Menjadi Asisten Malaikat Maut

Menjadi Asisten Malaikat Maut

Prolog

Rambut sewarna dengan gandum yang sudah menguning , Claude sepanas Jerami gandum yang tengah dijemur di atas teriknya matahari. Tubuhnya sudah sangat lengket oleh keringat yang mengalir menuruni punggung dan seluruh badannya.

Tidak selayaknya bangsawan yang lain, bajunya penuh dengan pasir. Wajahnya memerah bagaikan tawon marah. Dia sudah berdiri cukup lama untuk mendapatkan hukuman dari Lady Gracia.

Para pelayan telah selesai memberikan hukuman cambuk pada Claude sampai kulitnya memberikan jejak merah yang tampaknya sulit untuk hilang dalam jangka waktu dekat, mungkin saja perlu berminggu-minggu agar luka itu akan hilang dari tubuhnya.

Sungguh keterlaluan, keluarga baron Marquez yang baru turun jabatan itu melampiaskan ketidakpuasannya pada Claude. Seandainya Claude adalah anaknya yang lain, dia akan mendapatkan banyak kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Menjabat sebagai anak haram baron Claude sudah cukup mendapatkan perlakuan yang tidak pantas dari para pelayan dan saudara-saudaranya yang lain.

Claude menggenggam tangannya, yang sebenarnya ia sudah cukup muak dengan semua perlakuan yang dilakukan oleh keluarga baron Marquez.

Namun saat ini perutnya sedang berteriak-teriak memprotes. Claude sudah menahan rasa laparnya sendari tadi pagi. namun Chavis tidak memberikan sepotong roti pun pada Claude.

Ia hanya bisa menelan ludahnya sambil masih berjemur dibawah teriknya sinar matahari di musim panas ini. Laura salah satu adiknya yang paling kecil sebenar tidak tega melihat kakaknya tidak diperlakukan dengan baik oleh keluarganya. namun apa daya laura yang umurnya masih belia dia tidak bisa melakukan apapun kecuali mencuri sepotong roti yang kemudian diam-diam ia berikan pada Claude ketika tidak ada satupun orang yang melihatnya.

Lady Gracia menghentikan hukumannya pada Claude, ia tahu bahwa Chavis memberi isyarat untuk menghentikan hukumannya. Semuanya membubarkan diri mereka masing-masing masuk ke dalam kediaman. Hampir setengah pingsan Claude pun ambruk ke atas tanah berpasir itu. Semua tubuhnya terasa lemas, tidak ada satupun pelayan yang membantunya untuk berdiri.

Terlahir sebagai anak dari Baron Marquez yang sangat miskin merupakan sebuah kutukan terbesar bagi Claude. Ia membalikkan tubuhnya dan melihat matahari yang bersinar terang ke arahnya. membuatnya berpikir bahwa dirinya mungkin suatu saat bisa hidup terbebas dari keluarga busuknya itu.

Menjelang malam waktu tanpa sadar lewat begitu saja. Ruangan yang begitu sempit, berdebu dan gelap bagaikan sebuah penjara bawah tanah. Kamar yang tak layak dihuni oleh manusia. Bahkan bisa dikatakan lebih cocok sebagai sarang tikus atau kecoak. Beberapa kali Claude membereskannya namun saat ia meninggalkan kamarnya beberapa saat saja. Kamarnya akan Kembali seperti semula.

Siapa lagi jika bukan perlakuan dari Carpel yang bisa menggunakan sihir, keluarga bangsawan hampir semuanya dianugerahi sebuah mana sihir yang melimpah, terkecuali untuk Claude. Walaupun ia terlahir dari keluarga bangsawan sekaligus anak dari seorang penyihir agung yang hebat sekaligus. Ia tetap tidak memiliki mana sihir sedikitpun.

Tok..tok..

Terdengar seseorang mengetuk pintu kamar Claude.

“Shi…” Sebuah panggilan terdengar dari celah pintu kamarnya.

Claude menghampiri sumber suara itu dan mengintip dibalik celah pintu. Ia menyipitkan matanya untuk melihat siapa yang memanggil nama panggilannya itu dari balik pintu kamarnya.

Tampak seorang pelayan Wanita muda berumur sekitar tiga puluh tahunan itu dari balik celah pintunya sambal memegang sebatang lilin yang menyala di atas piring tembaga yang cukup tipis.

“Shi, bolehkah aku masuk?” Pelayan itu berbisik pelan sekali dari balik pintu.

Claude membukakan pintunya, membiarkan pelayan itu untuk masuk kedalam kamarnya. Pelayan itupun masuk dengan berhati-hati sambal menutup Kembali pintu kamar itu dengan perlahan-lahan agar tidak menimbulkan suara atau bunyi dari suara engsel pintu yang sudah berkarat.

“Shi aku punya berita bagus, malam ini tuan dan nyonya juga saudara-saudara mu sedang menghadiri pesta jamuan milik Duke Pheron, itu artinya kau bisa kabur malam ini.”

Raut wajah yang sangat senang sekali dari Wanita itu. Tamapknya tidak semua pelayan itu memperlakukannya dengan tidak baik tapi Wanita ini adalah salah satu pelayan yang sangat baik pada Claude dan menjadi satu-satunya orang yang membuat Claude masih bisa hidup sampai saat ini.

“Buat apa?” Claude terdiam sejenak memikirkan kata-kata selanjutnya. Sedangkan pelayan itu menunggu kata-kata selanjutnya yang akan dikatakan oleh Claude. “Mengapa kau membantuku untuk kabur, padahal tadi siang..” Claude sepertinya tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi karena ia adalah anak laki-laki yang sangat cengeng.

“Maaf tadi siang aku memukulmu karena perintah Lady, sebagai gantinya aku akan membantumu keluar dari kediaman. Sebaiknya kau cepat membereskan barang-barangmu kau akan pergi tepat tengah malam ini.”

Wanita itu benar-benar menyayangi Claude seperti adiknya sendiri. Sebenarnya ia tidak ingin Claude pergi, namun ia benar-benar tidak sanggup lagi melihat dirinya setiap hari harus menyiksa Claude karena perintah Lady Gracia dan anak-anaknya.

Tepat tengah malam Claude sudah siap membereskan barang-barang yang harus ia bawa. Ia hanya membawa beberapa Upice uang koin dan juga semua barang peninggalan ibunya. Dalam saku celananya ia membawa sebuah belati kecil jaga-jaga ada seseorang yang berbuat jahat padanya ia bisa melawan.

“Shi apakah kau sudah siap?” pelayan itu meyakinkan Claude untuk memastikan Claude benar-benar siap untuk hidup menghadapi tantangan yang lebih besar lagi diluar sana.

“Aku sudah siap Ra.” Claude benar-benar bersemangat ketika dirinya benar-benar akan keluar dari rumah busuk itu.

Mereka mengendap ngendap keluar. Berhati-hati supaya tidak terlihat oleh penjaga dan pelayan lain. Mereka menelusuri Lorong rumah dengan perlahan lahan tanpa menimbulkan suara, sampai mereka pun tiba di taman belakang rumah, disana terdapat sebuah benteng yang tinggi namun dibalik semak-semak yang tumbuh di bawah dekat benteng itu terdapat lubang anjing yang cukup untuk Claude yang bertubuh kecil itu untuk pergi melewati lubang itu.

Sekian lama mereka meraba semak-semak untuk mencari lubang itu, ternyata lubang itu terletak sedikit lebih ke arah tenggara. Pelayan itu menyibakan semak semak itu membukakan jalan untuk Claude lewati. Tanpa ragu-ragu Claude langsung menjatuhkan dirinya dan merangkak masuk kelubang itu. Claude menundukan kepalanya dan merangkak keluar dari kediaman itu, hingga terakhir pada bagian kakinya ia pun langsung bediri dan membersihkan pakaiannya yang sudah banyak sekali terkena pasir dan tanah.

Claude mendongak ke arah lubang mengisyaratkan kepada pelayan itu untuk segera memberikan bungkusan kain yang berisi barang-barang bawaannya. Dengan Sigap pelayan itu memberikan bungkusan kain itu dengan cepat. Karena ia mulai merasakan suara Langkah seseorang menuju taman belakang sepertinya menurut dari berat langkahnya mungkin seseorang itu adalah penjaga, yang bertugas untuk menjaga pada malam ini.

Sesaat setelah ia mengeluarkan bungkusan kain milik Claude. Pelayan itu segera bersembunyi sehingga ia tidak sempat sama sekali berpamitan pada Claude untuk terakhir kalinya. Ia hanya bisa mendoakan Claude agar ia mendapatkan sebuah perlindungan dari sang pencipta.

Terpopuler

Comments

upice

2023-04-14

1

alurnya bagus cuma Claudia ini siapa GK disebut ,dan clais itu nama apa gimana ,GK dijelaskan jadi nya mau lanjut baca tapi keterangan GK ada

2023-04-14

0

Anonymous

Anonymous

yei

2023-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!