7

Semalaman Claude berbincang-bincang dengan Krud, membuatnya tidak bisa tidur. Beragam posisi yang telah ia lakukan tetapi ia masih belum bisa tertidur dengan tenang.

Satu hal yang membuatnya sangat tidak tenang ketika Krud mengatakan bahwa dirinya adalah seorang iblis. Walau bagaimanapun ia tidak pernah melihat sosok iblis selama ia hidup selama 18 tahun ini. namun ia tidak menyangka bahwa dirinya adalah iblis itu sendiri.

Claude pun keluar dari camp militer untuk mencari udara segar. Angin malam yang dingin memainkan baju dan rambut sewarna kuning jerami gandum milik Claude.

"Apakah ini yang ibu harapkan?" Claude memandangi kedua tangannya. Lalu mengepalkan tangannya dan meninju tanah. "Tega sekali kau ibu, jatuh cinta pada seorang pria sampah seperti dia! Dan aku yang harus menanggung semuanya? Lucu sekali Ibu!" Claude berteriak di heningnya malam. Sambil membenamkan dirinya dalam kesedihan, teringat masa lalu ketika ia sering sekali mendapatkan perlakuan tidak pantas oleh saudara-saudaranya.

"Aku bukan Cinderella, yang akan berakhir happy ending!" Setahu Claude putri yang sering di jahati oleh saudara dan ibu tirinya hanya Cinderella. Dia mengumpamakan dirinya sebagai Cinderella, tapi ia seorang pria, Claude tidak mungkin bertemu dengan seorang pangeran yang akan menikahinya. Dalam pikirannya yang sangat kacau itu, ketika ia tahu dirinya seorang iblis.

"Krud kuharap kau tidak membohongiku, walaupun kau malaikat sekalipun dengan kemampuanku yang sekarang aku bisa saja membunuhmu." Claude mengepalkan erat tangannya. Claude bertekad membunuh Krud jika ia berbohong padanya.

Fajar mulai menyingsing. Tidak lama lagi mata hari akan terbit, sungguh pemandangan yang sangat indah jika berada disana. Langit belum sepenuhnya terang bayangan hitam dan matahari yang berwarna jingga besar itu, tepat berada di tengah pandangan Claude sebuah kepak kan sayap besar membentang hingga menutupi pemandangan yang indah itu, namun hal itu menciptakan bayangan baru yang jauh lebih indah.

"Krud!?"

"Claude bersiaplah!" Tatapan tajam dan aura yang menekan udara terasa sangat menakutkan. Bahkan Claude sendiripun merasa sangat ketakutan.

"Krud tunggu dulu!" Claude mencoba menghentikan Krud namun Krud langsung melesat ke hadapannya.

"Tunggu apalagi Claude! Aku sudah mendapatkan perintah dari dewa untuk melakukan perjanjian dengan mu!" Mata Krud yang bersinar memantulkan cahaya itu, benar-benar terasa membuat orang seolah-olah akan segera menemui ajalnya.

"Baiklah! Aku hanya bertanya bagaimana kita melakukan perjanjiannya?" Claude nampaknya masih ragu, namun setelah ia ingat Krud membunuh Espen di menara itu. Claude merasa tidak buruk, ia hanya membunuh orang yang masa hidupnya sudah habis. Itu artinya ia membunuh orang yang sudah menemui ajalnya.

"Kau ini. Kita hanya perlu berjabat tangan saja." Krud mendekat dan menempelkan bibirnya di telinga Claude "atau kau mau yang lebih ekstrim?" Claude dengan insting refleksnya langsung menjauhi Krud.

"Kau sangat mengerikan kawan. Baiklah ayo kita jabat tangan." Claude tersenyum tipis melihat kelakuan Krud yang benar-benar sudah banyak sekali berubah.

Merekapun berjabat tangan, seketika itu sinar yang sangat menyilaukan mata telah mengukir sebuah tato hitam dengan pola yang sangat sederhana namun cukup cocok di tangan Claude.

"Apa ini?" Claude mengeluhkan Tattoo yang terbentuk ditangannya.

"Ini adalah tanda pengikat kau adalah babu ku sekarang. Hahahaha." Krud Tertawa besar namun cukup mengerikan bagi orang biasa yang mendengar tawanya.

"Kau menipuku?" Claude menarik kerah baju milik Krud. Tetapi ia hanya tersenyum.

"Sudah ku katakan sebelumnya untuk menjadi malaikat kau perlu membantuku. Ini adalah tanda pengikat kita. Jika aku mengingkari janji padamu aku akan mati begitupun denganmu. hehehe." Krud tersenyum jahil melihat Claude yang berhasil ia permainkan dengan kata-katanya.

"Kalau begitu apa misi pertamaku?" Claude sangat ingin terburu-buru, ia menginginkan hidup normal kembali setelah ia bisa menjadi malaikat.

"Menang!" Krud mengatakan satu kata ambigu yang membuat Claude mengangkat sebelah alisnya.

"Menang!?"

"Ya, menangkan lah! Peperangan ini, karena misi pertama kita adalah membunuh sebelas penyihir yang menggunakan kekuatan iblis. Nah tuan iblis, bagaimana kau akan mengatasi hal ini?"

"Kalau begitu, Ayo kita diskusikan didalam Camp milikku."

Claude langsung berjalan menuju arah camp miliknya. sedangkan Krud melipat sayapnya dan berjalan mengikuti Claude dari belakang.

"Krud, Sesuai dengan permintaan mu aku sudah belajar banyak dari buku yang kau berikan." Claude memulai pembicaraan awal mereka.

"Itu artinya kau tidak bodoh lagi ya, sayang sekali." Krud pada awalnya ia ingin bercanda namun suara dan nada bicaranya yang datar dan dingin itu membuat candaan itu tidak seperti candaan.

"Hhh, untung aku sudah bisa mengontrol emosi ku." Claude tertawa kecut mendengar ejekan Krud tentang Bagaimana Claude di masa lalu.

Tanpa disadari mereka telah sampai di depan camp milik Claude. Merekapun langsung memasuki Camp tersebut, namun sebelum itu Claude menyuruh seseorang untuk menyedihkan kopi hangat untuknya.

"Apa kau baik-baik saja selama beberapa tahun ini? Aku lupa waktu itu sihir ku tidak cukup untuk membuatmu menjadi orang cerdik dalam satu waktu. Mungkin kepalamu akan merasakan sakit beberapa tahun dahulu." Krud menjelaskan apa yang ia hanya ia jelaskan pada saat beberapa tahun yang lalu.

"Haha, Dasar kau ini. Bilang lebih awal dong, kupikir aku punya penyakit kronis saat kepalaku sakit." Claude langsung duduk di meja kerjanya. Sambil melihat peta yang ia bentangkan sebulan di hadapan para jendral itu.

"Apakah kau mengetahui bagaimana strategi yang di buat oleh para tentara Tarten?" Claude bertanya pada Krud. Apakah ia mengetahui strategi yang dibuat Tarten sebelumnya.

Seorang pelayan wanita dengan wajah merona nya tiba-tiba saja masuk kedalam Camp Claude membawakan secangkir kopi yang Claude pesan.

"Ini kopinya Tuan!" Sahut gadis itu sambil menunduk hormat pada Claude dan kembali keluar dengan nampannya sebelum Claude memanggilnya kembali.

"Hei, gadis dengan kuncir dua!" Claude memanggil gadis itu dengan sebutan yang terdengar aneh.

"Hei, apakah kau tidak bisa memanggil wanita dengan benar?" Krud berbisik pada Claude.

"Diam kau!" Claude menyuruh Krud untuk diam.

"Hoho, beraninya kau menyuruh malaikat maut untuk diam."

"Siapa namamu?" Claude mengabaikan Krud dan bertanya pada gadis yang membawakannya kopi itu.

"Namaku Erina!" Gadis itu tersipu-sipu malu sambil menyebutkan namanya.

Claude menarik tangan gadis itu. "Sini ikut denganku!"

"Hei-hei kau jangan terlalu agresif terhadap wanita!" Krud berusaha menggoda Claude, yang sedang menarik gadis itu kedalam Campnya.

"Diam Krud! Aku punya satu rencana." Claude berusaha mendisiplinkan Krud yang terus menggodanya.

"Hei, apakah kau tahu bagaimana situasi perang saat ini?" Claude berbicara dengan wajah yang begitu dekat dengan gadis itu, yang dimana hal itu membuat gadis itu tak bisa berkata-kata dan wajahnya hanya bertambah merah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!