Happy Reading!
•••••
"Saya dimana!" teriak Pak Gondok saat terbangun dari pingsannya mendapati dirinya terikat oleh tali.
Pak Gondok mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan mendapati dirinya berada di kamarnya sendiri, namun yang paling buruk adalah dia dalam keadaan terikat bersama tiga mahasiswi dengan tatapan membunuh.
"Nyenyak tidurnya Pak? Gue cuma mau nanya satu hal, kalau bapak mau jawab gua bakal bebasin bapak, kalau gak, kami ada konsekuensinya, setuju?" tawar Nanas yang membuat Pak Gondok berpikir sejenak.
Menolak sama saja dengan bunuh diri apalagi melihat tatapan penuh penekanan Nanas, Melon dan Terasi membuat nyali Pak Gondok sedikit ciut.
"Udah kek detektif-detektif gak sih gue? Gila keren bet." bisik Terasi pada Melon.
"Diem Ogeb! Nanti penyamaran dan image kita buyar." jawab Melon yang membuat Terasi kembali mengatur tatapan tajamnya.
"Lon, Ready?" tanya Nanas.
Melon mengeluarkan ponselnya dan mengaturnya dalam mode perekam sebelum Nanas melontarkan pertanyaan untuk Pak Gondok.
"Pertanyaannya cuma satu kok Pak, siapa yang nyuruh bapak sebarin video itu?" tanya Nanas pak Gondok.
Pak Gondok terdiam. "Tidak ada!"
Terasi mengangkat sesuatu dari bawah, sebuah jam tangan bermerek terkenal dengan partikel kaca tipis yang menawan. "Setau gue jam tangan ini, harganya delapan juta."
Bum!
Terasi membuang jam tersebut menghantam lantai sehingga hancur sebagian yang membuat Pak Gondok membulatkan mata sempurna.
"Masih ga mau ngasih tahu Pak?" tanya Nanas pada Pak Gondok.
Pak Gondok terdiam cukup lama, sampai Terasi mengambil sebuah laptop bermerek apel bekas gigitan seseorang, dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Ini versi terbaru, harganya bisa mencapai tujuh belas juta!" ujar Terasi mematahkan laptop tersebut dengan menghantamnya di sela pahanya yang membuat Pak Gondok hanya berteriak tanpa suara.
"Okey saya kasih tahu, yang nyuruh saya adalah Mantan Istri Tuan Gilbert sendiri, Dina!" jawab Pak Gondok yang membuat Nanas, Melon dan Terasi bernapas lega.
"Gitu kek dari tadi gue kan capek kayak gini. Mana disuruh akting antagonis lagi, yang ada gue bengek." Melon menaruh ponselnya dan memasukkannya kesaku celana nya.
"Maaf yah Pak, bercanda kok kami, cuma pengen tahu siapa yang nyuruh bapak, nih ambil rekening suami gue, isinya banyak, pin-nya satu sampai enam kali." ujar Nanas melepaskan ikatan tali Pak Gondok dan menyerahkan kartu ATM Anthony pada Pak Gondok.
"Maaf yah Pak, sumpah lah cuma disuruh gue, maaf banget," kekeh Terasi cengengesan sebelum menyusul kedua temannya keluar dari sana.
Sementara itu Pak Gondok hanya menatap cengo penuh kebingungan atas apa yang terjadi, bagaimana bisa kepribadian ketiga makhluk ini bisa berubah dengan drastis.
Mereka bertiga akhirnya keluar dari rumah itu dan masih tetap menggunakan mobil Pak Gondok, Terasi menyetir tersebut menuju kediaman Dina yang ia dapat alamatnya dari Pak Gondok juga.
"Gausah ngebut, gue gak mau kalau gue harus kehilangan fungsi jantung, tenggorakan, paru-paru dan lainnya dalam kisaran bilangan dua digit akibat tubrukan takdir." tegur Melon pada Terasi.
"Ngomong apaan sih lo?" tanya Terasi fokus menyetir.
"Maksud gue, Mati muda karena kecelakaan." kekeh Melon yang hanya ditatap malas oleh Terasi melalui spion diatasnya.
"Cringe parah," jawab Terasi.
"Stop!" teriak Nanas pada Terasi yang membuat Melon dan Terasi membalikkan wajah ke arahnya. "Sesak berak!"
"What? Disini mana ada toilet." jawab Terasi celingukan.
"Cariin buruan, atau gak gue pup disini." Nanas mulai mengeluarkan ekspresi tidak tahan sampai ia melihat sebuah toilet umum yang membuat matanya berbinar.
"Berhenti disana!" pinta Nanas.
Bukannya berhenti, Terasi malah terus saja yang membuat Nanas membulatkan mata sempurna kepada sahabatnya itu. "Disitu ga bersih, harus bayar tiga ribu pula, sayang buat jajan cimol, mending didepan, seingat gue ada hotel didepan, nanti kita singgah disana."
"Keburu keluar ini!" teriak Nanas tak karuan yang membuat Melon ikut khawatir.
"Turut berduka cita beb, yang sabar yah pupnya tahan dulu." Melon mengusap punggung Nanas pelan.
Tak lama kemudian Terasi memarkirkan mobil yang mereka kendarai didepan sebuah hotel yang membuat Nanas berlari turun dan menghamburkan antrian resepsionis yang ada disana, tidak pernah ada dibenak Melon dan Terasi, Nanas akan menghamburkan antrian resepsionis hanya untuk menanyakan "Mbak, To-Toilet, dimana?"
"Bukan ipar gue. Ambil tuh bestie lo." ujar Melon pada Terasi.
"Ih mana ada, gak mengakui gue yah!" jawab Terasi.
Nanas yang sudah tahu keberadaan toilet tersebut segera berlari ke arah Toiletnya dan melaksanakan hajat yang dia tunda sedari tadi, setelah selesai Nanas kembali ke mobil dimana sudah ada Melon dan Terasi yang menunggunya.
"Udah selesai?" tanya Terasi.
"Udah! Yuk jalan!" jawab Nanas masuk kedalam mobil yang membuat Terasi menjalankan mobilnya menuju tujuan utama mereka "Melabrak Dina"
Tak butuh waktu lama untuk mereka tiba di rumah janda bekas suami Nanas itu, sebuah rumah yang tidak besar dan tidak kecil, Nanas, Melon dan Terasi memarkirkan mobil persis didepan pagar dan berjalan masuk sendiri karena pintu pagar yang tidak terkunci dan yang lebih enaknya lagi pintu rumah Dina terkunci dan Dina kini tengah bersantai diruang tamunya membaca majalah dengan secangkir teh.
"Halo, Tante, Apa ini?" tanya Nanas to the Point, Nanas segera memperlihatkan video pengakuan sang pemilik hotel tadi kepada Dina yang membuat Dina berdiri dari duduknya.
"Jadi kamu sudah tahu?" jawab Dina sinis. "Lalu kamu mau apa?"
"Tidak apa-apa, gua cuma mau berterima kasih aja sama Tante, atas ide gila Tante gue gak perlu repot-repot karena Tante sendiri yang udah buat kami nikah. And Tante tahu? Ini adalah kebodohan Tante yang kesekian, gue bahkan kasihan sama Tante." ujar Nanas melipat kedua tangannya. "Harusnya tante sadar, karena Tante sudah tidak diterima kembali. Tante berusaha menghancurkan karirnya? Hahahaha. Sekarang semakin tertutup kan jalannya?"
"Ingat yah, Tante, mau bagaimanapun usaha Tante ngehancurin Om Thony, kalau udah gue istrinya, habis Tante, gue buat." lanjut Nanas.
Dina terkekeh sinis. "Bisa apa kamu?"
"Bisa ngandung anaknya Om Thony?" Nanas berjalan ke arah Dina dan membisikkan di telingannya. "Dan kami buatnya cuma dalam satu malam."
"Bayangin loh? Tante yang udah bertahun sama Om Thony kalah ama gue yang cuma terlibat konflik dalam satu malam, dan enaknya gue gak perlu repot, ngotorin tangan gue sendiri buat jadiin Om Thony suami gue, kenapa? Karena ada orang payah dengan kebodohannya yang tanpa sadar udah ngebantu gue." lanjut Nanas.
"Tante lihat? Apa yang dalam perut gue?"
"Nasi padang?" jawab Terasi yang membuat Melon hampir melepas tawanya di momen itu.
"Didalam perut gue ada Anthony Gilbert Chow Junior, apa tante pernah ngasih keturunan? Gak kan?" ujar Nanas. "Jadi jangan coba-coba bersaing sama gue lagi Tante."
Nanas menepuk bahu Dina dan membisikkan sesuatu sekali lagi di telinganya. "Udah gue bilang kan? Gugur Ko Sayang."
Nanas berjalan keluar dari sana disusul Melon dan Terasi yang ikut memaki sebelum menyusul Nanas keluar.
"Eh Tante! Ingat! Ada lagi satu hamba tuhan yang masuk neraka yaitu kau Dina!" ujar Melon pada Dina.
Sementara itu Terasi hanya kalem dan tidak bertindak apapun, Terasi kemudian mendatangi Dina dan membisikkan ditelinga Dina. "Ada sayang ada?"
Setelahnya Terasi dan Melon berjalan menyusul Nanas setelah puas memborbardir mental dari Dina.
- TBC
Julid amat yah Melon dan Terasi hahahaha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Dewi Anggya
ya ampyuuuun.....🤣🤣🤣👌👌👌
2024-01-15
0
Aireen Farhana
gelak tak tahan ..sempat² kami nanas mau berak .. yg terasi nasi padang ..ada sayang ada sayang 😂😂😂 vonggok kamu b'3 ya ..
2023-05-07
0
umi b4well (hiatus)
artinya gugur ko sayang itu apa sih tolong di jelasin secara detail biar saya paham.
2022-11-10
0