2

Claude langsung memahami situasinya ia bergegas cepat mengambil bungkusan kain miliknya dan berlari menjauh dari tembok pagar kediamannya. Claude tahu seharusnya ia mengucapkan selamat tinggal pada Ren karena telah banyak sekali membantunya termasuk bantuan kali terakhirnya saat ini, namun takdir berkata lain Claude berpikir mungkin ia ditakdirkan untuk bertemu dengannya lagi suatu saat, sehingga sang pencipta tidak membiarkan mereka berdua untuk mengucapkan salam perpisahan.

Claude memicingkan mata, memandang lebarnya ladang gandum di wilayah pertanian milik Baron Marquez. Titik-titik embun mengalir di wajahnya, matanya tidak begitu lancar memandang jalan yang digambarkan oleh Ren, karena kabut kelabu yang entah dari mana asalnya itu tiba-tiba saja turun menghalangi pandangannya.

Sebuah suara dari balik kabut mengejutkannya. “Kwak..kwak..” Claude bergidik takut saat mendengar suara burung gagak yang membuatnya terkejut setengah mati. “Apakah pilihan yang kubuat untuk kabur dari kediaman Baron adalah pilihan yang salah.” Dalam hatinya sama sekali sangat tidak tenang, ia sedikit menyesal meninggalkan rumah hanya karena ia sudah tidak sanggup lagi berada dibawah tekanan keluarganya.

Setelah sekian lama ia berjalan mengandalkan instingnya ia sampai di daerah pinggiran hutan yang tidak jauh dengan perbatasan negara Tarten tepat ketika Fajar mulai menyingsing. Itu artinya ia berhasil kabur dari rumahnya dan Ayah atau saudaranya sekali pun tidak mungkin bisa mengejarnya lagi ketika ia sudah memasuki hutan.

Tujuan pelarian Claude adalah Menara Agung dimana Menara itu dahulunya merupakan tempat tinggal ibunya dahulu sebelum ia jatuh cinta pada baron Marquez dan meninggalkan segalanya. Menurut peta yang digambarkan oleh Ren. Menara itu terletak tepat berada di jurang perbatasan  negara Tarten. Namun disisi lain gambar yang dibuat oleh Rain sama sekali tidak jelas bagaimana detailnya ia bisa sampai ke daerah itu.

Untuk kali keduanya Claude harus mengandalkan instingnya. Ia menelusuri hutan dengan mengikuti sebuah tumbuhan yang sangat disukai oleh mana sihir. Hingga akhirnya Claude menemukan sebuah Menara hitam gelap yang dipenuhi oleh banyak sekali energi negatif. Menara yang hitam dan gelap, namun cukup banyak terkena cahaya matahari. Dari bentuknya mirip dengan Menara berhantu atau Menara yang ditinggali oleh seorang nenek sihir berumur ribuan tahun seperti dalam sebuah film atau buku-buku yang ia pernah baca sesekali sebelumnya.

Claude mengamati Menara itu dari kejauhan. Claude sangat yakin bahwa Menara tempat tinggal ibunya dahulu tidak mungkin adalah Menara yang banyak sekali dikelilingi oleh hawa kegelapan yang mencekam seperti energi iblis seperti ini.

Saat Claude semakin mendekat ke arah Menara itu ia menyadari bahwa ada seseorang yang sama-sama sedang mengamati Menara itu. Melihat cara berpakaian pria itu, Claude mencurigai pria itu berasal dari negara Tarten. Karena ia paham betul bagaimana cara berpakaian bangsawan maupun rakyat di kerajaannya.

Perlahan-lahan Claude mengeluarkan belati kecilnya untuk berhati-hati jikalau orang itu melihatnya. Claude begitu waspada pada pria itu, pakaiannya yang serba hitam membuatnya sangat yakin bahwa orang itu merupakan seseorang yang memiliki niatan jahat untuk Menara itu. Perlahan-lahan Claude mendekati pria itu, sambil berhati-hati dengan membawa sebilah belati ditangan kanannya dan bungkusan kain di tangan kirinya.

“Oi, kau orang anak bodoh bisakah kau membantuku menembus Menara itu?”

Pria itu tiba-tiba saja mengeluarkan suaranya dan memecah keheningan yang sebelumnya tercipta.

. “Kemarilah aku tidak akan menyakitimu” ujar pria yang mencurigakan itu. “Aku diperintahkan untuk mencabut nyawa penyihir yang ada di dalam menara itu. Kau tahu, aku masih anak magang belum diberikan kekuatan yang cukup besar untuk menghadapi sihir gelap yang jumlahnya sangat besar seperti itu.”

Claude tidak memahami apa maksud dari perkataannya. Ia dengan sigap langsung melangkah mundur untuk menjauhinya. “Kau, Kau siapa? Kau seorang pembunuh bayaran???” Claude mengacungkan belatinya kepada pria itu saat pria itu mulai mendekati Claude. "Jangan Mendekat!! Aku tidak punya uang seharusnya kau lebih kaya dariku. Aku tahu bayaran seorang pembunuh bayaran tidaklah sedikit, kau akan sia-sia membunuh anak miskin sepertiku.” Tangan, kaki dan seluruh tubuhnya gemetaran setelah melihat sosok yang sebenarnya dari pria itu.

“Sudah kubilang aku tidak akan menyakitimu, menurutlah padaku dan bantu aku memasuki Menara itu.”

Pria itu terus mendekati Claude.

Hingga akhirnya Claude melakukan sedikit perlawanan dengan bergerak secara sembarangan sambil mengacungkan belatinya kepada pria itu, namun hal itu sangatlah konyol bagi pria itu. Pria itu beberapa kali melakukan teleportasi dari pohon ke pohon dari semak semak dan dari tempat ketempat lainnya. Gerakan Claude yang lambat tentu saja membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa.

“Kau ini sangat bodoh, mana mungkin manusia rakyat jelata sepertimu ini ingin membunuhku yang seorang malaikat maut.”

Pria itu tertawa kecil melihat tingkah bodoh dari Claude yang berusaha melawan pria itu.

“Malaikat maut?”

Ujar Claude yang tidak percaya dengan kata-kata pria itu.

“Yaa, namaku adalah Krudzrail malaikat maut junior yang baru mendapatkan tugas untuk kali pertamanya. Sihirku terbatas. Walaupun masih dalam kategori dengan mana yang dan sihir yang cukup besar, tetapi aku masih belum bisa mensucikan energi iblis yang besar seperti ini. Tapi mungkin seniorku Rafael mungkin bisa melakukannya hanya saja senior sedang sibuk di daerah kerajaan Urway”

Krud berbicara Panjang lebar memperkenalkan dirinya, namun Claude masih meragukan malaikat maut yang tampaknya umurnya tidak jauh darinya.

“Aku masih belum percaya dengan omong kosongmu itu, mana ada malaikat yang bisa tampak oleh mata manusia.”

“Kau benar, tapi dibandingkan kau mencurigaiku kau seharusnya bangga karena dirimu special, mungkin seharusnya kau juga pemilik mana sihir yang besar namun sesuatu telah terjadi padamu.”

“Sesuatu? Apa maksudmu?”

“aku tidak akan memberitahumu karena aku tidak ditugaskan untuk hal itu, tugas utamaku adalah mengambil nyawa Espen.”

“Espen?”

“Ya, dia adalah pemilik Menara ini.”

“Lalu apakah kau tau dimana letak Gonstower berada?”

Claude dengan tidak sabar menanyakan Menara penyihir yang ia cari.

“Gonstower? Sepertinya aku pernah mendengarnya. Apakah Menara itu dihuni oleh sebelas para penyihir agung?”

“Aku tidak tahu tapi Ibuku berasal dari sana.”

“Lalu setelah kau menemukan Menara itu, apa yang akan kau perbuat?”

“Aku.., aku juga tidak tahu. Mungkin aku akan bertanya pada para penyihir itu tentang Ibuku.”

“Lalu setelah itu?”

“Aku akan bertanya pada mereka tentang diriku mengapa aku tidak bisa menggunakan sihir. Tidak seperti saudara dan saudariku yang lain.”

“Kalau sekedar itu cukup aku saja juga bisa membantumu.”

Terpopuler

Comments

Yoo Bro

Yoo Bro

saran ku harusnya cuma ngomong kau anak bukan kau orang anak malah kedengaran absurd kalau gitu

2022-11-07

1

Regilius

Regilius

Martin!!!!!!🗿

2022-01-13

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!