NovelToon NovelToon

Menjadi Asisten Malaikat Maut

Prolog

Rambut sewarna dengan gandum yang sudah menguning , Claude sepanas Jerami gandum yang tengah dijemur di atas teriknya matahari. Tubuhnya sudah sangat lengket oleh keringat yang mengalir menuruni punggung dan seluruh badannya.

Tidak selayaknya bangsawan yang lain, bajunya penuh dengan pasir. Wajahnya memerah bagaikan tawon marah. Dia sudah berdiri cukup lama untuk mendapatkan hukuman dari Lady Gracia.

Para pelayan telah selesai memberikan hukuman cambuk pada Claude sampai kulitnya memberikan jejak merah yang tampaknya sulit untuk hilang dalam jangka waktu dekat, mungkin saja perlu berminggu-minggu agar luka itu akan hilang dari tubuhnya.

Sungguh keterlaluan, keluarga baron Marquez yang baru turun jabatan itu melampiaskan ketidakpuasannya pada Claude. Seandainya Claude adalah anaknya yang lain, dia akan mendapatkan banyak kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Menjabat sebagai anak haram baron Claude sudah cukup mendapatkan perlakuan yang tidak pantas dari para pelayan dan saudara-saudaranya yang lain.

Claude menggenggam tangannya, yang sebenarnya ia sudah cukup muak dengan semua perlakuan yang dilakukan oleh keluarga baron Marquez.

Namun saat ini perutnya sedang berteriak-teriak memprotes. Claude sudah menahan rasa laparnya sendari tadi pagi. namun Chavis tidak memberikan sepotong roti pun pada Claude.

Ia hanya bisa menelan ludahnya sambil masih berjemur dibawah teriknya sinar matahari di musim panas ini. Laura salah satu adiknya yang paling kecil sebenar tidak tega melihat kakaknya tidak diperlakukan dengan baik oleh keluarganya. namun apa daya laura yang umurnya masih belia dia tidak bisa melakukan apapun kecuali mencuri sepotong roti yang kemudian diam-diam ia berikan pada Claude ketika tidak ada satupun orang yang melihatnya.

Lady Gracia menghentikan hukumannya pada Claude, ia tahu bahwa Chavis memberi isyarat untuk menghentikan hukumannya. Semuanya membubarkan diri mereka masing-masing masuk ke dalam kediaman. Hampir setengah pingsan Claude pun ambruk ke atas tanah berpasir itu. Semua tubuhnya terasa lemas, tidak ada satupun pelayan yang membantunya untuk berdiri.

Terlahir sebagai anak dari Baron Marquez yang sangat miskin merupakan sebuah kutukan terbesar bagi Claude. Ia membalikkan tubuhnya dan melihat matahari yang bersinar terang ke arahnya. membuatnya berpikir bahwa dirinya mungkin suatu saat bisa hidup terbebas dari keluarga busuknya itu.

Menjelang malam waktu tanpa sadar lewat begitu saja. Ruangan yang begitu sempit, berdebu dan gelap bagaikan sebuah penjara bawah tanah. Kamar yang tak layak dihuni oleh manusia. Bahkan bisa dikatakan lebih cocok sebagai sarang tikus atau kecoak. Beberapa kali Claude membereskannya namun saat ia meninggalkan kamarnya beberapa saat saja. Kamarnya akan Kembali seperti semula.

Siapa lagi jika bukan perlakuan dari Carpel yang bisa menggunakan sihir, keluarga bangsawan hampir semuanya dianugerahi sebuah mana sihir yang melimpah, terkecuali untuk Claude. Walaupun ia terlahir dari keluarga bangsawan sekaligus anak dari seorang penyihir agung yang hebat sekaligus. Ia tetap tidak memiliki mana sihir sedikitpun.

Tok..tok..

Terdengar seseorang mengetuk pintu kamar Claude.

“Shi…” Sebuah panggilan terdengar dari celah pintu kamarnya.

Claude menghampiri sumber suara itu dan mengintip dibalik celah pintu. Ia menyipitkan matanya untuk melihat siapa yang memanggil nama panggilannya itu dari balik pintu kamarnya.

Tampak seorang pelayan Wanita muda berumur sekitar tiga puluh tahunan itu dari balik celah pintunya sambal memegang sebatang lilin yang menyala di atas piring tembaga yang cukup tipis.

“Shi, bolehkah aku masuk?” Pelayan itu berbisik pelan sekali dari balik pintu.

Claude membukakan pintunya, membiarkan pelayan itu untuk masuk kedalam kamarnya. Pelayan itupun masuk dengan berhati-hati sambal menutup Kembali pintu kamar itu dengan perlahan-lahan agar tidak menimbulkan suara atau bunyi dari suara engsel pintu yang sudah berkarat.

“Shi aku punya berita bagus, malam ini tuan dan nyonya juga saudara-saudara mu sedang menghadiri pesta jamuan milik Duke Pheron, itu artinya kau bisa kabur malam ini.”

Raut wajah yang sangat senang sekali dari Wanita itu. Tamapknya tidak semua pelayan itu memperlakukannya dengan tidak baik tapi Wanita ini adalah salah satu pelayan yang sangat baik pada Claude dan menjadi satu-satunya orang yang membuat Claude masih bisa hidup sampai saat ini.

“Buat apa?” Claude terdiam sejenak memikirkan kata-kata selanjutnya. Sedangkan pelayan itu menunggu kata-kata selanjutnya yang akan dikatakan oleh Claude. “Mengapa kau membantuku untuk kabur, padahal tadi siang..” Claude sepertinya tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi karena ia adalah anak laki-laki yang sangat cengeng.

“Maaf tadi siang aku memukulmu karena perintah Lady, sebagai gantinya aku akan membantumu keluar dari kediaman. Sebaiknya kau cepat membereskan barang-barangmu kau akan pergi tepat tengah malam ini.”

Wanita itu benar-benar menyayangi Claude seperti adiknya sendiri. Sebenarnya ia tidak ingin Claude pergi, namun ia benar-benar tidak sanggup lagi melihat dirinya setiap hari harus menyiksa Claude karena perintah Lady Gracia dan anak-anaknya.

Tepat tengah malam Claude sudah siap membereskan barang-barang yang harus ia bawa. Ia hanya membawa beberapa Upice uang koin dan juga semua barang peninggalan ibunya. Dalam saku celananya ia membawa sebuah belati kecil jaga-jaga ada seseorang yang berbuat jahat padanya ia bisa melawan.

“Shi apakah kau sudah siap?” pelayan itu meyakinkan Claude untuk memastikan Claude benar-benar siap untuk hidup menghadapi tantangan yang lebih besar lagi diluar sana.

“Aku sudah siap Ra.” Claude benar-benar bersemangat ketika dirinya benar-benar akan keluar dari rumah busuk itu.

Mereka mengendap ngendap keluar. Berhati-hati supaya tidak terlihat oleh penjaga dan pelayan lain. Mereka menelusuri Lorong rumah dengan perlahan lahan tanpa menimbulkan suara, sampai mereka pun tiba di taman belakang rumah, disana terdapat sebuah benteng yang tinggi namun dibalik semak-semak yang tumbuh di bawah dekat benteng itu terdapat lubang anjing yang cukup untuk Claude yang bertubuh kecil itu untuk pergi melewati lubang itu.

Sekian lama mereka meraba semak-semak untuk mencari lubang itu, ternyata lubang itu terletak sedikit lebih ke arah tenggara. Pelayan itu menyibakan semak semak itu membukakan jalan untuk Claude lewati. Tanpa ragu-ragu Claude langsung menjatuhkan dirinya dan merangkak masuk kelubang itu. Claude menundukan kepalanya dan merangkak keluar dari kediaman itu, hingga terakhir pada bagian kakinya ia pun langsung bediri dan membersihkan pakaiannya yang sudah banyak sekali terkena pasir dan tanah.

Claude mendongak ke arah lubang mengisyaratkan kepada pelayan itu untuk segera memberikan bungkusan kain yang berisi barang-barang bawaannya. Dengan Sigap pelayan itu memberikan bungkusan kain itu dengan cepat. Karena ia mulai merasakan suara Langkah seseorang menuju taman belakang sepertinya menurut dari berat langkahnya mungkin seseorang itu adalah penjaga, yang bertugas untuk menjaga pada malam ini.

Sesaat setelah ia mengeluarkan bungkusan kain milik Claude. Pelayan itu segera bersembunyi sehingga ia tidak sempat sama sekali berpamitan pada Claude untuk terakhir kalinya. Ia hanya bisa mendoakan Claude agar ia mendapatkan sebuah perlindungan dari sang pencipta.

2

Claude langsung memahami situasinya ia bergegas cepat mengambil bungkusan kain miliknya dan berlari menjauh dari tembok pagar kediamannya. Claude tahu seharusnya ia mengucapkan selamat tinggal pada Ren karena telah banyak sekali membantunya termasuk bantuan kali terakhirnya saat ini, namun takdir berkata lain Claude berpikir mungkin ia ditakdirkan untuk bertemu dengannya lagi suatu saat, sehingga sang pencipta tidak membiarkan mereka berdua untuk mengucapkan salam perpisahan.

Claude memicingkan mata, memandang lebarnya ladang gandum di wilayah pertanian milik Baron Marquez. Titik-titik embun mengalir di wajahnya, matanya tidak begitu lancar memandang jalan yang digambarkan oleh Ren, karena kabut kelabu yang entah dari mana asalnya itu tiba-tiba saja turun menghalangi pandangannya.

Sebuah suara dari balik kabut mengejutkannya. “Kwak..kwak..” Claude bergidik takut saat mendengar suara burung gagak yang membuatnya terkejut setengah mati. “Apakah pilihan yang kubuat untuk kabur dari kediaman Baron adalah pilihan yang salah.” Dalam hatinya sama sekali sangat tidak tenang, ia sedikit menyesal meninggalkan rumah hanya karena ia sudah tidak sanggup lagi berada dibawah tekanan keluarganya.

Setelah sekian lama ia berjalan mengandalkan instingnya ia sampai di daerah pinggiran hutan yang tidak jauh dengan perbatasan negara Tarten tepat ketika Fajar mulai menyingsing. Itu artinya ia berhasil kabur dari rumahnya dan Ayah atau saudaranya sekali pun tidak mungkin bisa mengejarnya lagi ketika ia sudah memasuki hutan.

Tujuan pelarian Claude adalah Menara Agung dimana Menara itu dahulunya merupakan tempat tinggal ibunya dahulu sebelum ia jatuh cinta pada baron Marquez dan meninggalkan segalanya. Menurut peta yang digambarkan oleh Ren. Menara itu terletak tepat berada di jurang perbatasan  negara Tarten. Namun disisi lain gambar yang dibuat oleh Rain sama sekali tidak jelas bagaimana detailnya ia bisa sampai ke daerah itu.

Untuk kali keduanya Claude harus mengandalkan instingnya. Ia menelusuri hutan dengan mengikuti sebuah tumbuhan yang sangat disukai oleh mana sihir. Hingga akhirnya Claude menemukan sebuah Menara hitam gelap yang dipenuhi oleh banyak sekali energi negatif. Menara yang hitam dan gelap, namun cukup banyak terkena cahaya matahari. Dari bentuknya mirip dengan Menara berhantu atau Menara yang ditinggali oleh seorang nenek sihir berumur ribuan tahun seperti dalam sebuah film atau buku-buku yang ia pernah baca sesekali sebelumnya.

Claude mengamati Menara itu dari kejauhan. Claude sangat yakin bahwa Menara tempat tinggal ibunya dahulu tidak mungkin adalah Menara yang banyak sekali dikelilingi oleh hawa kegelapan yang mencekam seperti energi iblis seperti ini.

Saat Claude semakin mendekat ke arah Menara itu ia menyadari bahwa ada seseorang yang sama-sama sedang mengamati Menara itu. Melihat cara berpakaian pria itu, Claude mencurigai pria itu berasal dari negara Tarten. Karena ia paham betul bagaimana cara berpakaian bangsawan maupun rakyat di kerajaannya.

Perlahan-lahan Claude mengeluarkan belati kecilnya untuk berhati-hati jikalau orang itu melihatnya. Claude begitu waspada pada pria itu, pakaiannya yang serba hitam membuatnya sangat yakin bahwa orang itu merupakan seseorang yang memiliki niatan jahat untuk Menara itu. Perlahan-lahan Claude mendekati pria itu, sambil berhati-hati dengan membawa sebilah belati ditangan kanannya dan bungkusan kain di tangan kirinya.

“Oi, kau orang anak bodoh bisakah kau membantuku menembus Menara itu?”

Pria itu tiba-tiba saja mengeluarkan suaranya dan memecah keheningan yang sebelumnya tercipta.

. “Kemarilah aku tidak akan menyakitimu” ujar pria yang mencurigakan itu. “Aku diperintahkan untuk mencabut nyawa penyihir yang ada di dalam menara itu. Kau tahu, aku masih anak magang belum diberikan kekuatan yang cukup besar untuk menghadapi sihir gelap yang jumlahnya sangat besar seperti itu.”

Claude tidak memahami apa maksud dari perkataannya. Ia dengan sigap langsung melangkah mundur untuk menjauhinya. “Kau, Kau siapa? Kau seorang pembunuh bayaran???” Claude mengacungkan belatinya kepada pria itu saat pria itu mulai mendekati Claude. "Jangan Mendekat!! Aku tidak punya uang seharusnya kau lebih kaya dariku. Aku tahu bayaran seorang pembunuh bayaran tidaklah sedikit, kau akan sia-sia membunuh anak miskin sepertiku.” Tangan, kaki dan seluruh tubuhnya gemetaran setelah melihat sosok yang sebenarnya dari pria itu.

“Sudah kubilang aku tidak akan menyakitimu, menurutlah padaku dan bantu aku memasuki Menara itu.”

Pria itu terus mendekati Claude.

Hingga akhirnya Claude melakukan sedikit perlawanan dengan bergerak secara sembarangan sambil mengacungkan belatinya kepada pria itu, namun hal itu sangatlah konyol bagi pria itu. Pria itu beberapa kali melakukan teleportasi dari pohon ke pohon dari semak semak dan dari tempat ketempat lainnya. Gerakan Claude yang lambat tentu saja membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa.

“Kau ini sangat bodoh, mana mungkin manusia rakyat jelata sepertimu ini ingin membunuhku yang seorang malaikat maut.”

Pria itu tertawa kecil melihat tingkah bodoh dari Claude yang berusaha melawan pria itu.

“Malaikat maut?”

Ujar Claude yang tidak percaya dengan kata-kata pria itu.

“Yaa, namaku adalah Krudzrail malaikat maut junior yang baru mendapatkan tugas untuk kali pertamanya. Sihirku terbatas. Walaupun masih dalam kategori dengan mana yang dan sihir yang cukup besar, tetapi aku masih belum bisa mensucikan energi iblis yang besar seperti ini. Tapi mungkin seniorku Rafael mungkin bisa melakukannya hanya saja senior sedang sibuk di daerah kerajaan Urway”

Krud berbicara Panjang lebar memperkenalkan dirinya, namun Claude masih meragukan malaikat maut yang tampaknya umurnya tidak jauh darinya.

“Aku masih belum percaya dengan omong kosongmu itu, mana ada malaikat yang bisa tampak oleh mata manusia.”

“Kau benar, tapi dibandingkan kau mencurigaiku kau seharusnya bangga karena dirimu special, mungkin seharusnya kau juga pemilik mana sihir yang besar namun sesuatu telah terjadi padamu.”

“Sesuatu? Apa maksudmu?”

“aku tidak akan memberitahumu karena aku tidak ditugaskan untuk hal itu, tugas utamaku adalah mengambil nyawa Espen.”

“Espen?”

“Ya, dia adalah pemilik Menara ini.”

“Lalu apakah kau tau dimana letak Gonstower berada?”

Claude dengan tidak sabar menanyakan Menara penyihir yang ia cari.

“Gonstower? Sepertinya aku pernah mendengarnya. Apakah Menara itu dihuni oleh sebelas para penyihir agung?”

“Aku tidak tahu tapi Ibuku berasal dari sana.”

“Lalu setelah kau menemukan Menara itu, apa yang akan kau perbuat?”

“Aku.., aku juga tidak tahu. Mungkin aku akan bertanya pada para penyihir itu tentang Ibuku.”

“Lalu setelah itu?”

“Aku akan bertanya pada mereka tentang diriku mengapa aku tidak bisa menggunakan sihir. Tidak seperti saudara dan saudariku yang lain.”

“Kalau sekedar itu cukup aku saja juga bisa membantumu.”

3

“Kalau begitu bagaimana kau bisa membuatku yang tidak memiliki mana sihir ini, bisa menggunakan sihir.”

“Bagaimana seorang rakyat jelata berangan-angan memiliki sihir? Hmm.. cukup menarik.”

“Hei, aku ini seorang bangsawan. Kau berani menghina keluarga bangsawan?”

“Ternyata kau seorang bangsawan kupikir kau adalah gelandangan yang lewat. Tadi kau bilang kau adalah anak yang miskin.”

“Hei, beraninya kau membalikan perkataanku!.”

"Aku hanya berbicara fakta, karena pakaianmu itu mirip sekali dengan gelandangan. Sebentar aku akan memberikanmu sebuah mana yang sangat besar, tapi setelah kau membantuku bagaimana?”

“Ternyata kau lebih cocok menjadi iblis yang licik dibandingkan menjadi malaikat ya.”

“Hei, aku ini calon malaikat agung, kau tidak boleh membandingkan aku dengan para iblis.”

“Kalau begitu kau beri aku mana sihir itu terlebih dahulu. Kau pikir bagaimana bisa aku masuk tanpa sihir atau mantra apapun.”

“Baiklah, tapi kau jangan berteriak.”

Krud mulai memejamkan matanya, berpura-pura sedang mengumpulkan mana yang sangat besar, namun sebenarnya ia sedang menggunakan sihir peledak. Sehingga ketika sihir itu mengenai Claude, ia pun terpental jauh masuk kedalam Menara itu. Tanpa disangka dugaan Krud benar jika sihir itu hanya menolak semua makhluk yang memiliki mana sihir saja, sedangkan untuk rakyat jelata yang tidak memiliki sihir. Sihir perlindungan itu tidak memiliki pengaruh apapun.

"Aaarghhh.."

Claude berteriak ketika dirinya terhempas di udara dan menabrak menara itu.

“Semua sihir yang hebat sekalipun memiliki kelemahan.” Krud tersenyum tipis karena berhasil menemukan kelemahan dari sihir perlindungan Menara itu. “Espen! Lihatlah aku sudah berhasil menembus mantra pelindungmu yang lemah ini.” Krud berteriak untuk memancing Espen keluar dari Menara itu. Sementara itu selama sihir perlindungan itu belum hilang, Ia sebenarnya masih belum bisa memasuki menara itu.

“Dasar kau bocah malaikat tidak berguna! Beraninya kau mau mengambil nyawaku. Kau tidak tahu aku ini adalah Penyihir Abadi, selamanya kau tidak bisa mengambil nyawaku.” Espen benar-benar marah dengan perlakuan yang dilakukan oleh Krud. Espen pun turun untuk melihat keadaan  pintu depan Menara yang berhasil ditembus oleh Claude.

Sedangkan saat itu Claude sedang dalam keadaan terjatuh tersungkur di atas lantai, Ia merasakan kepalanya agak sedikit pusing. Saat itu juga Espen melihat Claude yang sedang terbaring lemas karena kepalanya terbentur sangat keras sekali saat ia terpental jauh oleh sihir yang dibuat oleh krud.

“Berani-beraninya bocah malaikat itu menipuku. Dia hanya mengirimkan bocah tidak berguna ini untuk melawanku? Mimpi saja. Aku ini seorang penyihir abadi aku sudah hidup puluhan ributahun di dunia ini.” Espen Benar-benar marah pada Krud. Sehingga ia pun bermaksud untuk membunuh Claude dan mengirimnya keluar kehadapan Krud.

“Kyaaa… ada nenek sihir betulan…”

Claude berteriak ketakutan layaknya seorang bocah balita.

“Hei, kau mengapa kau mau menjadi alat dari si bocah Malaikat itu?”

Espen bertanya dengan tegas, kepada Claude yang sedang menyembunyikan dirinya dibalik bajunya.

“Ternyata orang itu benar-benar malaikat? Sepertinya dia tidak cocok menjadi malaikat, karena malaikat tidak pernah menipu.”

Claude mencoba untuk bangun sambil menutupi dirinya karena, ia merasa takut sekali dengan sosok Espen yang sangat menyeramkan baginya. Dengan rambut gimbal mata hitam hidung panjang dan bengkok, tubuhnya sangat tinggi namun sedikit kurus untuk ukuran setinggi itu, wajahnya begitu banyak keriput karena ia sudah hidup puluhan ribu tahun.

“Berbohong???.”

“Ya, karena ia menipuku dan melemparku ke dalam menara ini.” Claude dengan bodohnya berkata dengan penuh semangat menjelek-jelekkan Krud.

Espen tidak peduli dengan perkataan Claude. Ia menyerang Claude dengan sihir yang begitu besar. Claude bergidik ketakutan merasakan hawa yang sangat menyeramkan datang dari sosok Espen.

Hingga kejadian tidak terduga pun terjadi. Liontin yang digunakan oleh Claude tiba-tiba saja bersinar dengan sendirinya. Liontin itu melahap semua mana sihir milik Espen. Claude tidak melihat apapun, sebab saat liontin itu menyerap mana sihir milik Espen ia hanya sibuk menutupi dirinya dengan ketakutan.

“Bagaimana mungkin kau melakukannya?” Ujar Espen yang terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Claude.

“Aku? Memangnya aku melakukan apa?” Claude membuka matanya, ternyata tidak ada apapun yang terjadi.

Seketika itu juga mantra perlindungan milik Espen ikut menghilang. Ketika melihat mantra perlindungan menghilang dengan segera Krud segera melesat menemui Espen untuk segera mengambil nyawanya. Saat itu Krud sampai di hadapan Espen. Ketika itu Espen hendak membunuh Claude dengan sebilah pedang yang sangat tajam. Pedang yang ia selalu bawa didalam tubuhnya ketika keadaan darurat, namun Krud berhasil menerobos Menara itu dan menyelamatkan Claude.

“Berhenti!!!”

Krud berteriak pada Espen, sehingga Espen pun ketakutan. Espen berusaha mengeluarkan mantra-mantra sihir, namun semuanya sia-sia tidak ada satupun sihir yang keluar dari mantranya. Espen benar-benar ketakutan. Ia tidak bisa lagi melawan Krud. Untuk kabur saja ia sepertinya sudah terlambat. Krud memunculkan sabit miliknya tanpa merapalkan mantra dan Sabit itu pun muncul. Sambil tertawa bengins Akhirnya Krud bisa mengeksekusi Espen dengan sabitnya itu. Krud mengantarkan roh Espen ke gerbang kematian dengan kekuatan pembuka dimensi miliknya. Sementara itu ia meninggalkan Claude sendirian di dalam Menara itu.

“Dasar malaikat penipu! Mana janjimu akan memberikanku sebuah mana sihir!.” Claude berteriak ketika ia menyadari bahwa dirinya telah ditinggalkan sendirian oleh Krud di dalam Menara itu.

Ketika itu juga Krud Kembali lagi dalam sekejap mata. Krud tersenyum puas atas prestasi yang dilakukan oleh Claude tanpa sengaja.

“Ternyata kau lebih menarik, daripada yang kuduga. Awalnya aku tidak percaya mengapa Bangsawan sepertimu tidak memiliki Mana sihir sedikitpun. Itu karena sesuatu yang jauh lebih hebat dari dirimu dan itu sangat luar biasa. Kau harus tahu itu.”

“Apa maksudmu? Jangan berbicara omong kosong, Cepat beri aku mana sihir yang kau janjikan itu.”

“Bagaimana jika aku menawarkan penawaran? Aku akan memberikanmu kemampuan yang lain yang lebih cocok untukmu?”

“Tidak, aku menolak dengan tegas aku hanya menginginkan menjadi penyihir yang hebat seperti ibuku.”

“(Dasar bodoh, sudah kuberitahu jika mana sihir itu tidak ada gunanya lagi bagi dirinya. Tapi ini sangat menguntungkan dengan begini dia hanya  akan menjadi orang bodoh untuk selama-lamanya).” Dalam hatinya krud memikirkan betapa beruntungnya ia terbantu dengan orang yang sangat bodoh seperti Claude. Krud tersenyum licik. “Oke akan aku kabulkan permintaanmu itu nak, mantranya adalah Krudzrail adalah peri yang sangat baik hati, ketika itu sebagian Mana milikku akan berpindah ke dalam tubuhmu.” Lagi-lagi Krud tersenyum licik karena telah membodohi Claude.

“Apa? Mantra macam apa itu? Apa kau pikir aku ini bodoh harus menyebutmu baik hati. Padahal kau sudah beberapa kali menipuku? Apa jadinya kalau aku kebetulan bertemu seniormu dan mengatakan bahwa kau sudah beberapa kali berbohong padaku, aku yakin bahwa malaikat yang berbohong akan terkena hukuman yang sangat berat sekali.”

“Apa kau mencoba mengancamku?”

“Tentu saja, jika tidak malaikat amatir sepertimu ini akan bertindak seenaknya dan mengambil nyawa orang yang tidak bersalah.”

“Apa kau ingin mencoba mati sekali saja?”

“Mana ada malaikat yang emosian sepertimu.”

“Dasar bocah bodoh, aku ini sudah hidup 1700 tahun.”

“Aku yakin itu umur seorang bocah untuk seukuran malaikat sepertimu.”

Claude benar-benar membuat emosi Krud terpancing.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!