Happy Reading!
•••••
Anthony dan sipemilik rumah yang berjalan ketempat Nanas, Melon dan Terasi tadi sembunyi tidak menemukan apa-apa. Melainkan hanya sebuat pot bunga yang tidak pada tempatnya.
"Mungkin hanya kucing, mari lanjutkan rencana renovasi dan denah rumah ini, kembali nyonya." ujar Anthony yang membuat si pemilik rumah mengangguk.
Anthony bersama Pemilik rumah tadi segera masuk namun belum sempat Anthony masuk dia mencium aroma sebuah Parfum Mint yang biasa dipakai Nanas sehingga Anthony hapal betul bau-baunya.
"Jadi sekelompok bahan dapur berjalan itu ada disini?" batin Anthony tersenyum dan masuk kedalam rumah menyusul sang pemilik rumah.
Sementara itu Nanas, Melon dan Terasi sudah berada dipinggir jalan raya, meninggalkan area rumah tadi bersama motor yang mereka pinjam
"Pipi gue, sakit!" keluh Terasi mengelus pipinya sendiri sementara Nanas dan Melon berusaha mengatur napasnya.
"Lagian ekspresi lo, bengek banget, lagian lo harusnya kasian sama gue, Bumil nih, kalau bayi gue salah posisi kan gesrek nanti." jawab Nanas. "Tapi gue yakin sih nih anak mirip ama gue,"
"Kenapa?" tanya Melon pada Nanas.
"Satu, nih anak gue yang buat bermodalkan nekad, dua, nih anak gue yang adidayakan, tiga, nih anak gue yang ngandung, empat, nih anak gue yang bakal ngelahirin, awas aja mirip bapaknya, gue masukin lagi ke rahim." sombong Nanas menaik turunkan alisnya.
"Terus sekarang kita mau kemana? Mana motor Babah Kunyit ketinggalan disono lagi." tanya Terasi menatap kedua temannya.
Nanas berfikir sejenak sementara Melon hanya berdiri disana melihat ekspresi serius bak einstein Nanas dalam membudidayakan sel berpikir.
"Gue tahu! Kita pulang aja, motornya kita ganti aja, tenang, gue tahu kok pin ATM Om Thony, ada di gue lagi kartu rekeningnya." usul Nanas yang membuat rahang Melon dan Terasi terbuka.
"Gak semudah itu wahai PineApple! Nanti kalau Kak Thony liat motor itu disana, nanti dia bawa balik dan nanya Babah Kunyit bagaimana motor dia bisa ada disana, nah Babah kunyit kan gak bisa kita ajak bersulam jannah, saking jujurnya tuh orang dia bakal bilang ke Kak Thony kalau kita yang bawa motornya." protes Melon. "Lo mau ketahuan, kalau kita nguntitin Kak Thony?"
"Yah gak sih," jawab Nanas berjalan kembali ke rumah yang tadi. "Yaudah ayok. Ambil motornya."
Melon dan Terasi mengangguk setuju kemudian berjalan mengikuti Nanas. Namun belum sempat Nanas berjalan jauh, langkahnya terhenti saat melihat seorang pria berjas masuk kedalam mobil dan membuat Nanas mengingat sesuatu.
"Gengs! Itukan si Pak anu," tanya Nanas berusaha mengingat nama pria tersebut. "Pak Go-"
"Gorontalo?" tanya Terasi.
"Bukan." jawab Nanas.
"Hmmm, Gorilla!" tanya Terasi kembali.
"Bukan-bukan!"
"Kenapa sih gue punya dan kenal temen seperti kedua manusia aneh ini?" keluh Melon melihat Terasi dan Nanas beralih ke game jaman dulu yang biasa ia lihat di tv.
"Sejenis makanan?"
"Tidak!"
"Ehmmm, buah-buahan!"
"Sedikit lagi!"
"Tanaman?"
"Iya-iya!"
"Eceng gondok?" tanya Terasi final.
"Nah betul, namanya Pak Gondok, dia pemilik hotel tempat gue sama Om Thony skidipapap telolet ahoy, dan dia juga yang nyebarin video gue sama Om, betewe gue masih dendam sama dia." jawab Nanas yang membuat Melon dan Terasi saling bertatapan. "Kalian ngerti maksud gue kan?"
Melon menatap Terasi dan menautkan alisnya. "Lo ngerti?"
"Kagak." jawab Terasi berjalan mengikuti Nanas ke arah Pak Gondok disusul oleh Melon.
Sesampainya didepan mobil Pak Gondok, Nanas segera menggedor pintu mobil tersebut yang membuat Pak Gondok keluar dari dalam mobil untuk menemui Nanas.
"Apa-apaan kamu!" protes Pak Gondok pada Nanas.
Nanas tersenyum biasa dan menjulurkan tangannya. "Hai Pak, masih ingat sama gue?"
"Kamu? Siapa?"
"Orang yang bapak viralin, gue bersyukur lo bisa diviralin, akhirnya gue bisa nikah sama Om Thony, tapi gue bingung Om, gue harus berterima kasih atau berterima gaji." jawab Nanas.
Pak Gondok terdiam. Nanas mengode Melon yang membuat Melon paham kemudian melepas sepatunya. "Maaf yah Pak, bukannya mau kualat nih! Maaf banget!"
Bugh!
Melon memukul tengkuk Pak Gondok dengan sepatunya sehingga membuat Pak Gondok lunglai tak sadarkan diri, Nanas yang melihat itu dibantu Terasi segera memasukkan tubuh Pak Gondok kedalam mobil.
"Gila, hebat juga sepatu gue." puji Melon pada sepatunya.
"Gengs, sebelum masuk kedalam mobil, mari kita goyang kan bahu bersama agar malaikat yang mencatat dosa kita saat ini salah catat." ujar Nanas menggoyangkan bahunya disusul oleh Terasi dan Melon.
"Okey, Terasi, lo yang nyetir, kita bawah bapak ini kerumahnya aja, dari kabar yang gue denger dia tinggal sendiri dan gaada penjaga di rumah nya. dan yang paling dia takutin adalah kehilangan harta nya jadi gue. Tahu caranya gimana supaya Pak Gondok ngaku, siapa yang nyuruh dia sebarin Video gue sama Om Thony." lanjut Nanas masuk kedalam mobil disusul oleh Melon dan Terasi.
Terasi menjalankan mobil tersebut meninggalkan area itu, dengan Pak Gondok yang tidak sadarkan diri.
"Terasi, coba cek dashboard depan, ada Tali sama Lakban gak?" tanya Nanas.
"Ada sayang ada," jawab Terasi membuka dashboard dengan tangan kiri dan tangan kanan memegang setir mobil.
"Napasnya Pak Gondok? Masih ada?" tanya Melon.
"Ada sayang ada." jawab Terasi.
Setelahnya mereka mempercepat laju mobil tersebut melewati jalan raya yang penuh kemacetan sampai mereka tiba disebuah rumah megah dengan pagar putih sebagai penghias, Melon turun dari mobil untuk membuka pagar agar Terasi bisa membawa mobil tersebut masuk.
Satu kesalahan Pak Gondok, setidaknya dia harus punya penjaga dirumahnya untuk meminimalisir serangan para gadis-gadis labil yang siap memberikan tekanan batin.
Setelah memarkirkan mobil tersebut didalam halaman rumah Terasi, dan Nanas keluar dari mobil sementara Melon yang sudah keluar duluan saat membuka pagar langsung merogoh kantong celana Pak Gondok untuk mengambil kunci namun nihil karena tidak menemukan apapun disana.
Melon terpaksa menggunakan cara terakhir yaitu mendobrak pintu rumah tersebut, dengan langkah cepat Melon berjalan kehadapan pintu rumah tersebut dan mengambil ancang-ancang.
"Tendangan Akhir Bulan Belum Gajian!"
Bruk!
Pintu tersebut terbuka lebar yang membuat Melon berkacak pinggang dihadapan Nanas dan Terasi, dan yang terakhir adalah membawa Pak Gondok masuk, karena mereka bertiga tidak ada yang mau membopong tubuh nya, terpaksa mereka menyeret tubuh sang manager perhotelan itu.
- TBC
Author mau mengucapkan Terimakasih kepada yang sudah memberikan Vote kepada Author dan juga para pembaca dan semua yang sudah memberikan Like sehingga Novel ini bisa berada di posisi yang sekarang, Kalian luar biasa!
Salam Cinta dari Author receh ini.
Visual Nanas: Syifa Hadju
Visual Melonnia: ?
Visual Terasianingsih: ?
Ayok di bayangan kalian Terasi dan Melon itu siapa sih haha haha :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Mama Unna
astaga....😂😂😂😂
2024-05-04
0
Dewi Anggya
astgaaaa bengeeek 😂🤭🙈🤭
2024-01-15
0
Zay Zay
udah bagus terasi nya yukikato aj teh,kl melon trserah othor aj.
2023-12-05
0