis yang tengah kesal terus berlari.

Keringat mengucur dari seluruh tubuhnya, karena menggendong Aria.

Sebelum malam tiba, gadis itu sampai di padepokan Wisanggeni.

Brak!

Aria di banting ke bale-bale yang terbuat dari bambu, di belakang gedung padepokan Wisanggeni.

“Keparat! Sudah buta, berat, bikin repot orang saja,” gerutu si gadis sambil mengambil kendi berisi air.

Seorang kakek berpakaian hitam menghampiri si gadis yang tengah minum air dari kendi.

“Wulan! Sudah berapa hari kau pergi dari padepokan? Tanya si kakek.

Ehm!

“Sudah berapa hari ya? Ucap gadis itu, sambil jarinya mengetuk-ngetuk sisi kepala.

“Mana….mana raja ular pesananku? Balas si kakek sambil menyodorkan tangannya ke arah si gadis.

“Kakek ini mau tanya yang mana sih? Berapa hari atau Raja ular? Si gadis yang di panggil Wulan dengan nada gusar balik bertanya.

“Raja ular saja….mana….mana? Balas si Kakek kembali menyodorkan tangan.

“Itu! Seru Wulan sambil menunjuk ke arah Aria.

“Apa! Kau jangan main-main dengan kakek,” balas si kakek yang merupakan ketua padepokan Wisanggeni, Ki Birawa, melihat cucunya malah menunjuk ke arah seorang pria yang tengah terlungkup di atas bale bambu.

“Aku berhasil mendapatkan raja ular kalau tidak ada dia kek! Ucap Wulan.

“Aku tak mengerti maksudmu, apa hubungannya raja ular dengan pemuda itu? Tanya Ki Birawa.

Wulan kemudian menceritakan kejadian, kenapa ia sampai gagal mendapatkan raja ular.

“Lalu kenapa orang itu kau bawa kesini? Tanya Ki Birawa.

“Biar kakek percaya, bahwa aku sudah berhasil kalau tidak ada pemuda itu,” jawab Wulan.

“Dia buta kek! bisik Wulan.

“Lantas kau tuntun dia kesini? Kembali Ki Birawa bertanya setelah mendengar perkataan Wulan sambil kerutkan kening.

“Aku kesal kepadanya kek! Aku racun dia dengan racun penidur, lalu aku gendong dia kesini,” jawab Wulan.

Ki Birawa menatap ke arah Aria yang masih terbaring di bale bambu.

“Kau yakin dia buta? Tanya Ki Birawa.

“Yakin Kek! Itu tongkat yang membantunya berjalan, masih dia pegang,” Jawab Wulan.

Hmm!

“Bukan itu! Kau yakin dia terkena racun penidurmu? Tanya Ki Birawa sambil melirik ke arah Aria.

“Apa maksud kakek? Wulan balik bertanya dengan raut wajah bingung.

“Kau lihat! Mana ada orang tak sadarkan diri, tangannya terus memegang tongkat,” jawab Si Kakek.

Raut wajah Wulan berubah, mendengar perkataan Ki Birawa, Wulan menyadari ada sesuatu dari perkataan kakeknya, Wulan kemudian menatap ke arah Aria.

“Hai buta! Kau benar tak sadar kan diri atau hanya pura-pura? Tanya Wulan dengan nada gusar, di tangan kanan Wulan sudah tampak menggenggam pisau kecil, siap menyerang.

Aria yang tengah berbaring mendengar perkataan keduanya, kemudian bangun dan duduk di bale bambu sambil memegang tongkat kayu cendana.

“Terima kasih nona! Karena sudah susah payah membawa aku keluar dari hutan kali mati,” ucap Aria sambil tersenyum.

“Jadi….jadi kau menipuku? Tanya Wulan dengan wajah geram.

Saat Wulan hendak bergerak ke arah Aria, tangannya di pegang oleh Ki Birawa.

“Tunggu dulu! Seru Ki Birawa sambil memberi isyarat mata kepada Wulan.

“Anak muda! Apa maksudmu mengerjai cucuku? Tanya Ki Birawa dengan sorot mata tajam, sambil sesekali melirik ke arah tongkat kayu cendana yang sekarang berubah warna menjadi hijau.

“Maaf kan aku Ki, bukan maksudku mengerjai cucu kisanak, aku hanya ingin keluar dari hutan kali mati dan cucu kakek adalah jalan keluarnya,” jawab Aria.

“Dasar buta keparat!? Wulan berkata, mengingat penderitaannya menggendong pemuda itu.

“Siapa kau anak muda? Aku yakin kau bukan orang sembarangan, tidak mungkin orang buta bisa berkeliaran di hutan kali mati,” ucap Ki Birawa dengan pandangan curiga.

“Aku benar orang biasa Ki, aku masuk ke hutan kali mati karena tersesat, salah mendengar petunjuk orang,” jawab Aria.

Hmm!

“Kau bisa saja berkelit anak muda! Tetapi tongkat kayu cendana milikmu tak bisa mengelabui aku,” ucap Ki Birawa sambil menatap sinis ke arah Aria.

“Sudahlah kek, Lebih baik kita sudahi masalah ini, aku minta maaf! Bukan maksudku untuk mengerjai cucu kakek, tetapi cucu kakek sendiri yang telah meracuni aku,” balas Aria.

Ki Birawa menarik napas panjang, ia tahu Aria bukan pemuda sembarangan, apalagi setelah melihat bahwa tongkat yang di pegang oleh pemuda itu mempunyai aura berbeda.

“Lain kali, jika kau ingin meracuni orang, kau lihat dulu! Jika orang itu membawa tongkat kayu cendana seperti pemuda ini, percuma saja, karena racun yang kau sebar akan terserap oleh tongkat itu,” Ki Birawa berkata kepada Wulan.

“Kita sudahi urusan ini,” lanjut perkataan Ki Birawa.

“Anak muda! jika boleh, aku ingin membeli tongkatmu, bagaimana? Tanya Ki Birawa.

“Maaf Ki, tongkat ini pemberian kakekku, tidak di jual,” jawab Aria.

Ki Birawa menghela napas mendengar perkataan Aria, kemudian kakek itu mulai cerita.

“Padepokan Wisanggeni sedang menghadapi masalah, padepokan kami terkenal dengan keahlian menggunakan racun, tetapi kami bukan aliran hitam, karena kami mengolah racun untuk bertahan hidup dan mengobati orang melalui racun.

“Tetapi sudah beberapa hari kebelakang, kami selalu di ganggu oleh padepokan Tapak suci,” ucap Ki Birawa dengan nada gundah.

“Apa sebabnya Ki? Tanya Aria merasa penasaran.

“Padepokan kami dimintai tolong oleh keluarga pedagang besar, pedagang bernama juragan Mahendra terkena pukulan beracun, saat hendak berdagang ke wilayah Wengker.

“Pihak kami akhirnya menyetujui, Wisesa ayah Wulan pergi ke Wengker untuk mengobati Mahendra, tetapi racun sudah menyebar, dan akhirnya Mahendra tewas.

“Keluarga Mahendra tidak bisa menerima kematian Mahendra, kakak Mahendra ternyata adalah Mahesa, ketua padepokan Tapak suci.

“Mahesa bilang kami tidak becus mengobati dan menyebut padepokan kami dari aliran hitam.

“Tetapi ada yang janggal dalam hal ini, menurut surat Wisesa yang di kirim ke aku sebelum dirinya di tawan, Mahendra terkena tapak beracun dari perguruan Tapak suci.

“Tetapi sebelum Wisesa membuktikan, ia keburu di tangkap oleh Mahesa, sejak itu mereka memberikan waktu kepada kami dalam sebulan ini, untuk menukar padepokan Wisanggeni dengan Wisesa yang sedang mereka tahan.

“Kalau kami tidak setuju, padepokan tapak suci, padepokan Tombak terbang serta padepokan Baju merah akan mengambil paksa padepokan Wisanggeni dan membunuh kami semua, dengan alasan kami berasal dari aliran hitam.

“Oleh sebab itu aku menyuruh Wulan untuk mencari raja ular merah ke hutan kali mati, untuk membuat racun Rogo pati untuk membunuh mereka jika berani datang ke padepokan Wisanggeni,” Ki Birawa menarik napas dalam-dalam setelah cerita, seperti hendak melepaskan beban berat dari pundaknya.

“Maafkan Wulan kek! Gara-gara Wulan tidak bisa menangkap raja ular, padepokan Wisanggeni dalam bahaya,” Wulan menimpali cerita Ki Birawa dengan nada sedih.

“Lalu untuk apa tongkat kayu cendana milikku ini? Tanya Aria.

“Serbuk cendana berusia ribuan tahun, bisa di pakai menjadi campuran racun ucapan Dewa,” jawab Ki Birawa.

“Racun ucapan Dewa? Ucap Aria sambil kerutkan kening tak mengerti.

“Orang yang terkena racun ucapan dewa akan berkata jujur dan tak bisa menyembunyikan rahasia yang ada di dalam diri orang itu.

“Mahesa adalah orang yang licik, jika aku berhasil memberi racun ucapan Dewa dan mengungkap kebenaran dari mulutnya, padepokan Baju merah pasti akan berbalik membantu padepokan Wisanggeni.

“Jika dua lawan dua, padepokan Wisanggeni bisa bertahan, tapi jika tidak! Terpaksa kami akan bertempur hidup atau mati, untuk mempertahankan diri dan keyakinan.

Aria menarik napas mendengar perkataan Ki Birawa.

“Kalau hanya serbuk cendana dari tongkatku, aku bisa memberikannya.” Ucap Aria.

Cis!

“Hanya tongkat saja pelit, aku belikan kau tongkat lebih bagus dari itu,” ucap Wulan.

Aria setelah mendengar perkataan gadis itu, kemudian membalasnya.

“Kau kerik saja tongkat yang kau beli, untuk membuat racun.”

Terpopuler

Comments

Dragon🐉 gate🐉

Dragon🐉 gate🐉

heh.. Aria di ajak debat, kau kena mental lah..

2024-08-31

0

Dragon🐉 gate🐉

Dragon🐉 gate🐉

Aria be like: makasih ya Wulan udh mau jd kendaraan gratiis🤣

2024-08-31

0

PANT GAME

PANT GAME

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-09-11

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Prahara Di Bukit Setan
2 Bab 2 : Tewasnya keluarga Pedagang Muda
3 Bab 3 : Kakek Misterius
4 Bab 4 : Berlatih Ilmu Kanuragan
5 Bab 5 : Saatnya Perpisahan
6 Bab 6 : Kampung Randu Alas
7 Bab 7 : Pendekar Randu Alas
8 Bab 8 : Utusan Suto Abang
9 Bab 9 : Jangan Asal Bicara
10 Bab 10 : Melawan Musuh Tangguh
11 Bab 11 : Menetap Di Randu Alas
12 Bab 12 : Hutan Kali Mati
13 Bab 13 : Menolong Penguasa Gunung Lawu.
14 Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati
15 Bab 15 : Maafkan Aku Nona
16 Bab 16 : Padepokan Wisanggeni
17 Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan
18 Bab 18 : Rencana Terselubung
19 Bab 19 : Perlahan Mulai Terungkap
20 Bab 20 : Cerita Dari Masa Lalu
21 Bab 21 : Berangkat Ke Kerajaan Wengker
22 Bab 22 : Misteri Seorang Resi
23 Bab 23 : Ambisi Seorang Resi
24 Bab 24 : Tewasnya Seorang Ketua Padepokan
25 Bab 25 : Kekuatan Baru
26 Bab 26 : Cerita Naga Langit
27 Bab 27 : Apa Aku Boleh Ikut?
28 Bab 28 : Mengambil Kitab 7 Racun
29 Bab 29 : Kesedihan Wisesa
30 Bab 30 : Berangkat Ke Gunung Semeru
31 Bab 31 : Pertempuran Di Gunung Wilis
32 Bab 32 : Ingatan Masa Lalu
33 Bab 33 : Kau Ku Ampuni
34 Bab 34 : Pertempuran 2 Penguasa
35 Bab 35 : Ungkapan Hati 2 Orang Gadis
36 Bab 36 : Peristiwa Di Kota Daha
37 Bab 37 : Masalah Baru
38 Bab 38 : Perseteruan Antar Saudara 1
39 Bab 39 : Perseteruan Antar Saudara 2
40 Bab 40 : Kemarahan Tumenggung Adiguna
41 Bab 41 : Kupikir Hebat, Ternyata?
42 Bab 42 : Jangan Hina Aku
43 Bab 43 : Apa Yang Kau Tanam, Itu Yang Kau Tuai
44 Bab 44 : Jangan Remehkan Kami
45 Bab 45 : Benang Merah Dari Sebuah Ramalan Mulai Terlihat.
46 Bab 46 : Persiapan Sayembara
47 Bab 47 : Resahnya Hati Resi Sarpa Kencana
48 Bab 48 : Restu Dari Naga Langit
49 Bab 49 : Ku Berikan Setengah Kekuatanku
50 Bab 50 : Caping Kembar
51 Bab 51 : Kau Kawan Atau Lawan
52 Bab 52 : Rencana Tersembunyi Seorang Senopati
53 Bab 53 : Ku Tantang Kau Di Arena Sayembara
54 Bab 54 : Ancaman Di Tempat Pertemuan
55 Bab 55 : Maaf! Aku Membohongimu
56 Bab 56 : Sayembara Di Mulai
57 Bab 57 : Pelajaran Berharga Untuk Sang Murid
58 Bab 58 : Darah Mulai Tumpah Di Lantai Arena
59 Bab 59 : Sedih Hati Aria Pilong
60 Bab 60 : Aku Terima Tantangan Mu
61 Bab 61 : Janji Dua Orang Pendekar
62 Bab 62 : Dendam sang Kakek
63 Bab 63 : Penjaga Wilayah Barat
64 Bab 64 : Ku Serahkan Padamu
65 Bab 65 : Telaga Kelud
66 Bab 66 : Siapa Pemimpin kalian?
67 Bab 67 : Kau Yang Bertaruh, Tetapi Aku Yang Repot
68 Bab 68 : Jaga Ucapanmu, Nona!
69 Bab 69 : Julukan Baru Aria, Kakak Ketiga
70 Bab 70 : Mendapat 2 Pelayan
71 Bab 71 : Iblis Kawi
72 Bab 72 : Pertempuran Wangsa Dan Iblis Kawi
73 Bab 73 : Perjodohan Masa Lalu
74 Bab 74 : Bertemu Rombongan Saudagar Asing
75 Bab 75 : Tawaran Jalan Bersama
76 Bab 76 : Kecurigaan Sugriwa
77 Bab 77 : Pembantaian Di Desa Jatijajar
78 Bab 78 : Tawaran Kerjasama
79 Bab 79 : Jangan Coba Menipu Aku
80 Bab 80 : Kalian Pikir Bisa Mengurungku?
81 Bab 81 : Bara Di Kota Tumapel
82 Bab 82 : Kalau Lemah! Tak Usah Banyak Bicara.
83 Bab 83 : Ilmu Yang Susah Di Hadapi
84 Bab 84 : Titik Lemah Ajian Larang Boyo
85 Bab 85 : Akhir Cerita Tokoh Tua
86 Bab 86 : Arah Dan Tujuan Kita Berbeda
87 Bab 87 : Penari Di Desa Coblong
88 Bab 88 : Sahabatku Bernama Kidung Kencana
89 Bab 89 : Singa Barong
90 Bab 90 : Kesempatan Kedua
91 Bab 91 : Kesepakatan Bersama
92 Bab 92 : Bertemu Pendekar Kembar
93 Bab 93 : Satu Tawaran Untuk Ki Bayan
94 Bab 94 : Tak Ada Kesempatan Kedua
95 Bab 95 : Jalan Rahasia
96 Bab 96 : Tragedi Di Dalam Goa
97 Bab 97 : Bertemu Resi Lanang Jagad
98 Bab 98 : Kesedihan Hati Seorang Abdi
99 Bab 99 : Terima Kasih Eyang Resi
100 Bab 100 : Bantu Kami, Lalu Kami Bantu Kau
101 Bab 101 : Penguasa Gunung Batok
102 Bab 102 : Akhirnya Kau Datang
103 Bab 103 : Bertemu Seorang Utusan
104 Bab 104 : Nasehat Dan Restu Nyi Selasih
105 105 : Raden Kusumo
106 106 : Jangan Ganggu Aku
107 107 : Apa Boleh, Aku Minta Bantuan?
108 108 : Bertemu Kembali Dengan Sahabat
109 109 : Hari Ceria Jagad Buwana
110 110 : Kalabenda
111 111 : Maaf! Jalan Kita Berbeda
112 112 : Hari Pertemuan
113 113 : Lima Padepokan Besar
114 114 : Tewasnya Panglima Hitam
115 Satu Kenyataan Yang Mengejutkan
116 Pengorbanan Suketi
117 Hati Naga Yang Terluka
118 Janji Pati Elang Yang Tersakiti
119 Gabungan Kekuatan
120 Mata-Mata Atau Bukan?
121 Utusan Pelangi
122 Mencari Manusia Terkutuk
123 Bertemu Mpu Barada
124 Kisah Penguasa Alas Purwo
125 Penangkal Racun Jarum Emas
126 Desa Telaga Warna
127 Jangan Membuatku Curiga
128 Kedok Kalasrenggi Terbuka
129 Akhir Dari Sebuah Pertemanan
130 Akhir Dari Penghianatan
131 Aria Pilong Vs Kalasrenggi
132 Beri Aku Nama
133 Keterangan Mengejutkan
134 Ambisi Jati Wilis
135 Perebutan Wilayah Perdagangan
136 Informasi Dari Rama
137 Siasat Untuk melawan Jati Wilis
138 Gempar Di Kota Keta
139 Isi Hati Buwana Dewi
140 Rencana Kedua Aria Pilong
141 Hancurnya Cabang Padepokan Elang Emas Di Kota Keta
142 Kepandaian Bicara Sang Utusan
143 Arogansi Patih Argobumi
144 Pelangi Di Kota Keta
145 Hadiah Untuk Sang Utusan
146 Nasehat Untuk Pejabat Kahuripan
147 Hasrat Seorang Dewi
148 Kota Di Pesisir Pantai
149 Membantu Nelayan Kalipuro
150 Tewasnya Iwa Brengos
151 Menyebrang Ke Pulau Bali
152 Bertempur Melawan 2 Elang Raksasa
153 Maafkan Aku, Kakang
154 Bertemu Panglima Laut Kerajaan Bali
155 Undangan Persahabatan
156 Permintaan Buwana Dewi
157 Elang Jantan Menyerang Istana Tampak Siring
158 Dendam Kedua Elang
159 Kau Atau Aku Yang Berkuasa?
160 Bertempur Di Luar Benteng Istana
161 Misi Lembusora
162 Jangan Pisahkan Kami
163 Satu Harapan Yang Jauh Dari Kenyataan
164 Undangan Untuk Ki Banyu Alas
165 Nasehat Mpu Barada
166 Ijin Dan Restu Prabu Anak Wungsu
167 Persiapan Acara Pernikahan
168 Siasat Keji Di Acara Janji Suci
169 Hari Yang Di Tunggu
170 Terkena Siraman Air Beracun
171 Rencana Licik Nyoman Sidharta Gagal
172 Sudah Resmi Menikah
173 Rasa Putus Asa Mantan Patih Kerajaan
174 Istana Tampak Siring Di kepung
175 Jodoh Masa Kecil, Apa Iya?
176 Mari Kita Buktikan
177 Jangan Ganggu Putri Angkatku
178 Cinta Berdarah
179 Mentari Di Atas Istana Tampak Siring
180 Menyerang Alas Purwo
181 Menyerang Alas Purwo 2
182 Akhir Dari Sebuah Ambisi
183 Petaka Di Hari Bahagia ( End )
Episodes

Updated 183 Episodes

1
Bab 1 : Prahara Di Bukit Setan
2
Bab 2 : Tewasnya keluarga Pedagang Muda
3
Bab 3 : Kakek Misterius
4
Bab 4 : Berlatih Ilmu Kanuragan
5
Bab 5 : Saatnya Perpisahan
6
Bab 6 : Kampung Randu Alas
7
Bab 7 : Pendekar Randu Alas
8
Bab 8 : Utusan Suto Abang
9
Bab 9 : Jangan Asal Bicara
10
Bab 10 : Melawan Musuh Tangguh
11
Bab 11 : Menetap Di Randu Alas
12
Bab 12 : Hutan Kali Mati
13
Bab 13 : Menolong Penguasa Gunung Lawu.
14
Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati
15
Bab 15 : Maafkan Aku Nona
16
Bab 16 : Padepokan Wisanggeni
17
Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan
18
Bab 18 : Rencana Terselubung
19
Bab 19 : Perlahan Mulai Terungkap
20
Bab 20 : Cerita Dari Masa Lalu
21
Bab 21 : Berangkat Ke Kerajaan Wengker
22
Bab 22 : Misteri Seorang Resi
23
Bab 23 : Ambisi Seorang Resi
24
Bab 24 : Tewasnya Seorang Ketua Padepokan
25
Bab 25 : Kekuatan Baru
26
Bab 26 : Cerita Naga Langit
27
Bab 27 : Apa Aku Boleh Ikut?
28
Bab 28 : Mengambil Kitab 7 Racun
29
Bab 29 : Kesedihan Wisesa
30
Bab 30 : Berangkat Ke Gunung Semeru
31
Bab 31 : Pertempuran Di Gunung Wilis
32
Bab 32 : Ingatan Masa Lalu
33
Bab 33 : Kau Ku Ampuni
34
Bab 34 : Pertempuran 2 Penguasa
35
Bab 35 : Ungkapan Hati 2 Orang Gadis
36
Bab 36 : Peristiwa Di Kota Daha
37
Bab 37 : Masalah Baru
38
Bab 38 : Perseteruan Antar Saudara 1
39
Bab 39 : Perseteruan Antar Saudara 2
40
Bab 40 : Kemarahan Tumenggung Adiguna
41
Bab 41 : Kupikir Hebat, Ternyata?
42
Bab 42 : Jangan Hina Aku
43
Bab 43 : Apa Yang Kau Tanam, Itu Yang Kau Tuai
44
Bab 44 : Jangan Remehkan Kami
45
Bab 45 : Benang Merah Dari Sebuah Ramalan Mulai Terlihat.
46
Bab 46 : Persiapan Sayembara
47
Bab 47 : Resahnya Hati Resi Sarpa Kencana
48
Bab 48 : Restu Dari Naga Langit
49
Bab 49 : Ku Berikan Setengah Kekuatanku
50
Bab 50 : Caping Kembar
51
Bab 51 : Kau Kawan Atau Lawan
52
Bab 52 : Rencana Tersembunyi Seorang Senopati
53
Bab 53 : Ku Tantang Kau Di Arena Sayembara
54
Bab 54 : Ancaman Di Tempat Pertemuan
55
Bab 55 : Maaf! Aku Membohongimu
56
Bab 56 : Sayembara Di Mulai
57
Bab 57 : Pelajaran Berharga Untuk Sang Murid
58
Bab 58 : Darah Mulai Tumpah Di Lantai Arena
59
Bab 59 : Sedih Hati Aria Pilong
60
Bab 60 : Aku Terima Tantangan Mu
61
Bab 61 : Janji Dua Orang Pendekar
62
Bab 62 : Dendam sang Kakek
63
Bab 63 : Penjaga Wilayah Barat
64
Bab 64 : Ku Serahkan Padamu
65
Bab 65 : Telaga Kelud
66
Bab 66 : Siapa Pemimpin kalian?
67
Bab 67 : Kau Yang Bertaruh, Tetapi Aku Yang Repot
68
Bab 68 : Jaga Ucapanmu, Nona!
69
Bab 69 : Julukan Baru Aria, Kakak Ketiga
70
Bab 70 : Mendapat 2 Pelayan
71
Bab 71 : Iblis Kawi
72
Bab 72 : Pertempuran Wangsa Dan Iblis Kawi
73
Bab 73 : Perjodohan Masa Lalu
74
Bab 74 : Bertemu Rombongan Saudagar Asing
75
Bab 75 : Tawaran Jalan Bersama
76
Bab 76 : Kecurigaan Sugriwa
77
Bab 77 : Pembantaian Di Desa Jatijajar
78
Bab 78 : Tawaran Kerjasama
79
Bab 79 : Jangan Coba Menipu Aku
80
Bab 80 : Kalian Pikir Bisa Mengurungku?
81
Bab 81 : Bara Di Kota Tumapel
82
Bab 82 : Kalau Lemah! Tak Usah Banyak Bicara.
83
Bab 83 : Ilmu Yang Susah Di Hadapi
84
Bab 84 : Titik Lemah Ajian Larang Boyo
85
Bab 85 : Akhir Cerita Tokoh Tua
86
Bab 86 : Arah Dan Tujuan Kita Berbeda
87
Bab 87 : Penari Di Desa Coblong
88
Bab 88 : Sahabatku Bernama Kidung Kencana
89
Bab 89 : Singa Barong
90
Bab 90 : Kesempatan Kedua
91
Bab 91 : Kesepakatan Bersama
92
Bab 92 : Bertemu Pendekar Kembar
93
Bab 93 : Satu Tawaran Untuk Ki Bayan
94
Bab 94 : Tak Ada Kesempatan Kedua
95
Bab 95 : Jalan Rahasia
96
Bab 96 : Tragedi Di Dalam Goa
97
Bab 97 : Bertemu Resi Lanang Jagad
98
Bab 98 : Kesedihan Hati Seorang Abdi
99
Bab 99 : Terima Kasih Eyang Resi
100
Bab 100 : Bantu Kami, Lalu Kami Bantu Kau
101
Bab 101 : Penguasa Gunung Batok
102
Bab 102 : Akhirnya Kau Datang
103
Bab 103 : Bertemu Seorang Utusan
104
Bab 104 : Nasehat Dan Restu Nyi Selasih
105
105 : Raden Kusumo
106
106 : Jangan Ganggu Aku
107
107 : Apa Boleh, Aku Minta Bantuan?
108
108 : Bertemu Kembali Dengan Sahabat
109
109 : Hari Ceria Jagad Buwana
110
110 : Kalabenda
111
111 : Maaf! Jalan Kita Berbeda
112
112 : Hari Pertemuan
113
113 : Lima Padepokan Besar
114
114 : Tewasnya Panglima Hitam
115
Satu Kenyataan Yang Mengejutkan
116
Pengorbanan Suketi
117
Hati Naga Yang Terluka
118
Janji Pati Elang Yang Tersakiti
119
Gabungan Kekuatan
120
Mata-Mata Atau Bukan?
121
Utusan Pelangi
122
Mencari Manusia Terkutuk
123
Bertemu Mpu Barada
124
Kisah Penguasa Alas Purwo
125
Penangkal Racun Jarum Emas
126
Desa Telaga Warna
127
Jangan Membuatku Curiga
128
Kedok Kalasrenggi Terbuka
129
Akhir Dari Sebuah Pertemanan
130
Akhir Dari Penghianatan
131
Aria Pilong Vs Kalasrenggi
132
Beri Aku Nama
133
Keterangan Mengejutkan
134
Ambisi Jati Wilis
135
Perebutan Wilayah Perdagangan
136
Informasi Dari Rama
137
Siasat Untuk melawan Jati Wilis
138
Gempar Di Kota Keta
139
Isi Hati Buwana Dewi
140
Rencana Kedua Aria Pilong
141
Hancurnya Cabang Padepokan Elang Emas Di Kota Keta
142
Kepandaian Bicara Sang Utusan
143
Arogansi Patih Argobumi
144
Pelangi Di Kota Keta
145
Hadiah Untuk Sang Utusan
146
Nasehat Untuk Pejabat Kahuripan
147
Hasrat Seorang Dewi
148
Kota Di Pesisir Pantai
149
Membantu Nelayan Kalipuro
150
Tewasnya Iwa Brengos
151
Menyebrang Ke Pulau Bali
152
Bertempur Melawan 2 Elang Raksasa
153
Maafkan Aku, Kakang
154
Bertemu Panglima Laut Kerajaan Bali
155
Undangan Persahabatan
156
Permintaan Buwana Dewi
157
Elang Jantan Menyerang Istana Tampak Siring
158
Dendam Kedua Elang
159
Kau Atau Aku Yang Berkuasa?
160
Bertempur Di Luar Benteng Istana
161
Misi Lembusora
162
Jangan Pisahkan Kami
163
Satu Harapan Yang Jauh Dari Kenyataan
164
Undangan Untuk Ki Banyu Alas
165
Nasehat Mpu Barada
166
Ijin Dan Restu Prabu Anak Wungsu
167
Persiapan Acara Pernikahan
168
Siasat Keji Di Acara Janji Suci
169
Hari Yang Di Tunggu
170
Terkena Siraman Air Beracun
171
Rencana Licik Nyoman Sidharta Gagal
172
Sudah Resmi Menikah
173
Rasa Putus Asa Mantan Patih Kerajaan
174
Istana Tampak Siring Di kepung
175
Jodoh Masa Kecil, Apa Iya?
176
Mari Kita Buktikan
177
Jangan Ganggu Putri Angkatku
178
Cinta Berdarah
179
Mentari Di Atas Istana Tampak Siring
180
Menyerang Alas Purwo
181
Menyerang Alas Purwo 2
182
Akhir Dari Sebuah Ambisi
183
Petaka Di Hari Bahagia ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!