Sang Dewi Pembalasan
“Aku mohon kembalikan anakku.”
Seorang wanita bersurai panjang pink tengah berlutut memohon sepenuh hati di hadapan saudara perempuannya. Sepasang netra violet miliknya basah karena deraian air mata, meski penglihatannya tidak lagi berfungsi, tapi bulir-bulir air mata itu masih bisa berjatuhan deras. Kedua kakinya lumpuh, penampilannya juga kusut dan kusam, serta bekas luka di wajahnya menutupi kecantikan yang pernah diagung-agungkan banyak orang.
Saat ini dia tengah berada di penjara bawah tanah, ia dikurung di dalam sel kumuh nan lembab, tidur pun hanya beralas tumpukan jerami saja. Tidak ada selimut untuk menghangatkan badan, tidak ada pencahayaan yang cukup, dan tidak ada celah udara untuk masuk. Rasa sepi kerap dia rasakan, sebab di sana tidak ada orang lain selain dirinya. Penjara itu adalah penjara yang sudah lama ditinggalkan, namun orang-orang dengan tega mengurungnya di tempat buruk seperti itu.
“Anakmu? Dia sudah mati.”
Begitu mudahnya bagi perempuan itu mengucapkan fakta menyakitkan di hadapan adik perempuannya. Ekspresi tanpa beban yang ia tunjukkan terlihat terlalu menyebalkan, meski penampilannya cantik, tapi hatinya tidak menunjukkan kecantikan sedikit pun. Dia membuat sang adik mendekam di balik jeruji besi, tuduhan pembunuhan diarahkan kepada saudarinya.
“Apa? Kau jangan bercanda! Anakku tidak mungkin mati. Bukankah kalian berjanji akan membiarkan anakku hidup? Lalu kenapa sekarang kau mengatakan anakku mati? Jelaskan padaku!”
Wanita itu menuntut penjelasan, dia berharap kalau itu hanyalah sekedar berita bohong yang dituturkan oleh kakaknya. Anak laki-lakinya masih berusia 5 tahun, seperti anak-anak pada umumnya dia suka bermain dan tidak mengerti mengenai apa yang sudah ditimpa oleh sang Ibu.
“Aku tidak bercanda, apa kau tidak bisa melihat wajah seriusku? Ahh aku lupa, kau kan buta. Jadi, mana mungkin kau bisa melihat wajahku.”
Dia tertawa mengejek adiknya yang memohon-mohon padanya, tidak ada secercah kebaikan terpancar dari mimik wajah cantik itu.
Krieett
Pintu masuk tiba-tiba saja ternganga, terdengar sepasang derap langkah kaki menghampiri mereka. Seorang pria bertubuh jangkung berdiri dengan angkuh di hadapan wanita bersimpuh tersebut, sorot pupil hitamnya terlihat merendahkan wanita itu.
“Aku dengar kau meminta anakmu kembali, ini anakmu.”
Sebuah kepala anak kecil dilemparkan oleh pria itu ke pangkuannya, ia meraba-raba kepala itu apakah benar anaknya atau bukan. Rupanya benar, anaknya berusia 5 tahun yang ia besarkan sepenuh hati mati dengan sia-sia tanpa bisa merasakan kebahagiaan hidup. Wanita itu menangis histeris seketika, ia memeluk lekat kepala anaknya yang tanpa tubuh.
“Anakku… apa salah anakku kepada kalian? APA SALAHNYA? LEOANRD! BUKANKAH CRISPIN ADALAH ANAKMU? Tapi mengapa? Mengapa kau tega membunuhnya?”
Pria berambut blonde itu bernama Leonard yang diduga sebagai Ayah Crispin, anak dari wanita lumpuh tersebut.
“Hahaha apa kau bilang? Crispin anakku? Tidak Krystal! Crispin belum tentu anakku. Sejujurnya, malam setelah kita menikah bukan hanya aku saja yang menidurimu.”
Leonard mengungkapkan fakta mengejutkan, Krystal nama wanita lumpuh itu tersentak kaget atas penuturan Leonard.
“Apa maksudmu? Bukan hanya kau saja yang meniduriku?”
“Selirku yang lain juga menidurimu, wajar saja kau tidak menyadarinya karena malam itu kau aku beri obat tidur. Apa kau menikmati malam itu adikku tercinta?”
“EMILIA!” sergah Krystal emosi.
Bugh!
Leonard menendang dada Krystal, hal itu membuat Krystal tersungkur dan menahan pedih atas perlakuan Leonard padanya. Padahal dia sangat mencintai Leonard, mempercayai setiap perkataan yang terucap dari mulut manisnya, tapi ternyata itu hanyalah sebuah kebohongan belaka. Krystal merasa tertipu, terluka, sekaligus kecewa kepada dirinya sendiri.
“Beraninya kau meninggikan suara pada Yang Mulia Putri Emilia!” bentak Leonard, ia membela saudara perempuan Krystal secara terang-terangan di hadapannya.
Krystal berusaha bangkit, dibanding hatinya, luka tendangan Leonard bukanlah apa-apa bagi Krystal. Entah dosa apa yang telah ia lakukan kepada sang suami tercinta hingga membuatnya berperilaku tidak adil kepada dia.
“Apa salahku kepada kalian? Kenapa kalian tega padaku?” Krystal tak kuasa menahan tangisnya, dia ingin marah tapi tidak bisa, dia ingin mengamuk tapi ia tidak punya kekuatan untuk itu. Tidak ada yang bisa diharapkan dari tubuh lemah nan cacat itu.
“Sebenarnya kau tidak punya salah selain wajahmu yang melebihi kecantikanku. Akan tetapi, asal kau tahu di istana ini tidak ada yang mengharapkan kehadiranmu, Leonard sejak awal adalah milikku. Aku memerintahkannya untuk mendekatimu, membuatmu jatuh cinta, lalu menghancurkanmu berkeping-keping.”
Perkataan Emilia terdengar menyakitkan, hati kecil nan rapuh milik Krystal tersayat seketika. Ketulusan yang ia berikan kepada Leonard hanyalah sebatas permainan saja untuk menghibur mereka di dalam jebakan tak berdasar. Emilia selaku kakak perempuannya begitu kejam memfitnah hingga menghancurkan dirinya tanpa jeda.
“Kau bodoh! Kau tertipu oleh permainanku. Apa kau benar-benar mengira Leonard tulus padamu? Kau bermimpi terlalu jauh, cepat bangun kau dari mimpi itu dasar tidak berguna! Keberadaanmu hanya parasit bagi Kekaisaran Albertine. Tidak ada gunanya menjadi cantik jika otakmu tidak berisi, menjijikkan!” Emilia menoyor kepala Krystal, tidak ada perlawanan dari Krystal terhadap perlakuan Emilia.
“Sudah untung kau ditampung untuk hidup di istana ini, mestinya kau bersyukur. Wajah cantikmu itu terbuang sia-sia, apa kau bisa melihat betapa sempurnanya Yang Mulia Putri Emilia? Selain cantik, beliau juga merupakan satu-satunya saintess yang dihormati oleh seluruh orang di muka bumi ini. Sedangkan kau, tidak lebih berharga dari sebuah sampah!” Leonard menghina dan membanding-bandingkan Krystal dengan Emilia.
“PEMBUNUH! PEMBOHONG! KALIAN BERDUA TIDAK PANTAS UNTUK HIDUP BAHAGIA!” teriak Krystal penuh emosi menggebu-gebu.
Plakkk
Emilia melayangkan tamparan cukup keras ke pipi Krystal, terpaksa ia harus menghentikan teriakannya pada Emilia dan Leonard. Kemudian Emilia dengan kasar mencengkram rambut Krystal, ia menariknya kuat dan membuat kulit kepala Krystal seakan terlepas.
“Wanita murahan sepertimu ini memang tidak bisa dibiarkan hidup lebih lama, jangan bangga karena kau mempunyai wajah lebih cantik dariku. Kau tahu sendiri bahwa wajah cantik tidak berguna di sini, yang paling utama itu adalah otak sekaligus kekuatan. Sementara kau sendiri, apa yang bisa disombongkan? Kau itu aib! Lahir dari rahim seorang selir yang notabenenya adalah seorang wanita penghibur. Melihat wajahmu saja aku sangat muak!” Emilia mendorong tubuh Krystal, tidak ada daya ia melawan Emilia.
Krystal memang terlahir dari seorang selir yang dulunya merupakan wanita penghibur, meski begitu ia tidak pernah melihat langsung seperti apa wajah Ibunya, sebab sang Ibu sudah meninggal lebih dulu sebelum ia sempat mengenalinya. Kaisar adalah Ayah kandungnya, namun Krystal tidak mendapat perlindungan darinya karena Krystal dikenal memiliki otak yang bodoh sehingga Kaisar menganggap keberadaan Krystal sebagai aib kekaisaran. Orang-orang memandang remeh Krystal, tidak ada satu pun orang yang mau membela dia.
“Apa aku salah terlahir tidak pintar dan kuat seperti kalian? APA AKU SALAH? AKU JUGA TIDAK MENGINGINKAN HIDUP SEPERTI INI. AKU TID—”
Jlebb!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
nuke
mulai baca thorr
2022-02-14
0
AK_Wiedhiyaa16
Kejam..
Awas lu Emilia gw tandain😁
2022-01-20
0
senja
itu anak Emilia sm Leonard juga?
apa nanti ternyata anak Krystal itu bukan Leonard beneran?
2022-01-08
0