BAB 07 | Setengah Salmon

Beberapa Minggu Nanas dan Anthony menjadi pasangan suami istri dan tidak ada yang berubah dari mereka, Nanas dengan keabsurd-annya dan Anthony dengan sikap cueknya.

"Om, anak kita kira-kira manusia apa bukan?" tanya Nanas bersandar pada bahu Anthony.

Anthony yang sedang membaca koran dengan tangan kirinya dan tangan kanannya yang sibuk mengusap rambut Nanas, mengalihkan pandangannya ke istri labilnya itu.

"Saya gak tau, jangan tanya saya," jawab Anthony datar.

Nanas bangkit dari posisinya dan menangkup wajah Anthony. "Serius ih, Om emangnya mau anak cowok apa cewek,"

"Saya netral, mau anaknya setengah salmon juga gapapa," jawab Anthony memiringkan alisnya.

Nanas memutar kedua bola matanya malas. "Kalau aku pengen kembar tiga, biar kayak di novel-novel."

"Terus?"

"Biar bisa dikasih nama Al, El, Dul, Om kalau kembarnya cewek semua yaudah namanya, Siti, Zaenab sama Juminten, soalnya nama kita udah kebarat-baratan jadi nama anaknya harus lokal."

Anthony melepaskan tangkupan di wajahnya dan berdiri dari duduknya. "Besok-besok gak usah baca Noveltoon lagi, halusinasi kamu ketinggian."

"Gapapa ngehalu Om, setidaknya itu usaha untuk bahagia."

"Nanas dengerin saya, jangan berhalusinasi terlalu tinggi! Coba aja dulu kamu wujudin yang paling mudah kamu wujudin baru yang paling sulit, ngapain kamu berhalusinasi terlalu jauh kalau ada yang dekat bisa kamu jadikan kenyataan."

"Caranya?" tanya Nanas polos.

"Berhenti berpikiran macam-macam dan ikut saya. Kita ke rumah sakit." Anthony menarik Nanas berdiri dan membawahnya keluar dari rumah.

"Ngapain kita kerumah sakit?" tanya Nanas saat Anthony membuka pintu mobilnya, diiringi gerakan matanya yang seolah memerintahkan Nanas untuk naik ke mobil.

"Membedahmu," jawab Anthony. "Yah, untuk periksa kandungan kamu. Walaupun itu hasil salah kamar, saya juga ingin memberikan yang terbaik untuk calon anak saya."

"So Sweet, jadi pengen nabok," ujar Nanas naik keatas mobil.

Setelah siap, Anthony segera melajukan mobilnya ke arah rumah sakit terdekat. Butuh waktu dua puluh menit untuk tiba. Anthony segera membawa Nanas ke bagian pendaftaran. Seorang petugas mengarahkan untuk mengantri di poli kandungan.

Cukup lama mengantri sampai akhirnya giliran Nanas dan Anthony muncul juga, Anthony menggandeng Nanas masuk ke ruangan dokter tersebut.

"Silahkan masuk." Sang dokter menyapa dengan ramah.

Spontan bola mata Anthony melebar menyadari siapa yang ada di ruangan itu. Seorang dokter pria yang tak lain adalah teman lamanya.

"Loh? Anthony?" ucap dokter tersebut dengan mimik wajah terkejut.

Anthony memicingkan matanya dan menatap wajah sang dokter. "Evan?"

Pria bernama lengkap Ervan Maliq Azkara tersebut langsung berdiri dari kursi kebesarannya dan berjalan ke arah Anthony.

"Hai, apa kabar? Lama tidak bertemu."

Sebagai teman yang sudah lama tak bertemu, mereka saling memeluk.

"Saya kira, kamu masih di Cappadocia?" tanya Anthony pada temen kuliahnya dulu itu.

"Tentu, sebelum aku mendengar skandal seorang Arsitek kondang dengan Mahasiswi abadi," jawab Evan melirik Nanas. "Jadi ini istrimu?"

Nanas mengangguk kemudian menyalami Evan. "Salam kenal Om."

"Hahahaha, jangan panggil Om dong, Mas aja gimana?" ralat Evan menyambut uluran tangan Nanas.

"Eh, iya Mas."

Cemburu merasuk ke hati Anthony ketika melihat tangan keduanya saling bertaut. Tanpa mengindahkan senyum ceria Nanas, Anthony melerai hingga salam perkenalan itu terputus.

"Emh ... Bisa langsung periksa, saja?" tanya Anthony.

"Tentu. Silahkan duduk dulu." Evan mempersilahkan Anthony dan Nanas untuk duduk. Sebelum melakukan pemeriksaan awal, Evan lebih dulu menanyakan nama lengkap, usia dan beberapa hal lain. Kemudian dilanjutkan dengan memeriksa tekanan darah.

Bola mata Anthony menyala memancarkan kecemburuan berlebih, tatkala Evan menempelkan stetoskop ke bagian dada istrinya. Tapi masih berusaha ditahan, karena akal sehatnya masih menegaskan bahwa ini hanyalah bagian dari profesi temannya itu sebagai dokter.

"Ok, sekarang kita USG dulu ya. Suster, tolong dibantu," ucap Evan kepada seorang asistennya.

Perawat wanita itu pun membantu Nanas untuk berbaring di ranjang pasien, menyingkap pakaian Nanas hingga batas bawah dada dan mengoles gel di permukaan perutnya.

Evan mengambil sebuah alat dan hendak menggeser benda itu di atas perut Nanas, membuat mata Anthony membelalak.

"Ga boleh!" pekik Anthony menghalau tangan Evan.

Evan memandang Anthony. Kali ini dengan kerutan tipis di alis. "Maksud kamu? Kalau tidak boleh, terus saya bagaimana periksanya."

"Yah, yah begitu-" jawab Anthony kelabakan. "Jangan lihat perutnya!"

Rahang Evan terbuka lebar. Ia hanya dapat menggelengkan kepalanya. "Kalau tidak bisa lihat bagaimana saya periksanya?"

"Jangan disentuh, Kamu modus yah Van?" cegah Anthony yang membuat sang dokter menarik napas dalam.

Masih beruntung karena suami pasien adalah teman lamanya. Namun, kelakuan Anthony yang posesif cukup membuatnya terkejut.

"Lama tidak bertemu sepertinya lidahmu makin licin yah Thon. Sepertinya kamu perlu diperiksa juga. Jangan-jangan kabel merahmu putus," sindirnya sambil tertawa kecil.

"Sembarangan kamu! Lagian suami mana yang suka istrinya dipegang laki-laki lain?"

"Saya kan hanya menjalankan tugas."

"Pokoknya kamu tidak boleh lihat atau pegang!" teriak Anthony sekali lagi dengan nada yang lebih menekan.

Sementara Nanas yang melihat tingkah suaminya hanya dapat tersenyum kecut.

"Ya sudah, kalau tidak boleh lihat dan pegang, biar saya lihat ke monitor saja, ya. Kamu duduk dulu dong. Santai sedikit!"

Anthony mengusap dada pelan, lalu menghembuskan napas panjang. Kemudian duduk di kursi di samping pembaringan pasien.

Evan pun melanjutkan memeriksa perut Nanas sementara Nanas hanya rilex dengan sentuhan sosok dokter tampan seperti Evan dan Anthony hanya diam tanpa bisa melakukan apapun.

"Nah itu anak kamu?" Evan menunjuk gambar pada layar monitor yang menampilkan titik putih berbentuk kacang, yang membuat alis Anthony saling bertaut.

"Kok anak saya bentuknya kayak kecebong, Van? Seharusnya kan seperti bayi," tanya Anthony yang membuat Nanas tertawa puas.

"Gak Thon, itu gambar embrionya. Memang bentuknya masih begitu," jawab Evan sambil menahan tawa.

Meskipun masih tampak bingung, namun Anthony mengangguk tanda mengerti. Tatapannya tak pernah lepas dari layar monitor. Dengan pikirannya yang melayang dengan ribuan pertanyaan tentang bentuk embrio.

"Okey, sudah selesai kan?" tanya Anthony.

Evan mengangguk, sementara Nanas membenahi bajunya, "Makasih yah Mas Evan."

"Gausah manggil Mas, jijik saya dengernya." protes Anthony. "Kamu saja panggil saya om!"

Evan kembali mengatupkan bibirnya demi menahan tawa. Anthony yang selama ini adalah sosok yang santai dengan pembawaan tenang tiba-tiba menjadi sangat posesif dan tentunya cukup aneh bagi Evan.

Konsultasi berlanjut. Evan memberikan beberapa petunjuk penting tentang menjalani kehamilan di trimester pertama.

"Terima kasih, Van," ucap Anthony setelah Evan memberi resep obat yang harus ditebus di apotek.

Anthony pun berpamitan. Nanas sudah keluar lebih dulu.

"Oh ya, Thon ... kamu gak merasa ketuaan untuk istrimu?" kelakar Evan membuat mata Anthony melotot.

Anthony pun memaki sebelum benar-benar keluar dari ruangan itu.

"Brengsek kamu, Van!"

- TBC

Kenal Evan yah dia adalah Dokter dari ***** ** And The Rich Man karya Mama Kolom Langit

Ayo Baca versi Sudut pandang Evan di Novel Mama yang judulnya Me And The Rich Man..

Terpopuler

Comments

Dewi Anggya

Dewi Anggya

🙈🙈🙈

2024-01-15

0

Author_Ay

Author_Ay

🤣🤣

2023-08-14

0

현지박

현지박

ini Anthony lama lama ketularan gesrek juga

2023-04-19

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 01 | Tingkah Membangongkan Calon Duda
2 BAB 02 | Duda? It's My Dream
3 BAB 03 | One Morning Stand
4 BAB 04 | Kodok Ngangkang
5 BAB 05 | Skandal Mahasiswi Abadi
6 BAB 06 | Maju Mundur Nyungsep
7 BAB 07 | Setengah Salmon
8 BAB 08 | Gugur Ko Sayang
9 BAB 09 | Suamiku Sayang, Suamiku Sialan
10 BAB 10 | Gak Bucin, Tapi Agak Sayang
11 BAB 11 | Karena Ukurannya?
12 BAB 12 | Keteknya Dikondisikan
13 BAB 13 | Misi Bahan Dapur
14 BAB 14 | Ada Sayang Ada
15 BAB 15 | Mantan Istri Vs. Istri Sah
16 BAB 16 | Rencana Squad Rujak Gemesh
17 BAB 17 | Kepanikan Anthony
18 BAB 18 | Mengunjungi Baby A
19 BAB 19 | Fried Chicken Egg
20 BAB 20 | Anthony Sini(Suka) Nanas
21 BAB 21 | And Cappadocia
22 BAB 22 | Huru-Hara Cappadocia
23 BAB 23 | Minions Milik Nanas
24 BAB 24 | Baby Twins Milik Om Thony
25 BAB 25 | Jomblokiawan
26 BAB 26 | Terlalu Posesif
27 BAB 27 | Ups!
28 BAB 28 | Filosofi KAMPRET
29 BAB 29 | Genk Duda Tropis
30 BAB 30 | Diskusi Para Duda
31 BAB 31 | Kejutan Yang Tertunda
32 BAB 32 | Kenapa Dengan Om Thony?
33 BAB 33 | Squad Sesat
34 BAB 34 | Bukannya Gak Peduli?
35 BAB 35 | Aku Khawatir!
36 BAB 36 | Drama Hekter
37 BAB 37 | Faredian Vs. Anthony
38 BAB 38 | Kenapa Baru Bilang?
39 BAB 39 | Tidur Diatas
40 BAB 40 | Olahraga Pagi
41 BAB 41 | Huru-Hara USG
42 BAB 42 | Pembantu Dadakan
43 BAB 43 | Rujak Gemesh x Duda Tropis
44 BAB 44 | Pengumuman [Harap Dibaca]
45 BAB 45 | Gelud Aja Kita, Yok!
46 BAB 46 | Baby Insiden Salah Kamar
47 BAB 47 | Drama Nanas
48 BAB 48 | Nyonya Latte dan Tuan Ex
49 BAB 49 | Cita-Cita Nanas
50 BAB 50 | Bibirmu Lebih Manis
51 BAB 51 | Gak Perawan Lagi!
52 BAB 52 | Made In Salah Ruangan
53 BAB 53 | Patah Hati Dokter dan Duda
54 BAB 54 | Ntar Om Dikasih Nugget
55 BAB 55 | Minions Morning
56 BAB 56 | Jumpalitan Ranjang
57 BAB 57 | Wedding-Weddingan
58 BAB 58 | Pernikahan Satu Semester
59 BAB 59 | Sekardus Minyak Goreng
60 BAB 60 | Faster Baby, Hm?
61 BAB 61 | In The Bathroom
62 BAB 62 | Bucinnya Dikampus
63 BAB 63 | Duda Labil
64 BAB 64 | Suami Tersayang
65 BAB 65 | Side To Side
66 BAB 66 | Sidang Terlaknat
67 BAB 67 | Titisan Android
68 BAB 68 | Pernikahan Sepuluh Ton
69 BAB 69 | Ting! Ting! Ting!
70 BAB 70 | Masih Kotak-Kotak Kok
71 BAB 71 | Malam Pertamanya Minimalis
72 BAB 72 | Misi Istri Sah Mau Lewat
73 BAB 73 | Pengumuman [Harap Dibaca]
74 BAB 74 | Mo Lahiran
75 BAB 75 | Siapa Yang Mau Lahiran
76 BAB 76 | Anak Kembar Om Duda
77 BAB 77 | Baby-Baby Durhakim
78 BAB 78 | Om? Seriously?
79 BAB 79 | Suara Hati Suami
80 BAB 80 | Jemputan Laknat
81 BAB 81 | Astagfirullah, Om Suami!
82 BAB 82 | Terlalu VIP
83 BAB 83 | Anu Senganu-Nganunya
84 BAB 84 | Tragedi Lampu Merah
85 BAB 85 | Twins Titisan Nanas
86 BAB 86 | Anak-Anak Rujak Gemesh [END]
87 Xtra Part 01 | Kamu Titisan Duda
88 Xtra Part 02 | Tertekan Sekali Batinku
89 Xtra Part 03 | Berkolaborasi Bang
Episodes

Updated 89 Episodes

1
BAB 01 | Tingkah Membangongkan Calon Duda
2
BAB 02 | Duda? It's My Dream
3
BAB 03 | One Morning Stand
4
BAB 04 | Kodok Ngangkang
5
BAB 05 | Skandal Mahasiswi Abadi
6
BAB 06 | Maju Mundur Nyungsep
7
BAB 07 | Setengah Salmon
8
BAB 08 | Gugur Ko Sayang
9
BAB 09 | Suamiku Sayang, Suamiku Sialan
10
BAB 10 | Gak Bucin, Tapi Agak Sayang
11
BAB 11 | Karena Ukurannya?
12
BAB 12 | Keteknya Dikondisikan
13
BAB 13 | Misi Bahan Dapur
14
BAB 14 | Ada Sayang Ada
15
BAB 15 | Mantan Istri Vs. Istri Sah
16
BAB 16 | Rencana Squad Rujak Gemesh
17
BAB 17 | Kepanikan Anthony
18
BAB 18 | Mengunjungi Baby A
19
BAB 19 | Fried Chicken Egg
20
BAB 20 | Anthony Sini(Suka) Nanas
21
BAB 21 | And Cappadocia
22
BAB 22 | Huru-Hara Cappadocia
23
BAB 23 | Minions Milik Nanas
24
BAB 24 | Baby Twins Milik Om Thony
25
BAB 25 | Jomblokiawan
26
BAB 26 | Terlalu Posesif
27
BAB 27 | Ups!
28
BAB 28 | Filosofi KAMPRET
29
BAB 29 | Genk Duda Tropis
30
BAB 30 | Diskusi Para Duda
31
BAB 31 | Kejutan Yang Tertunda
32
BAB 32 | Kenapa Dengan Om Thony?
33
BAB 33 | Squad Sesat
34
BAB 34 | Bukannya Gak Peduli?
35
BAB 35 | Aku Khawatir!
36
BAB 36 | Drama Hekter
37
BAB 37 | Faredian Vs. Anthony
38
BAB 38 | Kenapa Baru Bilang?
39
BAB 39 | Tidur Diatas
40
BAB 40 | Olahraga Pagi
41
BAB 41 | Huru-Hara USG
42
BAB 42 | Pembantu Dadakan
43
BAB 43 | Rujak Gemesh x Duda Tropis
44
BAB 44 | Pengumuman [Harap Dibaca]
45
BAB 45 | Gelud Aja Kita, Yok!
46
BAB 46 | Baby Insiden Salah Kamar
47
BAB 47 | Drama Nanas
48
BAB 48 | Nyonya Latte dan Tuan Ex
49
BAB 49 | Cita-Cita Nanas
50
BAB 50 | Bibirmu Lebih Manis
51
BAB 51 | Gak Perawan Lagi!
52
BAB 52 | Made In Salah Ruangan
53
BAB 53 | Patah Hati Dokter dan Duda
54
BAB 54 | Ntar Om Dikasih Nugget
55
BAB 55 | Minions Morning
56
BAB 56 | Jumpalitan Ranjang
57
BAB 57 | Wedding-Weddingan
58
BAB 58 | Pernikahan Satu Semester
59
BAB 59 | Sekardus Minyak Goreng
60
BAB 60 | Faster Baby, Hm?
61
BAB 61 | In The Bathroom
62
BAB 62 | Bucinnya Dikampus
63
BAB 63 | Duda Labil
64
BAB 64 | Suami Tersayang
65
BAB 65 | Side To Side
66
BAB 66 | Sidang Terlaknat
67
BAB 67 | Titisan Android
68
BAB 68 | Pernikahan Sepuluh Ton
69
BAB 69 | Ting! Ting! Ting!
70
BAB 70 | Masih Kotak-Kotak Kok
71
BAB 71 | Malam Pertamanya Minimalis
72
BAB 72 | Misi Istri Sah Mau Lewat
73
BAB 73 | Pengumuman [Harap Dibaca]
74
BAB 74 | Mo Lahiran
75
BAB 75 | Siapa Yang Mau Lahiran
76
BAB 76 | Anak Kembar Om Duda
77
BAB 77 | Baby-Baby Durhakim
78
BAB 78 | Om? Seriously?
79
BAB 79 | Suara Hati Suami
80
BAB 80 | Jemputan Laknat
81
BAB 81 | Astagfirullah, Om Suami!
82
BAB 82 | Terlalu VIP
83
BAB 83 | Anu Senganu-Nganunya
84
BAB 84 | Tragedi Lampu Merah
85
BAB 85 | Twins Titisan Nanas
86
BAB 86 | Anak-Anak Rujak Gemesh [END]
87
Xtra Part 01 | Kamu Titisan Duda
88
Xtra Part 02 | Tertekan Sekali Batinku
89
Xtra Part 03 | Berkolaborasi Bang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!