Penduduk Desa Randu alas mulai berdatangan dan melihat keributan yang terjadi, termasuk Ganda, pemuda yang telah mengerjai Aria.
Dua orang berpakaian merah yang bersenjata golok langsung menyerang ki Sepuh, Ki Sepuh menangkis serangan golok, anak buah perguruan Golok setan
Trang!
Melihat bacokan kawan mereka berhasil di tangkis, satu orang lagi membacok ke arah pinggang Ki Sepuh.
Ki Sepuh mundur, menghindari serangan musuh, kemudian kerisnya bergerak dari samping, berusaha menusuk pinggang anak murid perguruan Golok setan.
Anak murid perguruan Golok setan membiarkan tusukan keris Ki Sepuh, karena seorang kawannya sudah membacok tangan Ki Sepuh yang memegang keris.
Whut!
Ki Sepuh menarik serangannya, kemudian berputar dan balik menusuk ke arah dada anak murid perguruan Golok setan yang hendak membacok tangannya.
Keduanya lalu bergerak dari kiri dan kanan, menghindari serangan dan balik menyerang Ki Sepuh.
Orang yang memimpin penyerangan tersenyum melihat kedua anak buahnya mulai mendesak Ki Sepuh.
“Dua murid ketua memang hebat, jurus golok setan mereka saling isi, dan sangat merepotkan,” si pemimpin berkata dalam hati.
Ki Sepuh terus menghindar dan mengeluh dalam hati, kedua orang musuh yang menyerangnya selalu menjaga jarak, senjata keris Ki Sepuh terlalu pendek, sehingga tak mampu menjangkau musuh apabila mereka selalu menjaga jarak.
Ki Demang Surya melihat sahabatnya terdesak, lalu mencabut keris, kemudian ikut membantu.
Kini pertempuran menjadi imbang.
Keris Ki Demang Surya terus memburu salah seorang musuh, keris Ki Demang surya mengeluarkan angin panas, karena jurus kerisnya di barengi dengan ajian bara angin, sehingga mampu mendesak musuh.
Mundur!
Ucap Sang pemimpin, melihat kedua murid sang ketua terdesak.
Ha Ha Ha
“Tidak percuma penduduk Randu alas berani menolak membayar upeti, rupanya Randu alas bukan nama kosong, ada beberapa Curut melindungi desa ini.
“Tetapi hari ini, desa Randu alas akan lenyap dari kaki gunung Lawu, karena aku akan menghabisi kalian.
Pria yang pinggangnya terdapat tali berwarna merah menyeringai buas.
“Kalian pasti orang-orang dari kerajaan kadiri semua orang Kadiri yang hendak ke Wengker harus di habisi.” Lanjut perkataan pria itu.
“Siapa Kisanak, ada urusan apa dengan orang Kadiri? Tanya Ki Demang surya.
“Aku adalah Warok Kala Abang, tangan kanan Demit gunung Wilis, ketua perguruan Golok setan,” jawab Pria itu.
“Ka....Kala Abang! Ucap Ki Sepuh pelan, raut wajahnya berubah pucat karena pernah mendengar nama warok Kala abang, seorang tokoh golongan hitam dan juga seorang begal tunggal, Ki Sepuh kemudian berbisik kepada Ki Demang Surya.
“Hati-Hati Ki Demang! Warok Kala abang adalah begal tunggal yang sangat terkenal kesadisannya.”
“Kemuning....Ratmi! Cepat menjauh dari tempat ini,” teriak Ki Demang setelah mendengar perkataan Ki Sepuh, setelah melihat kedua anak gadis mereka ikut keluar dari kedai.
Kemuning dan Ratmi menuruti perkataan ayah mereka, keduanya mundur ke arah pintu Kedai, ketika mereka mundur, Ratmi menubruk Aria, ketika pemuda itu baru keluar dari kedai nasi.
Buk!
“Dasar buta! apa kau tak lihat orang? Tanya Ratmi.
“Harusnya aku yang bilang begitu! Balas Aria.
Ratmi langsung Diam mendengar perkataan Aria.
“Sepertinya ada yang berkelahi? Aria berkata.
“Ada rampok Kisanak! Sebaiknya Kisanak segera tinggalkan tempat ini,” Kemuning berkata.
“Tenang saja! mereka tidak akan membunuh orang buta,” Aria membalas perkataan Kemuning.
Kedua gadis itu langsung diam, mendengar perkataan Aria.
Kala Abang meloloskan tambang yang melilit pinggangnya, Tambang berwarna merah sebesar jempol kaki dengan kedua ujung tambang di beri bandul besi, berputar putar di atas kepala Kala abang.
Whut....Whut....Whut!
Daun kering beterbangan, mengikuti arah putaran tambang.
Ki Demang Surya perlahan menggeser kaki, untuk memperkuat kuda-kuda, begitu pula dengan Ki Sepuh.
Melihat kedua musuhnya sudah siap, Kala abang langsung melesat, tambang berwarna merah meluncur ke arah kepala Ki Demang Surya.
Ki Demang Surya bergerak ke kanan, menghindari ujung tambang yang di beri bandul besi.
Kemudian keris menebas ke arah tambang milik Kala abang, berusaha memutus tambang.
Tetapi sebelum keris menebas tambang, Kala abang menarik pulang tambangnya, kemudian bandul besi di ujung lain melesat, menghantam ke arah tangan Ki Demang Surya.
Ki Sepuh melihat sahabatnya mendapat serangan, lalu melesat ke arah Kala Abang, kemudian keris Ki Sepuh menusuk ke arah pinggang Kala abang dari sisi kiri.
Kala abang mundur menghindari tusukan Ki Sepuh, Kala abang sambil mundur tubuhnya berputar, kemudian kaki Kala abang balik menendang ke arah punggung Ki Sepuh.
Mengetahui punggungnya di serang, Ki Sepuh berbalik, lalu Kerisnya balik menebas kaki musuh.
Shing!
Tangan Kiri Kala abang menepak pergelangan tangan Ki Sepuh.
Plak
Tusukan keris Ki Sepuh melenceng, tetapi punggungnya selamat dari tendangan Kala abang.
Kala abang terkejut saat merasakan angin panas melesat ke arah leher.
Kala abang berguling menghindari serangan Ki Demang Surya.
Setelah berhasil menghindar, tambang Kala Abang berputar menyambar kaki, berusaha mengait kaki Ki Demang Surya.
Ki Demang loncat menghindar, sambil kerisnya menusuk ke arah kepala Kala abang.
Kala abang memegang tali di bagian tengah, kemudian memalangkan tambang di atas kepalanya.
Ki Demang tertawa dalam hati, karena yakin keris akan memutus tambang yang menjadi senjata musuh.
Crek!
Keris menebas tambang, Ki Demang Surya terkejut saat kerisnya menancap di tambang dan tak sanggup memutus tambang musuhnya.
Aji Bara angin andalan Ki Demang juga tak mampu berbuat apa-apa terhadap senjata Kala Abang yang berbentuk tambang berwarna merah.
“Celaka! Batin Ki Demang Surya, setelah melihat bandul besi di ujung tambang seperti hidup, menghantam ke arah dada Ki Demang Surya.
Ki Sepuh melihat sahabatnya terancam, kemudian melesat dan kerisnya menusuk ke arah bandul besi.
Trang!
Percikan api terlihat, saat ujung keris Ki Sepuh menghantam bandul besi, tetapi bandul besi di sisi lain melesat kembali, dan menghantam perut ki Demang Surya.
Buk!
Kala abang melihat bandul besi di ujung tambangnya berhasil mengenai sasaran, mundur dua langkah.
Ki Demang terhuyung mundur selangkah ke belakang, terlihat darah keluar dari sisi bibir Ki Demang Surya, sedangkan Ki Sepuh tangannya terasa panas, setelah kerisnya menusuk bandul besi di ujung tambang Kala abang.
Kala abang menyeringai setelah berhasil melukai dan mendesak lawannya, raut wajah Ki Demang dan Ki Sepuh pucat setelah mengetahui bahwa musuhnya sangat tangguh.
Kemuning yang mengerti sedikit ilmu silat, wajah gadis itu terlihat cemas, begitu pula dengan Ratmi.
“Sungguh tidak adil! Ucap Aria.
“Apa maksud Kisanak? Tanya Kemuning.
“Satu orang di keroyok dua, bukankah tidak adil? Jawab Aria.
“Dasar Iblis buta! Apa maksud perkataanmu? Tanya Ratmi dengan nada kesal, sudah jelas walau Kala abang di keroyok, tetapi masih bisa melukai Ki Demang Surya yang mempunyai ilmu kanuragan lebih tinggi dari ayahnya.
Ketika Ratmi hendak berkata kembali, Kemuning mendahului bertanya kepada Aria.
“Bagaimana Kisanak tahu, yang bertempur dua lawan satu! Bukankah Kisanak tidak dapat melihat? Tanya Kemuning dengan tatapan penuh curiga kepada Aria.
“Aku memang tidak dapat melihat, tetapi telingaku masih bisa mendengar, mereka berkelahi, kan bicara dulu,” jawab Aria.
“Kakak Kemuning jangan layani omongan iblis buta ini, kau tidak akan menang,” ucap Ratmi dengan nada kesal.
“Aku tak tahu wanita itu seperti apa! Tetapi menurut kakek ku, wanita adalah makhluk yang tidak boleh di dekati karena akan menyusahkan, perkataan kakek memang benar, setelah mendengar perkataanmu,” Aria membalas perkataan Ratmi.
Mendengar perkataan Aria, tangan Ratmi bergerak hendak menampar Aria, tetapi kemuning menahan tangan Ratmi sambil gelengkan kepala.
Sementara itu pertempuran semakin sengit, tetapi Kala abang kini berada di atas angin, jurus tambang merahnya seperti gerak sengat kalajengking yang menyambar musuh dari atas terkadang menyambar ke kaki, membuat repot Ki Demang serta Ki Sepuh.
Kemuning dan Ratmi menatap cemas melihat keadaan ayah mereka, setelah perut Ki Demang surya terkena hantaman badan tambang, Ki Sepuh yang berusaha menolong Ki Demang, pinggangnya terkena hantaman bandul besi milik Kala abang, keduanya tersungkur, sambil memuntahkan darah segar.
Aria yang mendengarkan jalannya pertempuran, berkata sambil menarik napas panjang.
“Pertempuran berakhir.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Uchy
Dasar tolol 🤣🤣🤣
Bukan nya bantu malah komentar yang bikin Ratmi makin kesel.
2022-11-14
2
PANT GAME
siiiiiiiip
2022-09-11
1
Diamond
lanjuttt
2022-02-10
1