Bab 8 : Utusan Suto Abang

Penduduk Desa Randu alas mulai berdatangan dan melihat keributan yang terjadi, termasuk Ganda, pemuda yang telah mengerjai Aria.

Dua orang berpakaian merah yang bersenjata golok langsung menyerang ki Sepuh, Ki Sepuh menangkis serangan golok, anak buah perguruan Golok setan

Trang!

Melihat bacokan kawan mereka berhasil di tangkis, satu orang lagi membacok ke arah pinggang Ki Sepuh.

Ki Sepuh mundur, menghindari serangan musuh, kemudian kerisnya bergerak dari samping, berusaha menusuk pinggang anak murid perguruan Golok setan.

Anak murid perguruan Golok setan membiarkan tusukan keris Ki Sepuh, karena seorang kawannya sudah membacok tangan Ki Sepuh yang memegang keris.

Whut!

Ki Sepuh menarik serangannya, kemudian berputar dan balik menusuk ke arah dada anak murid perguruan Golok setan yang hendak membacok tangannya.

Keduanya lalu bergerak dari kiri dan kanan, menghindari serangan dan balik menyerang Ki Sepuh.

Orang yang memimpin penyerangan tersenyum melihat kedua anak buahnya mulai mendesak Ki Sepuh.

“Dua murid ketua memang hebat, jurus golok setan mereka saling isi, dan sangat merepotkan,” si pemimpin berkata dalam hati.

Ki Sepuh terus menghindar dan mengeluh dalam hati, kedua orang musuh yang menyerangnya selalu menjaga jarak, senjata keris Ki Sepuh terlalu pendek, sehingga tak mampu menjangkau musuh apabila mereka selalu menjaga jarak.

Ki Demang Surya melihat sahabatnya terdesak, lalu mencabut keris, kemudian ikut membantu.

Kini pertempuran menjadi imbang.

Keris Ki Demang Surya terus memburu salah seorang musuh, keris Ki Demang surya mengeluarkan angin panas, karena jurus kerisnya di barengi dengan ajian bara angin, sehingga mampu mendesak musuh.

Mundur!

Ucap Sang pemimpin, melihat kedua murid sang ketua terdesak.

Ha Ha Ha

“Tidak percuma penduduk Randu alas berani menolak membayar upeti, rupanya Randu alas bukan nama kosong, ada beberapa Curut melindungi desa ini.

“Tetapi hari ini, desa Randu alas akan lenyap dari kaki gunung Lawu, karena aku akan menghabisi kalian.

Pria yang pinggangnya terdapat tali berwarna merah menyeringai buas.

“Kalian pasti orang-orang dari kerajaan kadiri semua orang Kadiri yang hendak ke Wengker harus di habisi.” Lanjut perkataan pria itu.

“Siapa Kisanak, ada urusan apa dengan orang Kadiri? Tanya Ki Demang surya.

“Aku adalah Warok Kala Abang, tangan kanan Demit gunung Wilis, ketua perguruan Golok setan,” jawab Pria itu.

“Ka....Kala Abang! Ucap Ki Sepuh pelan, raut wajahnya berubah pucat karena pernah mendengar nama warok Kala abang, seorang tokoh golongan hitam dan juga seorang begal tunggal, Ki Sepuh kemudian berbisik kepada Ki Demang Surya.

“Hati-Hati Ki Demang! Warok Kala abang adalah begal tunggal yang sangat terkenal kesadisannya.”

“Kemuning....Ratmi! Cepat menjauh dari tempat ini,” teriak Ki Demang setelah mendengar perkataan Ki Sepuh, setelah melihat kedua anak gadis mereka ikut keluar dari kedai.

Kemuning dan Ratmi menuruti perkataan ayah mereka, keduanya mundur ke arah pintu Kedai, ketika mereka mundur, Ratmi menubruk Aria, ketika pemuda itu baru keluar dari kedai nasi.

Buk!

“Dasar buta! apa kau tak lihat orang? Tanya Ratmi.

“Harusnya aku yang bilang begitu! Balas Aria.

Ratmi langsung Diam mendengar perkataan Aria.

“Sepertinya ada yang berkelahi? Aria berkata.

“Ada rampok Kisanak! Sebaiknya Kisanak segera tinggalkan tempat ini,” Kemuning berkata.

“Tenang saja! mereka tidak akan membunuh orang buta,” Aria membalas perkataan Kemuning.

Kedua gadis itu langsung diam, mendengar perkataan Aria.

Kala Abang meloloskan tambang yang melilit pinggangnya, Tambang berwarna merah sebesar jempol kaki dengan kedua ujung tambang di beri bandul besi, berputar putar di atas kepala Kala abang.

Whut....Whut....Whut!

Daun kering beterbangan, mengikuti arah putaran tambang.

Ki Demang Surya perlahan menggeser kaki, untuk memperkuat kuda-kuda, begitu pula dengan Ki Sepuh.

Melihat kedua musuhnya sudah siap, Kala abang langsung melesat, tambang berwarna merah meluncur ke arah kepala Ki Demang Surya.

Ki Demang Surya bergerak ke kanan, menghindari ujung tambang yang di beri bandul besi.

Kemudian keris menebas ke arah tambang milik Kala abang, berusaha memutus tambang.

Tetapi sebelum keris menebas tambang, Kala abang menarik pulang tambangnya, kemudian bandul besi di ujung lain melesat, menghantam ke arah tangan Ki Demang Surya.

Ki Sepuh melihat sahabatnya mendapat serangan, lalu melesat ke arah Kala Abang, kemudian keris Ki Sepuh menusuk ke arah pinggang Kala abang dari sisi kiri.

Kala abang mundur menghindari tusukan Ki Sepuh, Kala abang sambil mundur tubuhnya berputar, kemudian kaki Kala abang balik menendang ke arah punggung Ki Sepuh.

Mengetahui punggungnya di serang, Ki Sepuh berbalik, lalu Kerisnya balik menebas kaki musuh.

Shing!

Tangan Kiri Kala abang menepak pergelangan tangan Ki Sepuh.

Plak

Tusukan keris Ki Sepuh melenceng, tetapi punggungnya selamat dari tendangan Kala abang.

Kala abang terkejut saat merasakan angin panas melesat ke arah leher.

Kala abang berguling menghindari serangan Ki Demang Surya.

Setelah berhasil menghindar, tambang Kala Abang berputar menyambar kaki, berusaha mengait kaki Ki Demang Surya.

Ki Demang loncat menghindar, sambil kerisnya menusuk ke arah kepala Kala abang.

Kala abang memegang tali di bagian tengah, kemudian memalangkan tambang di atas kepalanya.

Ki Demang tertawa dalam hati, karena yakin keris akan memutus tambang yang menjadi senjata musuh.

Crek!

Keris menebas tambang, Ki Demang Surya terkejut saat kerisnya menancap di tambang dan tak sanggup memutus tambang musuhnya.

Aji Bara angin andalan Ki Demang juga tak mampu berbuat apa-apa terhadap senjata Kala Abang yang berbentuk tambang berwarna merah.

“Celaka! Batin Ki Demang Surya, setelah melihat bandul besi di ujung tambang seperti hidup, menghantam ke arah dada Ki Demang Surya.

Ki Sepuh melihat sahabatnya terancam, kemudian melesat dan kerisnya menusuk ke arah bandul besi.

Trang!

Percikan api terlihat, saat ujung keris Ki Sepuh menghantam bandul besi, tetapi bandul besi di sisi lain melesat kembali, dan menghantam perut ki Demang Surya.

Buk!

Kala abang melihat bandul besi di ujung tambangnya berhasil mengenai sasaran, mundur dua langkah.

Ki Demang terhuyung mundur selangkah ke belakang, terlihat darah keluar dari sisi bibir Ki Demang Surya, sedangkan Ki Sepuh tangannya terasa panas, setelah kerisnya menusuk bandul besi di ujung tambang Kala abang.

Kala abang menyeringai setelah berhasil melukai dan mendesak lawannya, raut wajah Ki Demang dan Ki Sepuh pucat setelah mengetahui bahwa musuhnya sangat tangguh.

Kemuning yang mengerti sedikit ilmu silat, wajah gadis itu terlihat cemas, begitu pula dengan Ratmi.

“Sungguh tidak adil! Ucap Aria.

“Apa maksud Kisanak? Tanya Kemuning.

“Satu orang di keroyok dua, bukankah tidak adil? Jawab Aria.

“Dasar Iblis buta! Apa maksud perkataanmu? Tanya Ratmi dengan nada kesal, sudah jelas walau Kala abang di keroyok, tetapi masih bisa melukai Ki Demang Surya yang mempunyai ilmu kanuragan lebih tinggi dari ayahnya.

Ketika Ratmi hendak berkata kembali, Kemuning mendahului bertanya kepada Aria.

“Bagaimana Kisanak tahu, yang bertempur dua lawan satu! Bukankah Kisanak tidak dapat melihat? Tanya Kemuning dengan tatapan penuh curiga kepada Aria.

“Aku memang tidak dapat melihat, tetapi telingaku masih bisa mendengar, mereka berkelahi, kan bicara dulu,” jawab Aria.

“Kakak Kemuning jangan layani omongan iblis buta ini, kau tidak akan menang,” ucap Ratmi dengan nada kesal.

“Aku tak tahu wanita itu seperti apa! Tetapi menurut kakek ku, wanita adalah makhluk yang tidak boleh di dekati karena akan menyusahkan, perkataan kakek memang benar, setelah mendengar perkataanmu,” Aria membalas perkataan Ratmi.

Mendengar perkataan Aria, tangan Ratmi bergerak hendak menampar Aria, tetapi kemuning menahan tangan Ratmi sambil gelengkan kepala.

Sementara itu pertempuran semakin sengit, tetapi Kala abang kini berada di atas angin, jurus tambang merahnya seperti gerak sengat kalajengking yang menyambar musuh dari atas terkadang menyambar ke kaki, membuat repot Ki Demang serta Ki Sepuh.

Kemuning dan Ratmi menatap cemas melihat keadaan ayah mereka, setelah perut Ki Demang surya terkena hantaman badan tambang, Ki Sepuh yang berusaha menolong Ki Demang, pinggangnya terkena hantaman bandul besi milik Kala abang, keduanya tersungkur, sambil memuntahkan darah segar.

Aria yang mendengarkan jalannya pertempuran, berkata sambil menarik napas panjang.

“Pertempuran berakhir.”

Terpopuler

Comments

Uchy

Uchy

Dasar tolol 🤣🤣🤣
Bukan nya bantu malah komentar yang bikin Ratmi makin kesel.

2022-11-14

2

PANT GAME

PANT GAME

siiiiiiiip

2022-09-11

1

Diamond

Diamond

lanjuttt

2022-02-10

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Prahara Di Bukit Setan
2 Bab 2 : Tewasnya keluarga Pedagang Muda
3 Bab 3 : Kakek Misterius
4 Bab 4 : Berlatih Ilmu Kanuragan
5 Bab 5 : Saatnya Perpisahan
6 Bab 6 : Kampung Randu Alas
7 Bab 7 : Pendekar Randu Alas
8 Bab 8 : Utusan Suto Abang
9 Bab 9 : Jangan Asal Bicara
10 Bab 10 : Melawan Musuh Tangguh
11 Bab 11 : Menetap Di Randu Alas
12 Bab 12 : Hutan Kali Mati
13 Bab 13 : Menolong Penguasa Gunung Lawu.
14 Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati
15 Bab 15 : Maafkan Aku Nona
16 Bab 16 : Padepokan Wisanggeni
17 Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan
18 Bab 18 : Rencana Terselubung
19 Bab 19 : Perlahan Mulai Terungkap
20 Bab 20 : Cerita Dari Masa Lalu
21 Bab 21 : Berangkat Ke Kerajaan Wengker
22 Bab 22 : Misteri Seorang Resi
23 Bab 23 : Ambisi Seorang Resi
24 Bab 24 : Tewasnya Seorang Ketua Padepokan
25 Bab 25 : Kekuatan Baru
26 Bab 26 : Cerita Naga Langit
27 Bab 27 : Apa Aku Boleh Ikut?
28 Bab 28 : Mengambil Kitab 7 Racun
29 Bab 29 : Kesedihan Wisesa
30 Bab 30 : Berangkat Ke Gunung Semeru
31 Bab 31 : Pertempuran Di Gunung Wilis
32 Bab 32 : Ingatan Masa Lalu
33 Bab 33 : Kau Ku Ampuni
34 Bab 34 : Pertempuran 2 Penguasa
35 Bab 35 : Ungkapan Hati 2 Orang Gadis
36 Bab 36 : Peristiwa Di Kota Daha
37 Bab 37 : Masalah Baru
38 Bab 38 : Perseteruan Antar Saudara 1
39 Bab 39 : Perseteruan Antar Saudara 2
40 Bab 40 : Kemarahan Tumenggung Adiguna
41 Bab 41 : Kupikir Hebat, Ternyata?
42 Bab 42 : Jangan Hina Aku
43 Bab 43 : Apa Yang Kau Tanam, Itu Yang Kau Tuai
44 Bab 44 : Jangan Remehkan Kami
45 Bab 45 : Benang Merah Dari Sebuah Ramalan Mulai Terlihat.
46 Bab 46 : Persiapan Sayembara
47 Bab 47 : Resahnya Hati Resi Sarpa Kencana
48 Bab 48 : Restu Dari Naga Langit
49 Bab 49 : Ku Berikan Setengah Kekuatanku
50 Bab 50 : Caping Kembar
51 Bab 51 : Kau Kawan Atau Lawan
52 Bab 52 : Rencana Tersembunyi Seorang Senopati
53 Bab 53 : Ku Tantang Kau Di Arena Sayembara
54 Bab 54 : Ancaman Di Tempat Pertemuan
55 Bab 55 : Maaf! Aku Membohongimu
56 Bab 56 : Sayembara Di Mulai
57 Bab 57 : Pelajaran Berharga Untuk Sang Murid
58 Bab 58 : Darah Mulai Tumpah Di Lantai Arena
59 Bab 59 : Sedih Hati Aria Pilong
60 Bab 60 : Aku Terima Tantangan Mu
61 Bab 61 : Janji Dua Orang Pendekar
62 Bab 62 : Dendam sang Kakek
63 Bab 63 : Penjaga Wilayah Barat
64 Bab 64 : Ku Serahkan Padamu
65 Bab 65 : Telaga Kelud
66 Bab 66 : Siapa Pemimpin kalian?
67 Bab 67 : Kau Yang Bertaruh, Tetapi Aku Yang Repot
68 Bab 68 : Jaga Ucapanmu, Nona!
69 Bab 69 : Julukan Baru Aria, Kakak Ketiga
70 Bab 70 : Mendapat 2 Pelayan
71 Bab 71 : Iblis Kawi
72 Bab 72 : Pertempuran Wangsa Dan Iblis Kawi
73 Bab 73 : Perjodohan Masa Lalu
74 Bab 74 : Bertemu Rombongan Saudagar Asing
75 Bab 75 : Tawaran Jalan Bersama
76 Bab 76 : Kecurigaan Sugriwa
77 Bab 77 : Pembantaian Di Desa Jatijajar
78 Bab 78 : Tawaran Kerjasama
79 Bab 79 : Jangan Coba Menipu Aku
80 Bab 80 : Kalian Pikir Bisa Mengurungku?
81 Bab 81 : Bara Di Kota Tumapel
82 Bab 82 : Kalau Lemah! Tak Usah Banyak Bicara.
83 Bab 83 : Ilmu Yang Susah Di Hadapi
84 Bab 84 : Titik Lemah Ajian Larang Boyo
85 Bab 85 : Akhir Cerita Tokoh Tua
86 Bab 86 : Arah Dan Tujuan Kita Berbeda
87 Bab 87 : Penari Di Desa Coblong
88 Bab 88 : Sahabatku Bernama Kidung Kencana
89 Bab 89 : Singa Barong
90 Bab 90 : Kesempatan Kedua
91 Bab 91 : Kesepakatan Bersama
92 Bab 92 : Bertemu Pendekar Kembar
93 Bab 93 : Satu Tawaran Untuk Ki Bayan
94 Bab 94 : Tak Ada Kesempatan Kedua
95 Bab 95 : Jalan Rahasia
96 Bab 96 : Tragedi Di Dalam Goa
97 Bab 97 : Bertemu Resi Lanang Jagad
98 Bab 98 : Kesedihan Hati Seorang Abdi
99 Bab 99 : Terima Kasih Eyang Resi
100 Bab 100 : Bantu Kami, Lalu Kami Bantu Kau
101 Bab 101 : Penguasa Gunung Batok
102 Bab 102 : Akhirnya Kau Datang
103 Bab 103 : Bertemu Seorang Utusan
104 Bab 104 : Nasehat Dan Restu Nyi Selasih
105 105 : Raden Kusumo
106 106 : Jangan Ganggu Aku
107 107 : Apa Boleh, Aku Minta Bantuan?
108 108 : Bertemu Kembali Dengan Sahabat
109 109 : Hari Ceria Jagad Buwana
110 110 : Kalabenda
111 111 : Maaf! Jalan Kita Berbeda
112 112 : Hari Pertemuan
113 113 : Lima Padepokan Besar
114 114 : Tewasnya Panglima Hitam
115 Satu Kenyataan Yang Mengejutkan
116 Pengorbanan Suketi
117 Hati Naga Yang Terluka
118 Janji Pati Elang Yang Tersakiti
119 Gabungan Kekuatan
120 Mata-Mata Atau Bukan?
121 Utusan Pelangi
122 Mencari Manusia Terkutuk
123 Bertemu Mpu Barada
124 Kisah Penguasa Alas Purwo
125 Penangkal Racun Jarum Emas
126 Desa Telaga Warna
127 Jangan Membuatku Curiga
128 Kedok Kalasrenggi Terbuka
129 Akhir Dari Sebuah Pertemanan
130 Akhir Dari Penghianatan
131 Aria Pilong Vs Kalasrenggi
132 Beri Aku Nama
133 Keterangan Mengejutkan
134 Ambisi Jati Wilis
135 Perebutan Wilayah Perdagangan
136 Informasi Dari Rama
137 Siasat Untuk melawan Jati Wilis
138 Gempar Di Kota Keta
139 Isi Hati Buwana Dewi
140 Rencana Kedua Aria Pilong
141 Hancurnya Cabang Padepokan Elang Emas Di Kota Keta
142 Kepandaian Bicara Sang Utusan
143 Arogansi Patih Argobumi
144 Pelangi Di Kota Keta
145 Hadiah Untuk Sang Utusan
146 Nasehat Untuk Pejabat Kahuripan
147 Hasrat Seorang Dewi
148 Kota Di Pesisir Pantai
149 Membantu Nelayan Kalipuro
150 Tewasnya Iwa Brengos
151 Menyebrang Ke Pulau Bali
152 Bertempur Melawan 2 Elang Raksasa
153 Maafkan Aku, Kakang
154 Bertemu Panglima Laut Kerajaan Bali
155 Undangan Persahabatan
156 Permintaan Buwana Dewi
157 Elang Jantan Menyerang Istana Tampak Siring
158 Dendam Kedua Elang
159 Kau Atau Aku Yang Berkuasa?
160 Bertempur Di Luar Benteng Istana
161 Misi Lembusora
162 Jangan Pisahkan Kami
163 Satu Harapan Yang Jauh Dari Kenyataan
164 Undangan Untuk Ki Banyu Alas
165 Nasehat Mpu Barada
166 Ijin Dan Restu Prabu Anak Wungsu
167 Persiapan Acara Pernikahan
168 Siasat Keji Di Acara Janji Suci
169 Hari Yang Di Tunggu
170 Terkena Siraman Air Beracun
171 Rencana Licik Nyoman Sidharta Gagal
172 Sudah Resmi Menikah
173 Rasa Putus Asa Mantan Patih Kerajaan
174 Istana Tampak Siring Di kepung
175 Jodoh Masa Kecil, Apa Iya?
176 Mari Kita Buktikan
177 Jangan Ganggu Putri Angkatku
178 Cinta Berdarah
179 Mentari Di Atas Istana Tampak Siring
180 Menyerang Alas Purwo
181 Menyerang Alas Purwo 2
182 Akhir Dari Sebuah Ambisi
183 Petaka Di Hari Bahagia ( End )
Episodes

Updated 183 Episodes

1
Bab 1 : Prahara Di Bukit Setan
2
Bab 2 : Tewasnya keluarga Pedagang Muda
3
Bab 3 : Kakek Misterius
4
Bab 4 : Berlatih Ilmu Kanuragan
5
Bab 5 : Saatnya Perpisahan
6
Bab 6 : Kampung Randu Alas
7
Bab 7 : Pendekar Randu Alas
8
Bab 8 : Utusan Suto Abang
9
Bab 9 : Jangan Asal Bicara
10
Bab 10 : Melawan Musuh Tangguh
11
Bab 11 : Menetap Di Randu Alas
12
Bab 12 : Hutan Kali Mati
13
Bab 13 : Menolong Penguasa Gunung Lawu.
14
Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati
15
Bab 15 : Maafkan Aku Nona
16
Bab 16 : Padepokan Wisanggeni
17
Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan
18
Bab 18 : Rencana Terselubung
19
Bab 19 : Perlahan Mulai Terungkap
20
Bab 20 : Cerita Dari Masa Lalu
21
Bab 21 : Berangkat Ke Kerajaan Wengker
22
Bab 22 : Misteri Seorang Resi
23
Bab 23 : Ambisi Seorang Resi
24
Bab 24 : Tewasnya Seorang Ketua Padepokan
25
Bab 25 : Kekuatan Baru
26
Bab 26 : Cerita Naga Langit
27
Bab 27 : Apa Aku Boleh Ikut?
28
Bab 28 : Mengambil Kitab 7 Racun
29
Bab 29 : Kesedihan Wisesa
30
Bab 30 : Berangkat Ke Gunung Semeru
31
Bab 31 : Pertempuran Di Gunung Wilis
32
Bab 32 : Ingatan Masa Lalu
33
Bab 33 : Kau Ku Ampuni
34
Bab 34 : Pertempuran 2 Penguasa
35
Bab 35 : Ungkapan Hati 2 Orang Gadis
36
Bab 36 : Peristiwa Di Kota Daha
37
Bab 37 : Masalah Baru
38
Bab 38 : Perseteruan Antar Saudara 1
39
Bab 39 : Perseteruan Antar Saudara 2
40
Bab 40 : Kemarahan Tumenggung Adiguna
41
Bab 41 : Kupikir Hebat, Ternyata?
42
Bab 42 : Jangan Hina Aku
43
Bab 43 : Apa Yang Kau Tanam, Itu Yang Kau Tuai
44
Bab 44 : Jangan Remehkan Kami
45
Bab 45 : Benang Merah Dari Sebuah Ramalan Mulai Terlihat.
46
Bab 46 : Persiapan Sayembara
47
Bab 47 : Resahnya Hati Resi Sarpa Kencana
48
Bab 48 : Restu Dari Naga Langit
49
Bab 49 : Ku Berikan Setengah Kekuatanku
50
Bab 50 : Caping Kembar
51
Bab 51 : Kau Kawan Atau Lawan
52
Bab 52 : Rencana Tersembunyi Seorang Senopati
53
Bab 53 : Ku Tantang Kau Di Arena Sayembara
54
Bab 54 : Ancaman Di Tempat Pertemuan
55
Bab 55 : Maaf! Aku Membohongimu
56
Bab 56 : Sayembara Di Mulai
57
Bab 57 : Pelajaran Berharga Untuk Sang Murid
58
Bab 58 : Darah Mulai Tumpah Di Lantai Arena
59
Bab 59 : Sedih Hati Aria Pilong
60
Bab 60 : Aku Terima Tantangan Mu
61
Bab 61 : Janji Dua Orang Pendekar
62
Bab 62 : Dendam sang Kakek
63
Bab 63 : Penjaga Wilayah Barat
64
Bab 64 : Ku Serahkan Padamu
65
Bab 65 : Telaga Kelud
66
Bab 66 : Siapa Pemimpin kalian?
67
Bab 67 : Kau Yang Bertaruh, Tetapi Aku Yang Repot
68
Bab 68 : Jaga Ucapanmu, Nona!
69
Bab 69 : Julukan Baru Aria, Kakak Ketiga
70
Bab 70 : Mendapat 2 Pelayan
71
Bab 71 : Iblis Kawi
72
Bab 72 : Pertempuran Wangsa Dan Iblis Kawi
73
Bab 73 : Perjodohan Masa Lalu
74
Bab 74 : Bertemu Rombongan Saudagar Asing
75
Bab 75 : Tawaran Jalan Bersama
76
Bab 76 : Kecurigaan Sugriwa
77
Bab 77 : Pembantaian Di Desa Jatijajar
78
Bab 78 : Tawaran Kerjasama
79
Bab 79 : Jangan Coba Menipu Aku
80
Bab 80 : Kalian Pikir Bisa Mengurungku?
81
Bab 81 : Bara Di Kota Tumapel
82
Bab 82 : Kalau Lemah! Tak Usah Banyak Bicara.
83
Bab 83 : Ilmu Yang Susah Di Hadapi
84
Bab 84 : Titik Lemah Ajian Larang Boyo
85
Bab 85 : Akhir Cerita Tokoh Tua
86
Bab 86 : Arah Dan Tujuan Kita Berbeda
87
Bab 87 : Penari Di Desa Coblong
88
Bab 88 : Sahabatku Bernama Kidung Kencana
89
Bab 89 : Singa Barong
90
Bab 90 : Kesempatan Kedua
91
Bab 91 : Kesepakatan Bersama
92
Bab 92 : Bertemu Pendekar Kembar
93
Bab 93 : Satu Tawaran Untuk Ki Bayan
94
Bab 94 : Tak Ada Kesempatan Kedua
95
Bab 95 : Jalan Rahasia
96
Bab 96 : Tragedi Di Dalam Goa
97
Bab 97 : Bertemu Resi Lanang Jagad
98
Bab 98 : Kesedihan Hati Seorang Abdi
99
Bab 99 : Terima Kasih Eyang Resi
100
Bab 100 : Bantu Kami, Lalu Kami Bantu Kau
101
Bab 101 : Penguasa Gunung Batok
102
Bab 102 : Akhirnya Kau Datang
103
Bab 103 : Bertemu Seorang Utusan
104
Bab 104 : Nasehat Dan Restu Nyi Selasih
105
105 : Raden Kusumo
106
106 : Jangan Ganggu Aku
107
107 : Apa Boleh, Aku Minta Bantuan?
108
108 : Bertemu Kembali Dengan Sahabat
109
109 : Hari Ceria Jagad Buwana
110
110 : Kalabenda
111
111 : Maaf! Jalan Kita Berbeda
112
112 : Hari Pertemuan
113
113 : Lima Padepokan Besar
114
114 : Tewasnya Panglima Hitam
115
Satu Kenyataan Yang Mengejutkan
116
Pengorbanan Suketi
117
Hati Naga Yang Terluka
118
Janji Pati Elang Yang Tersakiti
119
Gabungan Kekuatan
120
Mata-Mata Atau Bukan?
121
Utusan Pelangi
122
Mencari Manusia Terkutuk
123
Bertemu Mpu Barada
124
Kisah Penguasa Alas Purwo
125
Penangkal Racun Jarum Emas
126
Desa Telaga Warna
127
Jangan Membuatku Curiga
128
Kedok Kalasrenggi Terbuka
129
Akhir Dari Sebuah Pertemanan
130
Akhir Dari Penghianatan
131
Aria Pilong Vs Kalasrenggi
132
Beri Aku Nama
133
Keterangan Mengejutkan
134
Ambisi Jati Wilis
135
Perebutan Wilayah Perdagangan
136
Informasi Dari Rama
137
Siasat Untuk melawan Jati Wilis
138
Gempar Di Kota Keta
139
Isi Hati Buwana Dewi
140
Rencana Kedua Aria Pilong
141
Hancurnya Cabang Padepokan Elang Emas Di Kota Keta
142
Kepandaian Bicara Sang Utusan
143
Arogansi Patih Argobumi
144
Pelangi Di Kota Keta
145
Hadiah Untuk Sang Utusan
146
Nasehat Untuk Pejabat Kahuripan
147
Hasrat Seorang Dewi
148
Kota Di Pesisir Pantai
149
Membantu Nelayan Kalipuro
150
Tewasnya Iwa Brengos
151
Menyebrang Ke Pulau Bali
152
Bertempur Melawan 2 Elang Raksasa
153
Maafkan Aku, Kakang
154
Bertemu Panglima Laut Kerajaan Bali
155
Undangan Persahabatan
156
Permintaan Buwana Dewi
157
Elang Jantan Menyerang Istana Tampak Siring
158
Dendam Kedua Elang
159
Kau Atau Aku Yang Berkuasa?
160
Bertempur Di Luar Benteng Istana
161
Misi Lembusora
162
Jangan Pisahkan Kami
163
Satu Harapan Yang Jauh Dari Kenyataan
164
Undangan Untuk Ki Banyu Alas
165
Nasehat Mpu Barada
166
Ijin Dan Restu Prabu Anak Wungsu
167
Persiapan Acara Pernikahan
168
Siasat Keji Di Acara Janji Suci
169
Hari Yang Di Tunggu
170
Terkena Siraman Air Beracun
171
Rencana Licik Nyoman Sidharta Gagal
172
Sudah Resmi Menikah
173
Rasa Putus Asa Mantan Patih Kerajaan
174
Istana Tampak Siring Di kepung
175
Jodoh Masa Kecil, Apa Iya?
176
Mari Kita Buktikan
177
Jangan Ganggu Putri Angkatku
178
Cinta Berdarah
179
Mentari Di Atas Istana Tampak Siring
180
Menyerang Alas Purwo
181
Menyerang Alas Purwo 2
182
Akhir Dari Sebuah Ambisi
183
Petaka Di Hari Bahagia ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!