Aria Pilong mulai berlatih keras di bawah asuhan langsung Suro Keling, latihan khusus untuk mempertajam indra pendengaran dan penciuman Aria hampir setiap hari di lakukan, begitu pula semadi di bawah tumpahan air terjun, untuk menambah daya tahan tubuh serta meningkatkan tenaga dalam Aria Pilong.
Di air terjun yang terdapat di dasar jurang lembah setan, dua orang pria tampak berdiri di atas batu.
Suro Keling bersama Aria tengah berdiri di batu yang berdekatan.
“Aria! Coba kau tombak ikan yang berada di telaga ini, kau harus bisa membedakan antar suara air terjun dan ikan berenang di dalam telaga,” ucap Suro Keling.
Aria memegang tombak kecil bertali yang di ikatkan ke pergelangan tangan oleh sang kakek.
Aria Pilong mulai memusatkan perhatian untuk membidik ikan yang berenang di dasar telaga.
Telinga Aria pilong sedikit bergerak-gerak, berusaha memilah-millah suara yang masuk ke dalam telinganya.
Tangan kanan memegang tombak kecil melesat, setelah Aria yakin dengan apa yang ia dengar.
Shing!
Hmm!
Suara dengusan terdengar dari hidung Suro Keling saat melihat tombak Aria tidak menemui sasaran.
Aria kembali menarik tali tombaknya, dan kembali membidik ikan yang terdapat di dalam telaga.
Suro Keling kesal melihat sudah puluhan kali Aria menombak ikan, tetapi tak ada satu pun yang berhasil, akhirnya ia pindah ke pinggir telaga sambil terus menggerutu.
“Dasar tolol! Sudah puluhan kali kau menombak ikan, tak ada yang berhasil.
“Pusatkan perhatianmu, tolol! Masa hal mudah seperti itu saja kau tak bisa? Teriak Suro Keling tak sabar.
“Hal itu mudah untuk kakek yang bisa melihat,” teriak Aria membalas perkataan Suro Keling.
Whut....Pletak!
Kepala Aria Pilong terkena lemparan buah kecil yang di lesatkan Suro Keling.
Byuuur!
Aria Pilong kehilangan keseimbangan terkena lemparan sang kakek, tubuhnya langsung tercebur ke dalam telaga.
Tombak yang masih berada di tangan Aria melesat ke arah batu.
Crep!
Kemudian Aria kembali naik ke atas batu, dengan bantuan tali yang terikat di tombak kayu.
Suro keling tersenyum melihat Aria bertindak cepat sehingga tidak terbawa arus air, dan memuji tenaga dalam Aria yang bisa menancapkan tombak dari kayu, ke batu keras.
Aria setelah berdiri di atas batu, kemudian wajahnya menoleh ke arah Suro Keling, Aria tahu dimana posisi sang kakek dari arah lesatan, dan suara benda yang menghantam kepalanya.
“Kau ingin membunuhku, kek? Teriak Aria dengan nada gusar.
“Kalau aku ingin membunuhmu, sudah dari kecil kau ku cekik sampai mampus,” teriak Suro Keling membalas perkataan Aria.
“Cepat kau tombak lagi ikan, karena hasil tombakanmu itu akan kau makan hari ini, jika tidak berhasil hari ini, kau harus puasa,” lanjut teriakan Suro Keling.
Malam itu di goa tempat mereka tinggal, diatas rumput kering, tampak Aria tidur sambil menekuk tubuhnya berusaha menahan lapar, karena ia tidak berhasil mendapat ikan.
Suro Keling melihat Aria dalam hati sebenarnya tidak tega, tapi ia melakukan ini untuk kebaikan Aria sendiri, karena kehidupan Aria nanti di luar sana lebih kejam dari apa yang ia alami sekarang, dan Suro Keling ingin Aria tidak manja dan terus selalu berusaha.
Hampir setiap hari Aria berlatih menombak ikan di tengah derasnya air terjun.
Di hari ketiga, karena kesal tak pernah berhasil, Aria menghentakan kaki ke batu tempat ia berdiri, ikan besar kebetulan lewat dan terkejut kemudian berenang sambil menimbulkan riak air, sehingga telinga Aria bisa mendengar gerak ikan, kemudian menombaknya.
Shing....Crep!
Tombak melesat dan menancap di tubuh se ekor ikan besar, merasakan tali di tangannya menegang, raut wajah Aria tampak senang sekali, kemudian menarik tali tombak, lalu mengangkat tombak tinggi ke atas sambil berteriak.
“Kek....kakek, aku berhasil! Teriak Aria.
Suro keling tersenyum melihat kegembiraan cucu angkatnya.
“Bagus! Mari kita kembali untuk makan besar,” teriak Suro keling.
Aria melesat ke arah suara sang kakek dengan ilmu aji Bayu samparan.
Whut!
Suro Keling tersenyum, aji Bayu samparan adalah ilmu meringankan tubuh, sejak belajar ilmu kanuragan, Aria sudah di ajari dasar ilmu meringankan tubuh andalan Suro keling, karena ilmu meringankan tubuh sangat penting untuk menghindari serangan musuh.
Malam hari di dalam goa, Suro Keling dan Aria Pilong makan besar.
Ikan sebesar paha, tidak lama habis mereka santap.
Setelah keduanya selesai makan, Suro Keling duduk santai dan bercakap dengan cucu angkatnya itu.
“Aria! Mulai besok, aku akan mengajarkan 3 ilmu kanuragan untukmu, dua ilmu andalanku yang sangat di takuti oleh orang dunia persilatan, kau juga harus hati-hati jika sudah menguasai ketiga ilmu yang kau pelajari, karena ketiganya merupakan ilmu yang sangat dahsyat dan dapat dengan mudah membunuh lawanmu,” ucap Suro Keling.
“Ilmu yang pertama adalah aji tapak Mawa geni, dan yang kedua adalah pukulan jarak jauh yang bernama, aji Cakra chandikkala.
“Dan jurus terakhir adalah jurus pedang yang sudah ku ubah untukmu, karena kau tidak pantas membawa pedang atau golok, jadi aku mengubah jurus pedangku menjadi jurus tongkat yang ku beri nama, jurus tongkat Seda gitik, apa kau siap? Tanya Suro keling.
“Aku akan belajar ajian yang kakek wariskan jika kakek percaya kepada Aria Pilong,” jawab Aria.
“Tentu saja aku percaya padamu! Kalau tidak percaya, untuk apa aku merawat kau dari kecil? Balas Suro keling.
Setelah bercakap cakap, malam itu Suro keling mulai memberitahu cara dan rahasia mempelajari ilmu yang akan di wariskan kepada Aria.
Aria setiap hari mulai berlatih ilmu yang di wariskan oleh Suro keling dengan bimbingan langsung dari sang pemilik ilmu.
****
Di bawah derasnya air terjun dari atas lembah setan, seorang pemuda duduk di bawah batu, air terjun yang dahsyat jatuh di kepala pemuda itu.
Telinga si pemuda terlihat bergerak-gerak, mencoba mengurai suara yang masuk ke dalam kedua telinga pemuda itu.
Shing....Shing!
Dua titik air melesat menghantam ke dalam telaga.
Crep....Crep!
Dua ekor ikan yang tengah berenang di dalam telaga langsung menggelepar saat dua titik air menembus badan ikan, kedua ikan tak lama kemudian langsung mengambang di permukaan telaga, di badan ikan terlihat bolong seperti terkena panah kecil.
“Aria....habisi semua lebah madu ini! Teriak suara dari pinggir telaga.
Suro keling melemparkan sarang lebah ke arah tengah telaga.
Ngung....ngung....ngung!
Suara ratusan lebah terdengar di tengah telaga, ratusan lebah keluar dan menyebar dari sarangnya, bergerak gesit diantara percikan air, karena jika terkena percikan air terjun, lebah itu akan jatuh ke air dan mati.
Bayangan hitam melesat, sinar kuning berkelebat memburu satu persatu lebah yang berusaha menghindari percikan air.
Whut....set....set!
Dua lebah jatuh ke air, tubuh lebah putus menjadi dua terkena sinar kuning.
Tak cukup sampai disana, lebah yang bergerak menyebar terus di buru oleh bayangan hitam, bayangan hitam pindah dari satu batu ke batu lain memburu lebah, beberapa lebah yang bergerombol di hantam menggunakan tangan kiri, sinar merah berbentuk lingkaran keluar dari tangan kiri pemuda berpakaian hitam, yang tak lain Aria Pilong
Shing....Blam!
7 ekor lebah jatuh ke telaga dengan lebah-lebah itu hangus terkena pukulan Aria.
Sang kakek tersenyum melihat aksi sang cucu angkat, sambil kepalanya mengangguk angguk kemudian tertawa lalu bertepuk tangan.
Ha Ha Ha
“Hebat....sungguh hebat! Dunia persilatan akan di buat geger, penerus Warok Suro Keling yang sangat di takuti akan muncul kembali menggetarkan dunia persilatan,” teriak Suro Keling.
“Hebat....! Kau sudah berhasil menebas semua lebah madu,” lanjut teriakan sang kakek.
“Belum kek! Seru Aria pilong dan memburu ke arah se ekor lebah yang mulai menjauh.
Whut....set!
Lebah yang menjauh langsung jatuh terkena sinar kuning, badan lebah putus menjadi dua.
“Sekarang baru semuanya beres, kek! Teriak Aria.
Sang kakek membalas teriakan Aria dengan nada tinggi mengandung kegusaran.
“Dasar Tolol!
Aria yang mendengar teriakan sang kakek terkejut, dan akhirnya ia sadar bahwa ia sudah berada jauh dari telaga, karena senang konsentrasi Aria terbagi.
Byuuur!
Suro Keling melesat ke arah Aria, tangan Suro keling menangkap bambu kecil berwarna kuning, kemudian melempar kearah pinggir telaga.
Brak!
Sebatang pohon patah terkena tumbukan tubuh Aria.
Suro Keling berbalik, dengan sangat ringan kaki kakek berwajah hitam itu menginjak batu, kemudian melesat dengan cepat ke arah Aria.
Setelah berada di depan pemuda itu, sebatang kayu melesat ke arah kepala.
Pletak!
“Auw!
Suara teriakan terdengar dari mulut Aria yang kesakitan.
“Dasar tolol! Kau tahu kesalahanmu tidak? Tanya Suro keling dengan suara bengis.
“Tahu Kek! Seru Aria.
“Kalau kau kehilangan konsentrasi, nyawamu yang akan menjadi taruhannya, ucap Suro Keling.
Aria tahu maksud dari sang kakek, dan hanya diam.
Karena senang, Aria tak bisa membedakan suara di sekitarnya, sehingga ia tak bisa menentukan di mana batu yang akan menjadi tempatnya mendarat.
Percikan air yang bertemu batu dan yang bertemu air, berbeda, itulah mengapa Aria seperti manusia normal seperti dapat melihat, ketika memburu lebah madu dan selalu berhasil menginjak batu di dekat air terjun.
Tetapi satu lebah yang berusaha kabur terlalu jauh dari tengah telaga, dan ia tak bisa membedakan suara percikan air ketika berhasil menebas lebah terakhir, sehingga Aria tercebur ke telaga.
Terdengar suara Suro Keling dengan nada tinggi.
“Jangan terlalu senang dengan hasil yang kau raih! Karena itu, bisa membunuhmu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Dragon🐉 gate🐉
berpuas diri,lalu jd sombong, stlh itu jd arogan & malas, merasa sudah pandai.. lalu akhirnya celaka Krn Kelengahan & kelalaian diri sendiri..
2024-08-31
0
𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩
artinya apaan yak seda gitik?
2023-07-16
2
Uchy
Perjalanan Aria Pilong memang sangat keras
2022-11-10
0