Ki Sura terus memecut kuda.
Pedati yang di tumpangi oleh juragan Arya dan sang istri beserta anaknya yang terus memeluk sang ibu, melesat cepat di jalan berbatu.
Suto abang terus memutar goloknya, membacok murid padepokan Tombak ireng.
Satu persatu anak murid padepokan Tombak ireng tewas.
Melihat satu pedati melarikan diri, Suto abang melemparkan golok besarnya sambil melesat ke arah Pedati.
Brak!
Golok menghantam roda pedati sampai hancur, suara teriakan dari dalam pedati terdengar saat pedati dalam keadaan miring, masih terus melesat.
Ki Sura langsung menarik tali kekang kuda, saat menoleh ke belakang dan melihat roda pedati hancur.
Wajah abdi tua juragan Arya terkejut, apalagi melihat Suto abang perlahan mendekat.
Setelah dekat, tangan kanan Suto abang kembali menghantam ke arah roda pedati yang tersisa.
Pedati berhenti, karena kuda tak kuat menarik pedati yang tanpa roda, serta tarikan tali kekang kuda yang di pegang Ki Sura.
Ki Sura turun sambil menenteng golok, begitu juga dengan saudagar Arya yang membuka pintu pedati, dan membantu sang istri keluar dari dalam pedati.
Istri Juragan Arya terus mendekap sang anak sambil terus mundur, sementara juragan Arya berdiri di depang sang istri, sambil mencabut keris yang ada di pinggang.
Sebelah kiri jalan terdapat jurang, sementara kanan jalan berupa dinding bukit yang menjulang tinggi.
Perlahan Suto abang mendekat, raut wajahnya terlihat menakutkan ketika menatap ke arah juragan Arya.
“Ambil semua yang kau mau Kisanak, tapi jangan ganggu kami,” ucap Ki Sura.
“Sudah terlambat,” Suto abang membalas perkataan Ki Sura.
Kemudian Suto abang mengambil golok besarnya dan langsung membacok ke arah Ki Sura.
Ki Sura menangkis bacokan Suto abang, tetapi goloknya terlepas, saking kerasnya hantaman golok Suto abang.
Sebelum Ki Sura bergerak, tangan kiri Suto abang langsung melesat ke arah leher Ki Sura.
Crep....krek!
Setelah berhasil mencengkeram, Suto abang langsung mematahkan tulang leher Ki Sura.
Juragan Arya melihat abdinya tewas mengenaskan, loncat sambil menusukkan keris.
Golok Suto abang melesat dan menghantam ke arah keris juragan Arya, pedagang muda yang hanya tahu berdagang tanpa memperdalam ilmu kanuragan itu, kerisnya terpental terkena sabetan golok.
Tanpa basa basi, golok besar Suto abang melesat ke arah leher juragan Arya.
Sret!
Kepala juragan Arya putus, tubuhnya langsung ambruk ke tanah, tewas dengan tubuh tanpa kepala.
Ningrum melihat suaminya tewas dengan cara yang mengenaskan menjerit dan meraung, sambil mendekap sang buah hati, Ningrum mendekati tubuh sang suami yang tanpa kepala.
“Diam kau, berisik! Teriak Suto abang.
Mendengar perkataan Suto abang, Ningrum langsung berdiri, dengan tangan kanan menggendong serta memeluk sang putra, tangan kirinya menunjuk ke arah Suto abang.
“Dasar iblis! Apa salah keluarga kami, sehingga memperlakukan kami seperti ini,” teriak Ningrum.
Sementara sang putra seperti mengerti akan bahaya, bocah itu diam di pelukan sang ibu, sambil berbisik, “Ibu, Aria takut.”
“Wajahmu cantik dan suamimu tampan, tangis bocah yang ada di pelukanmu sepertinya anak laki-laki tampan, karena suaranya seperti tidak kenal takut.
“Berikan bocah itu padaku, dan kau akan ku biarkan hidup,” ucap Suto abang.
Ningrum langsung mundur sambil mendekap erat anaknya, begitu mendengar perkataan Suto abang.
“Mau apa kau? Tanya Ningrum.
“Anakmu akan ku jadikan gemblak jika sudah besar,” ucap Suto abang sambil terkekeh.
“Kau....kau, dasar iblis! teriak Ningrum mendengar maksud Suto abang.
Ningrum terus mundur melihat Suto abang mendekat.
“Kangmas Arya, tunggu aku dan anak kita,” Ningrum berkata dalam hati.
Tanpa pikir panjang, ibu muda itu sambil mendekap sang buah hati, langsung loncat ke jurang yang ada di belakangnya.
“Maaf kan ibu, Nak! Bisik Ningrum sambil mendekap sang buah hati.
“Ibu,” bisik Aria tanpa tahu apa yang terjadi, sambil terus memeluk erat sang ibu.
Suto abang melesat, tangan kirinya sudah memegang tali yang ujungnya di beri bandul kepala tengkorak bayi.
Tali bergerak cepat ke arah Aria.
Sret!
Setelah tali membelit badan, tubuh Aria seperti di sentak kan ke atas, terlepas dari pelukan sang Ibu.
Ningrum hanya bisa menjerit melihat sang putra melesat ke atas dimana Suto Abang tengah menunggu.
Tidak….!?
Suara teriakan Ningrum terdengar memilukan.
Tubuhnya terhempas menimpa pepohonan yang banyak terdapat di dasar jurang.
Krak….Krek….Brak!
Ningrum menjerit, ketika tubuhnya menghantam dahan besar, beberapa tulang rusuknya langsung patah.
Tubuh Ningrum kembali terhempas, menimpa dahan-dahan kecil, dan akhirnya jatuh ke tanah.
“Anak….Anakku!
Suara Ningrum terdengar pelan, dengan tangan menggapai ke arah atas bukit, seakan berusaha meraih sang buah hati.
kepala Ningrum langsung terkulai, dari mulutnya keluar darah segar.
Ningrum tewas dengan beberapa tulang di tubuhnya patah.
Sementara Aria yang berhasil di selamatkan oleh Suto Abang sebelum jatuh ke jurang, kini berada di dalam pelukan Dedemit gunung Wilis.
Raut wajah Suto Abang berubah setelah melihat mata Aria.
“Kau….kau buta! Seru Suto Abang.
“Lepas….lepaskan aku! Ucap Aria sambil meronta dalam pelukan Suto Abang.
Karena lengah, ketika Aria meronta ke atas, tanpa sengaja mulut Aria sampai di telinga kiri Suto Abang.
Tanpa ragu Aria langsung menggigit bagian bawah telinga Suto Abang.
Auuughh!
Suto Abang menjerit, saat gigitan Aria dengan sekuat tenaga, membuat bagian bawah telinga Suto Abang putus, darah menyembur membasahi wajah Aria, di mulut sang bocah masih tampak putusan telinga Suto Abang.
Tangan Kanan Suto Abang meraih kepala Aria.
Aria meronta-ronta, kepalanya terasa sakit akibat cengkeraman tangan Suto Abang.
“Berani sekali kau menggigit telingaku,” dengus Suto Abang sambil menahan sakit di telinga kirinya yang putus.
“Bocah keparat! Hanya dengan melihat matamu, nafsuku langsung hilang.
Rupanya kau menjadi iblis buta, untuk menemani kedua orang tuamu,” lanjut perkataan Suto Abang, sambil tangannya mulai mengeraskan cengkeraman.
Suto Abang ingin bocah yang telah menggigit telinganya, agar merasakan sakit terlebih dahulu, sehingga cengkeramannya tidak langsung menggunakan tenaga, tetapi meremas perlahan untuk menghancurkan kepala Aria.
Kulit wajah Aria mulai berubah merah, mata kuningnya tampak bersinar, saat Suto Abang mulai meremas kepalanya.
Di saat genting, ketika Suto Abang hendak meremukkan kepala Aria.
Sebutir batu kecil melesat menghantam pergelangan tangan kanan Suto Abang.
Shing….Tak!
Arrrgh!
Jeritan lirih terdengar dari mulut Suto Abang, saat batu tepat mengenai pergelangan tangannya.
Suto Abang langsung melepaskan cenkeraman, tangan kanannya terasa lumpuh.
Saat terbebas dari cengkeraman Suto Abang, Aria hanya berdiri, karena bocah itu tidak tahu kemana harus pergi.
Suto Abang semakin kesal, kemudian tangan kiri menghantam ke arah kepala Aria, menggunakan pukulan Bayu abang.
Whut!
Saat hantaman tangan Suto Abang hendak mengenai kepala Aria.
Tiba-tiba di samping Aria berdiri seorang kakek kurus berwajah bengis dengan sorot mata tajam, serta kulit wajah berwarna hitam, menangkis hantaman Suto Abang.
Blar!
Suto Abang terpental akibat benturan tenaga dalam, dari sudut bibirnya meleleh darah segar, tanda luka dalam.
Suto Abang terkejut, lalu berdiri.
Tetapi setelah melihat wajah kakek, yang dengan santai menangkis hantaman Aji Bayu abang miliknya.
Raut wajah Suto Abang berubah pucat seperti melihat setan di siang hari, tanpa melihat kiri kanan dan memperdulikan luka dalam yang ia derita, Suto Abang langsung pergi melarikan diri.
Kakek berwajah bengis yang menangkis pukulan Suto Abang hanya mendengus, kemudian berkata dalam hati, saat melihat Suto Abang melarikan diri begitu melihatnya.
“Sepertinya dia kenal denganku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
mohamad karibean
baru mulai baca...kayak nya seru nich..lanjut lg dech
2024-10-27
0
Dragon🐉 gate🐉
mampir lg kesini... dah baca pas msh Up, trs skrng baca lg pas udh Tamat, ttp aja penasaran.. gak bikin bosen,walau Bang Jack udh gak disini..(kayaknya)
2024-08-31
0
Dragon🐉 gate🐉
dasar Edan, kelainan.. /Angry/
2024-08-31
0