Suto Abang bukannya pengecut, tetapi melihat kakek yang berdiri di samping si bocah, walau bagaimanapun ia harus melarikan diri.
Suto Abang masih ingat saat ia berguru di sebuah padepokan terkenal di timur jawa, baru 2 tahun ia berguru, ketua serta padepokan tempat ia berguru habis di obrak abrik oleh lelaki berwajah bengis dengan kulit hitam yang tadi menyerangnya, ketua padepokan tempatnya berguru juga tewas oleh orang itu, Suto Abang selamat karena waktu itu ia pura pura tewas di dalam padepokan.
Setelah geger, akhirnya Suto Abang tahu siapa orang yang menyerang padepokannya, Kakek itu di kenal jago yang tidak tertandingi di timur Jawa.
Setelah membuat geger tanah Jawa, kakek itu menghilang, dan kini ia berada di depan Suto Abang.
Suto Abang sangat takut karena ia tahu, kakek itu tidak segan-segan membunuh jika ia tidak suka terhadap orang yang di lihatnya.
***
“Nak! Kau bersama siapa, dimana ayah ibumu? Tanya Kakek itu.
Aria saat mendengar suara berbeda dari yang tadi, melangkah mundur sambil menggoyangkan kedua tangan.
“Pergi….pergi kau!
Kakek berwajah hitam kerutkan kening, melihat mata Aria.
Hmm!
“Ternyata ia buta, tetapi seperti ada yang aneh dengan warna matanya itu,” si kakek berkata dalam hati.
“Di sini sudah tidak ada siapa-siapa lagi, apa kau mau ikut denganku? Tanya si kakek.
Aria anggukan kepala mendengar perkataan lembut si kakek, tetapi Aria bergerak ke arah bibir jurang sambil berteriak, “Ibu….ibu.”
Kakek berpakaian hitam langsung menyambar tubuh Aria, kemudian melesat terjun ke jurang, sambil terkadang kakinya seperti berlari di dinding bukit yang ada di sekitar jurang bukit setan.
***
Kini bocah yang di temukan oleh si kakek sudah berusia 10 tahun, kondisi badan sang bocah sangat kuat, karena si bocah selalu makan dan minum berbagai makanan yang di suguhkan tanpa bertanya makanan apa yang telah ia makan.
Tetapi mata sang bocah bernama Aria, tetap terlihat berwarna kuning ke emasan, berbagai cara dan upaya di lakukan oleh si kakek, dari obat-obatan sampai buah mukjizat berusia ratusan tahun untuk mengobati, tetapi si bocah tetap tidak bisa melihat.
Si kakek selama tinggal bersama, hanya menyuruh Aria duduk di dekat air terjun, serta mengajari bahasa yang biasa di pakai sehari hari, tetapi butuh kesabaran serta ke ahlian tingkat tinggi untuk mengajarkan semua itu, karena kondisi si bocah yang tidak bisa melihat, tetapi berkat perhatian dan ketekunan si kakek, perlahan sang bocah mengerti dan bisa mempelajari apa yang ia ajarkan.
Ketika sehabis keliling hutan dan banyak mendapat buah untuk makanan sehari – hari, keduanya duduk berhadapan di dalam goa.
“Nak! Tidak terasa sudah 6 tahun kau bersamaku, apa kau ingin belajar ilmu silat dengan sungguh-sungguh? Tanya si Kakek, kepada bocah yang kini sudah remaja, tengah duduk di depannya.
“Terserah kakek saja,” jawab sang bocah.
Kakek berwajah bengis kerutkan kening, “memangnya kau tidak ada niat untuk belajar silat? Si kakek bertanya, setelah mendengar jawaban Aria.
“Apa orang buta sepertiku bisa belajar silat? Kali ini Aria balik bertanya.
“Tentu saja bisa! Aku yang akan melatihmu, tapi ingat! Kau tidak boleh membantah yang aku perintahkan.
Aria diam mendengar perkataan si kakek, tetapi akhirnya kepala Aria mengangguk.
Setelah Aria mau belajar silat, si kakek lalu membicarakan sesuatu yang selalu mengganjal hatinya mengenai nama sang bocah.
“Namamu sangat pendek jika hanya Aria, bagaimana kalau di tambah lagi? Ucap si kakek saat keduanya menikmati buah yang tadi mereka petik, “bagaimana menurutmu? ucap Si kakek ketika tak mendengar perkataan Aria.
“Terserah kakek saja! Kembali Aria berkata dengan perkataan yang sama.
Phuih!
“Bocah gila! Di tanya hanya itu saja jawabanmu,” dengus Si kakek dengan nada kesal.
“Baiklah! Sekarang namamu Aria Pilong.” Lanjut perkataan si kakek masih dengan raut wajah cemberut.
“Baik kek! Namaku di tambah Pilong,” ternyata setelah di dengar, nama Aria Pilong di sukai oleh si bocah.
Aria sangat suka dengan nama barunya.
“Aria! Selama ini kakek selalu menyuruhmu bersemadi di dekat air terjun yang ada di lembah, apa kau sudah paham maksud tujuan kakek?
“Untuk melatih pendengaranku,” jawab Aria.
Si kakek anggukan kepala mendengar perkataan Aria, kemudian berkata kembali.
“Bukan hanya itu, tetapi juga untuk meningkatkan tenaga lahir dan batinmu.
“Aku juga sering melatihmu di antara tumpukan bangkai binatang dan terkadang di antara bunga serta buah yang mempunyai bau yang amat tajam, karena hal itu sangat berguna untuk melatih penciumanmu,” kembali si kakek berkata.
“kalau kau bisa melihat, mungkin sekarang kau sudah kulatih dengan ilmu yang aku miliki, tetapi karena keadaanmu yang buta, aku harus merubah ilmu serta membimbingmu dengan cara berbeda, tidak seperti orang normal yang bisa melihat.”
“Aku mengerti apa maksud kakek,” jawab Aria.
Kakek berwajah bengis menarik napas panjang, seperti hendak melepaskan beban berat, sebelum bicara.
“Aku mau menceritakan sebuah kisah kepadamu.
“Dahulu ada seorang pemuda bernama Suro Keling, pemuda pilih tanding yang selalu bertindak semaunya, apapun yang Suro inginkan, pasti akan ia lakukan.
“Kegemarannya dalam ilmu kanuragan membuat Suro Keling keliling negeri untuk mencari musuh, dan ia selalu berhasil mengalahkan musuh – musuhnya.
Suro keling menjadi sombong karena tidak ada lawan dan mulai bertindak semaunya, membunuh serta membuat onar selalu ia lakukan.
Tetapi ketika Suro keling menghadapi ujian yang bernama wanita, pemuda itu kalah total dan akhirnya jatuh ke dalam jurang kehancuran.
“Wanita itu apa Kek? Apa dia juga ber ilmu tinggi kek? Tanya Aria.
“Wanita itu tidak mempunyai ilmu,” jawab si kakek, “tetapi ia memiliki paras yang cantik seperti bidadari, tubuhnya wangi kembang setaman, membuat Warok Suro Keling yang di takuti akhirnya bertekuk lutut di bawah kaki wanita itu.
“Tetapi Suro keling tidak tahu, bahwa wanita itu sebenarnya adalah seseorang utusan yang di kirim oleh musuh-musuh yang membenci untuk melemahkan Suro Keling.
“Keduanya lalu tinggal bersama, hari berganti dan waktu berlalu, Suro Keling akhirnya mencium gelagat tidak beres, karena semakin hari tubuhnya terasa lemas.
“Setelah diam – diam mencari tahu, akhirnya Suro Keling tahu bahwa makanan serta minumannya setiap hari di beri racun oleh wanita itu, untuk melemahkan dirinya.
“Suro Keling kemudian memaksa sang wanita untuk memberitahu, siapa yang telah merencanakan semua itu terhadap dirinya.
“Setelah didesak, akhirnya wanita itu mengatakan, bahwa 3 padepokan terbesar di tanah Jawa yang merasa sakit hati, yang merencanakan semua ini, karena ketiga ketua mereka telah di kalahkan oleh Suro keling.
“Suro keling yang marah akhirnya membunuh wanita yang ia cintai, beserta ketiga padepokan yang telah merencanakan siasat keji, ia hancurkan, semua murid serta guru padepokan ia bunuh.
“Dunia persilatan geger dan mulai bersatu, hampir setiap hari Suro keling di buru, tetapi ia berhasil mengalahkan musuh-musuhnya.
“Seiringnya waktu berjalan, Suro keling sadar dan bosan membunuh, jiwanya selalu tidak tenang dan tenggelam dalam penyesalan yang mendalam, karena gelap mata membunuh wanita yang ia cintai, akhirnya Suro keling memutuskan untuk menghilang dari dunia persilatan, serta merenungi dosa yang telah ia perbuat.
“Apa sekarang kakek sudah merenungi, dan sadar dengan apa yang telah kakek lakukan selama ini? Tanya Aria.
“Apa maksudmu? Si kakek balik bertanya, sambil menatap Aria dengan kening berkerut.
“Suro keling yang terkenal dan kini duduk di hadapanku, apakah dia sudah merenungi apa yang telah ia lakukan? Kembali Aria mengulangi pertanyaannya.
“Aku kakekmu! Bukan Suro Keling,” si kakek berkata, kali ini nada suaranya mulai tinggi.
“Lantas kenapa kakek mengeluarkan air mata, sewaktu bercerita? Tanya Aria.
Phuih!
“Siapa bilang aku menangis? Ucap Pertapa gila, sambil menatap tajam ke arah kedua mata berwarna kuning ke emasan yang di miliki Aria Pilong.
“Siapa yang bilang kakek menangis? Aku hanya bilang kakek mengeluarkan air mata.
Kakek juga berbicara dengan nada sedih, sebab sewaktu kakek bicara, napas kakek memburu, itu tanda kakek memang mengalami kejadian itu.
“Jadi....jadi kau tahu aku mengeluarkan air mata? Tanya Pertapa gila.
“Tadi sih belum! kalau sekarang sudah tahu, kan barusan kakek sendiri yang mengatakannya,” jawab Aria Pilong.
Raut wajah pertapa gila terkejut dan tak menyangka bahwa ia sudah tertipu oleh permainan kata-kata yang di ucapkan Aria.
Setelah sadar bahwa dirinya tertipu dan membuka kedok sendiri, Pertapa gila akhirnya tertawa dan berkata.
Ha Ha Ha
“Aria Pilong! kau pantas di sebut Iblis buta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Dragon🐉 gate🐉
ternyata jurus silat lidah si Aria ampuh, kakeknya sendiri kena telak/Facepalm//Joyful//Joyful/
2024-08-31
0
Dragon🐉 gate🐉
sama aja kek, pilong kan Buta/Facepalm/ ..
2024-08-31
0
Adham Kanapi
bagusdan kocak.
2023-09-07
1