NovelToon NovelToon

Sang Dewi Pembalasan

Sebuah Kebohongan

“Aku mohon kembalikan anakku.”

Seorang wanita bersurai panjang pink tengah berlutut memohon sepenuh hati di hadapan saudara perempuannya. Sepasang netra violet miliknya basah karena deraian air mata, meski penglihatannya tidak lagi berfungsi, tapi bulir-bulir air mata itu masih bisa berjatuhan deras. Kedua kakinya lumpuh, penampilannya juga kusut dan kusam, serta bekas luka di wajahnya menutupi kecantikan yang pernah diagung-agungkan banyak orang.

Saat ini dia tengah berada di penjara bawah tanah, ia dikurung di dalam sel kumuh nan lembab, tidur pun hanya beralas tumpukan jerami saja. Tidak ada selimut untuk menghangatkan badan, tidak ada pencahayaan yang cukup, dan tidak ada celah udara untuk masuk. Rasa sepi kerap dia rasakan, sebab di sana tidak ada orang lain selain dirinya. Penjara itu adalah penjara yang sudah lama ditinggalkan, namun orang-orang dengan tega mengurungnya di tempat buruk seperti itu.

“Anakmu? Dia sudah mati.”

Begitu mudahnya bagi perempuan itu mengucapkan fakta menyakitkan di hadapan adik perempuannya. Ekspresi tanpa beban yang ia tunjukkan terlihat terlalu menyebalkan, meski penampilannya cantik, tapi hatinya tidak menunjukkan kecantikan sedikit pun. Dia membuat sang adik mendekam di balik jeruji besi, tuduhan pembunuhan diarahkan kepada saudarinya.

“Apa? Kau jangan bercanda! Anakku tidak mungkin mati. Bukankah kalian berjanji akan membiarkan anakku hidup? Lalu kenapa sekarang kau mengatakan anakku mati? Jelaskan padaku!”

Wanita itu menuntut penjelasan, dia berharap kalau itu hanyalah sekedar berita bohong yang dituturkan oleh kakaknya. Anak laki-lakinya masih berusia 5 tahun, seperti anak-anak pada umumnya dia suka bermain dan tidak mengerti mengenai apa yang sudah ditimpa oleh sang Ibu.

“Aku tidak bercanda, apa kau tidak bisa melihat wajah seriusku? Ahh aku lupa, kau kan buta. Jadi, mana mungkin kau bisa melihat wajahku.”

Dia tertawa mengejek adiknya yang memohon-mohon padanya, tidak ada secercah kebaikan terpancar dari mimik wajah cantik itu.

Krieett

Pintu masuk tiba-tiba saja ternganga, terdengar sepasang derap langkah kaki menghampiri mereka. Seorang pria bertubuh jangkung berdiri dengan angkuh di hadapan wanita bersimpuh tersebut, sorot pupil hitamnya terlihat merendahkan wanita itu.

“Aku dengar kau meminta anakmu kembali, ini anakmu.”

Sebuah kepala anak kecil dilemparkan oleh pria itu ke pangkuannya, ia meraba-raba kepala itu apakah benar anaknya atau bukan. Rupanya benar, anaknya berusia 5 tahun yang ia besarkan sepenuh hati mati dengan sia-sia tanpa bisa merasakan kebahagiaan hidup. Wanita itu menangis histeris seketika, ia memeluk lekat kepala anaknya yang tanpa tubuh.

“Anakku… apa salah anakku kepada kalian? APA SALAHNYA? LEOANRD! BUKANKAH CRISPIN ADALAH ANAKMU? Tapi mengapa? Mengapa kau tega membunuhnya?”

Pria berambut blonde itu bernama Leonard yang diduga sebagai Ayah Crispin, anak dari wanita lumpuh tersebut.

“Hahaha apa kau bilang? Crispin anakku? Tidak Krystal! Crispin belum tentu anakku. Sejujurnya, malam setelah kita menikah bukan hanya aku saja yang menidurimu.”

Leonard mengungkapkan fakta mengejutkan, Krystal nama wanita lumpuh itu tersentak kaget atas penuturan Leonard.

“Apa maksudmu? Bukan hanya kau saja yang meniduriku?”

“Selirku yang lain juga menidurimu, wajar saja kau tidak menyadarinya karena malam itu kau aku beri obat tidur. Apa kau menikmati malam itu adikku tercinta?”

“EMILIA!” sergah Krystal emosi.

Bugh!

Leonard menendang dada Krystal, hal itu membuat Krystal tersungkur dan menahan pedih atas perlakuan Leonard padanya. Padahal dia sangat mencintai Leonard, mempercayai setiap perkataan yang terucap dari mulut manisnya, tapi ternyata itu hanyalah sebuah kebohongan belaka. Krystal merasa tertipu, terluka, sekaligus kecewa kepada dirinya sendiri.

“Beraninya kau meninggikan suara pada Yang Mulia Putri Emilia!” bentak Leonard, ia membela saudara perempuan Krystal secara terang-terangan di hadapannya.

Krystal berusaha bangkit, dibanding hatinya, luka tendangan Leonard bukanlah apa-apa bagi Krystal. Entah dosa apa yang telah ia lakukan kepada sang suami tercinta hingga membuatnya berperilaku tidak adil kepada dia.

“Apa salahku kepada kalian? Kenapa kalian tega padaku?” Krystal tak kuasa menahan tangisnya, dia ingin marah tapi tidak bisa, dia ingin mengamuk tapi ia tidak punya kekuatan untuk itu. Tidak ada yang bisa diharapkan dari tubuh lemah nan cacat itu.

“Sebenarnya kau tidak punya salah selain wajahmu yang melebihi kecantikanku. Akan tetapi, asal kau tahu di istana ini tidak ada yang mengharapkan kehadiranmu, Leonard sejak awal adalah milikku. Aku memerintahkannya untuk mendekatimu, membuatmu jatuh cinta, lalu menghancurkanmu berkeping-keping.”

Perkataan Emilia terdengar menyakitkan, hati kecil nan rapuh milik Krystal tersayat seketika. Ketulusan yang ia berikan kepada Leonard hanyalah sebatas permainan saja untuk menghibur mereka di dalam jebakan tak berdasar. Emilia selaku kakak perempuannya begitu kejam memfitnah hingga menghancurkan dirinya tanpa jeda.

“Kau bodoh! Kau tertipu oleh permainanku. Apa kau benar-benar mengira Leonard tulus padamu? Kau bermimpi terlalu jauh, cepat bangun kau dari mimpi itu dasar tidak berguna! Keberadaanmu hanya parasit bagi Kekaisaran Albertine. Tidak ada gunanya menjadi cantik jika otakmu tidak berisi, menjijikkan!” Emilia menoyor kepala Krystal, tidak ada perlawanan dari Krystal terhadap perlakuan Emilia.

“Sudah untung kau ditampung untuk hidup di istana ini, mestinya kau bersyukur. Wajah cantikmu itu terbuang sia-sia, apa kau bisa melihat betapa sempurnanya Yang Mulia Putri Emilia? Selain cantik, beliau juga merupakan satu-satunya saintess yang dihormati oleh seluruh orang di muka bumi ini. Sedangkan kau, tidak lebih berharga dari sebuah sampah!” Leonard menghina dan membanding-bandingkan Krystal dengan Emilia.

“PEMBUNUH! PEMBOHONG! KALIAN BERDUA TIDAK PANTAS UNTUK HIDUP BAHAGIA!” teriak Krystal penuh emosi menggebu-gebu.

Plakkk

Emilia melayangkan tamparan cukup keras ke pipi Krystal, terpaksa ia harus menghentikan teriakannya pada Emilia dan Leonard. Kemudian Emilia dengan kasar mencengkram rambut Krystal, ia menariknya kuat dan membuat kulit kepala Krystal seakan terlepas.

“Wanita murahan sepertimu ini memang tidak bisa dibiarkan hidup lebih lama, jangan bangga karena kau mempunyai wajah lebih cantik dariku. Kau tahu sendiri bahwa wajah cantik tidak berguna di sini, yang paling utama itu adalah otak sekaligus kekuatan. Sementara kau sendiri, apa yang bisa disombongkan? Kau itu aib! Lahir dari rahim seorang selir yang notabenenya adalah seorang wanita penghibur. Melihat wajahmu saja aku sangat muak!” Emilia mendorong tubuh Krystal, tidak ada daya ia melawan Emilia.

Krystal memang terlahir dari seorang selir yang dulunya merupakan wanita penghibur, meski begitu ia tidak pernah melihat langsung seperti apa wajah Ibunya, sebab sang Ibu sudah meninggal lebih dulu sebelum ia sempat mengenalinya. Kaisar adalah Ayah kandungnya, namun Krystal tidak mendapat perlindungan darinya karena Krystal dikenal memiliki otak yang bodoh sehingga Kaisar menganggap keberadaan Krystal sebagai aib kekaisaran. Orang-orang memandang remeh Krystal, tidak ada satu pun orang yang mau membela dia.

“Apa aku salah terlahir tidak pintar dan kuat seperti kalian? APA AKU SALAH? AKU JUGA TIDAK MENGINGINKAN HIDUP SEPERTI INI. AKU TID—”

Jlebb!

Kematian Tragis

Jlebb!

Leonard menarik pedang dari sarungnya kemudian ia menghunuskannya tepat pada jantung Krystal. Hunusan pedang tersebut langsung membuat Krystal berada di dalam keadaan sekarat. Menyaksikan nyawa Krystal tengah berada di ujung tanduk merupakan kesenangan tersendiri bagi Leonard dan Emilia. Mereka berdua bahkan dengan teganya tertawa di hadapan Krystal yang kesakitan dan berusaha menjaga kesadarannya.

“Hahaha rasakan! Makanya kau jangan berani-beraninya meninggikan suaramu padaku. Kau kan tahu sendiri kalau tidak akan ada orang yang membelamu, bahkan saat kau sekarat seperti ini kau masih sendirian sampai hembusan napas terakhirmu,” ucap Emilia.

Di sela kesadaran yang masih tersisa, Krystal mengingat betapa menderita hidupnya selama ini. Diabaikan, dihina, dicaci maki, dan disiksa sampai mati, hanyalah luka yang ia peroleh dari hidup yang kejam. Krystal memutar memori kembali, alasan mengapa ia bisa mendekam di balik jeruji besi adalah ulah dari Emilia sendiri. Emilia menuding Krystal sebagai penyebab meninggalnya putra pertama Emilia.

Pada kala itu, Krystal tanpa sengaja menemukan anak Emilia tengah meregang nyawa di kamarnya setelah ia memakan sepiring cookies yang Krystal berikan padanya sebelumnya. Saat itu, seorang pelayan mendapati Krystal sedang memangku putranya Emilia, pelayan tersebut segera memanggil beberapa orang ksatria penjaga. Dari sinilah dilakukan investigasi lebih lanjut, pihak kekaisaran menyelidiki penyebab kematian Pangeran Pertama. Ditemukan bahwa di dalam cookies pemberian Krystal terdapat racun pembunuh yang kuat.

Alangkah terkejutnya Krystal saat mereka mengatakan ada racun di dalam cookiesnya, padahal dia tidak pernah melakukan hal sekeji itu. Krystal dituding sebagai pembunuh dan dijebloskan ke dalam jeruji besi. Tidak sampai di situ saja, kakinya bahkan dibuat lumpuh dan matanya dibuat buta oleh penjaga penjara. Wajah cantik bersihnya dihancurkan menggunakan senjata tajam, tidak ada orang yang peduli serta percaya atas pernyataan yang diberikan oleh Krystal.

“Asal kau tahu, anakku bukan mati karenamu tapi aku sendiri yang membunuhnya demi membuatmu menderita di balik jeruji besi ini. Aku sih tidak peduli pada anakku, aku masih muda dan masih bisa hamil. Jadi, tidak ada masalah mengorbankan satu anak untuk membuang sampah sepertimu dari dunia ini.”

Sejujurnya, Krystal sudah mengetahuinya bahwa dalang di balik matinya anak Emilia adalah ulah Emilia sendiri, sebab Krystal tahu kalau Emilia akan melakukan apa saja demi mencapai tujuannya bahkan dengan mengorbankan nyawa darah dagingnya. Sejak awal, Emilia tidak pernah melimpahkan kasih sayang yang cukup untuk putranya, itulah mengapa sang putra lebih sering bersama dia dan Crispin, anaknya.

Bersama Krystal, ia merasa disayangi meski bukan Ibu kandungnya, sedangkan Emilia dia lebih suka menghabiskan waktu dengan para selir. Terkadang dia memenuhi panggilan dari gereja karena Emilia merupakan satu-satunya saintess yang muncul setelah sekian ratusan tahun lamanya. Dia dihormati oleh seluruh kekaisaran dan dianggap sebagai anak kesayangan dewa serta diberkati oleh kekuatan dewa di dalam dirinya.

“Melihatmu tidak terkejut sepertinya kau sudah mengetahuinya. Baiklah, tidak masalah, aku juga tidak peduli mau kau tahu atau tidak. Lebih baik kau sekarang mengenang penderitaan selama hidupmu sebelum kau benar-benar mati di penjara ini,” pungkas Emilia.

Dia mengajak Leonard untuk keluar dari penjara, mereka meninggalkan Krystal yang berlumuran darah sendirian di sana. Di atas dinginnya tanah disertai suara tikus yang berlarian di sudut ruang, Krystal menyalahkan dirinya atas

ketidakbahagiaan yang menimpa dia dan anaknya. Sedari kecil dia sudah biasa ditinggalkan, dia dilupakan seakan ia tidak pernah hidup. Hanya paras cantik nan rupawan miliknya yang dapat dia jadikan kebanggaan, bersyukur sang Ibu mewarisi ia paras yang tidak semua wanita punya. Namun, selain hal itu tidak ada lagi yang istimewa dan spesial dari dirinya nan lemah dan rapuh.

Krystal menggerakkan tangannya, ia menggapai kepala sang anak yang sudah dingin lalu mendekapnya erat. Pada saat yang bersamaan, terdengar beberapa orang penjaga berjalan masuk menuju tempatnya terkapar.

“Kita diperintahkan oleh Yang Mulia Kaisar dan Permaisuri untuk segera membereskan wanita ini. Sekarang kita serakkan minyak tanah di penjara ini, lebih cepat dia mati itu akan lebih baik,” ujar salah seorang ksatria penjaga.

Mereka menyerakkan minyak tanah di sekitar penjara tersebut, mereka juga menebar minyak tanah di sekitar tempat Krystal terbaring lemah. Usai itu, mereka menyalakan api dan meninggalkan Krystal di dalam kobaran api yang semakin membesar. Rasa panas dari membaranya api perlahan menyebar lalu menyentuh permukaan kulit Krystal.

“Aku tidak akan memaafkan kalian! Aku pastikan untuk kembali lalu membuat kalian mati di dalam penderitaan! Aku bersumpah tidak akan membuat hidup kalian tenang, aku bersumpah akan menjatuhkan kalian ke dalam neraka. Tidak akan aku biarkan kalian hidup bahagia, aku akan pastikan kalian menderita atas apa yang telah kalian perbuat padaku dan juga anakku.”

Di dalam panasnya api yang perlahan melenyapkan tubuhnya, dia bersumpah akan membalaskan kematian yang terhina ini. Krystal terlahap api sepenuhnya sambil memeluk kepala sang anak, penderitaan ini dia bawa ke dalam jurang kematian

...  ***...

“Di mana ini? Kenapa aku bisa berada di sini? Bukankah tadi aku sedang berada di penjara? Lalu api yang panas itu melahap tubuhku.”

Ketika tersadar, Krystal mendapati dirinya tengah berada di sebuah taman di tempat yang tidak dia kenali. Krystal mencoba untuk mencari tahu sebenarnya dia sedang berada di mana saat ini bahkan dia tidak menemukan anaknya bersama dia kala ini. Krystal mengitari taman tersebut hingga dia tanpa sengaja menemukan seorang wanita cantik tengah membaca buku sembari meneguk secangkir teh di meja taman.

“Permisi, bolehkah saya tahu saat ini saya sedang berada di mana?” tanya Krystal kepada wanita itu.

Rambut putih wanita tersebut diterbangkan oleh semilir angin yang tiba-tiba saja melintas, ia menutup bukunya dan menghentikan segala aktivitasnya sejenak. Netra merah rubynya menatap tajam kepada Krystal. Sesaat Krystal terkesima oleh kecantikan milik wanita yang tidak dia ketahui namanya itu.

“Manusia? Kenapa kau bisa berada di sini?” selidik wanita itu.

Bahkan suaranya saja mampu menghipnotis Krystal, dia tidak pernah menjumpai wanita secantik ini semasa hidupnya dulu. Krystal lekas menampik segala pikirannya, dia memfokuskan diri pada wanita yang berada di hadapannya kini.

“M-maaf, saya—”

“Ahh iya iya aku mengerti. Kau baru saja mati bukan? Mati karena dikhianati, difitnah, disiksa, dan diabaikan seorang diri. Anakmu yang berusia 5 tahun turut menjadi korban atas masalah tersebut.”

Krystal terkesiap, dia tidak menyangka bahwa wanita itu menebak semuanya dengan benar. Pada saat itu pula, Krystal langsung menjatuhkan badannya lalu berlutut di hadapan wanita itu.

“Apakah Anda seorang dewi?” terka Krystal.

Wanita itu segera beranjak dari tempat duduknya, dia menarik tubuh Krystal untuk segera berdiri. Dia membawa Krystal duduk di kursi, tidak lupa juga ia menyuguhkan beberapa cemilan serta secangkir teh hangat.

“Jika aku benar seorang dewi, apa yang ingin kau lakukan sekarang?”

Memutar Waktu Kembali

“Jika aku benar seorang dewi, apa yang ingin kau lakukan sekarang?”

Wanita itu bertanya sembari memperlihatkan senyum kecil di bibir mungilnya, Krystal tidak ingin percaya, namun dia tidak merasakan aura manusia di dalam diri wanita tersebut. Aura dingin serta penuh kekuatan dahsyat, Krystal benar-benar merinding sesaat terlalu lama menatapnya.

“Saya dibunuh oleh saudari dan suami saya sendiri, apabila Anda benar seorang dewi maka bisakah—”

“Tidak.” Wanita itu memotong kalimat pembicaraan Krystal dengan tegas, dia seolah tahu apa yang akan dibicarakan lebih lanjut oleh Krystal.

“T-tapi mengapa? Anda belum mendengar sepenuhnya apa yang akan saya bicarakan. Jadi, bagaimana bisa Anda mengatakan tidak sebelum saya selesai berbicara?” protes Krystal.

“Kau memintaku untuk menghidupkanmu kembali bukan?”

Krystal tersentak, benar apa yang diucapkan oleh wanita itu bahwa Krystal berniat meminta supaya dia dihidupkan kembali untuk membalas dendam kematian dia dan anaknya.

“Aku tidak bisa menghidupkanmu kembali. Coba kau pikirkan lagi, dengan tubuhmu yang lemah dan tidak ada pendukung membantumu maka apa pembalasan dendammu akan berjalan lancar?”

Krystal melupakan hal terpenting, dia lupa kalau dia tidak memiliki siapa pun di sisinya. Jika dia bergerak sendiri pasti akan menuai hasil yang sama lagi. Tubuh lemah, tidak memiliki kekuatan, serta tidak mempunyai otak pintar seperti musuhnya. Bila ia nekat, sudah dipastikan dia mati pada saat pembalasan dendam berlangsung.

“Saya tidak mampu, tapi saya ingin melakukannya. Saya tidak sudi melihat para baj*ngan itu hidup bahagia setelah membunuh saya dan anak saya secara tragis!”

Wajah Krystal tertunduk, bulir-bulir air mata bergulir di pipinya, kedua tangan ia terkepal kuat, hal ini karena rasa amarah membara di hatinya semakin memanas. Krystal kehilangan akal sehat dan kendali diri akibat emosi meluap-luap di pikiran semrawutnya.

“Aku bisa menggantikanmu untuk balas dendam jika kau mau.” Wanita itu menawarkan sesuatu yang tidak terduga kepada Krystal. Tentunya tawaran itu membukakan jalan untuk Krystal dan membantu menata pikirannya yang kacau.

“Benarkah?” Krystal lekas mengusap air matanya, dia memandang wanita di hadapannya itu dengan tatapan penuh harap.

“Yeah, aku adalah dewi pembalasan, yaitu dewi yang bekerja untuk membalaskan dendam roh yang mati karena ketidakadilan sepertimu. Aku akan terjun langsung ke dunia manusia dan menggantikanmu untuk menghabisi mereka satu persatu. Kau hidup selama 26 tahun, tapi tidak ada kebahagiaan yang kau peroleh bukan? Sebaiknya kau ke surga bersama anakmu, urusan di dunia serahkan kepadaku.”

Krystal bangkit dari tempat duduknya, ia menjatuhkan badan dan berlutut di hadapang sang dewi.

“Saya mohon dewi, tolong bantu saya membalaskan dendam kematian saya dan anak saya. Tolong buat mereka menderita, bunuh, dan siksa semuanya tanpa bersisa.” Krystal memohon teramat sangat, bicaranya penuh penekanan dan rasa sakit. Ekspresi wajahnya terluka sehingga membuat dewi menjadi iba.

“Berdirilah! Aku tidak butuh kau berlutut di hadapanku.” Sang dewi mengulurkan tangannya, ia membantu Krystal untuk berdiri. Dia tidak menyukai bila ada manusia malang seperti Krystal harus berlutut di bawah kakinya.

“Permintaan diterima. Pembalasan dendam akan dilaksanakan, aku akan mengirim mereka ke neraka.”

Dewi pembalasan menjulurkan tangan kepada Krystal, dia ingin berjabat tangan pertanda kalau Krystal menyetujui kesepakatan ini. Krystal terburu-buru menerima jabat tangan dari sang dewi, pada saat inilah kesepakatan di antara keduanya terbentuk.

“Berjalanlah ke surga dengan aman, berbahagia bersama anakmu di sana. Aku akan bukakan keadilan untukmu, tidak akan ada satu pun tikus yang lolos, dan aku tidak akan membiarkan mereka bahagia sebelum mereka merasakan sakit derita luar biasa.”

Krystal tersenyum, beban dendam yang ia pikul tadi telah diserahkan kepada dewi pembalasan sepenuhnya. Kini saatnya dia pergi ke surga, dia diantarkan pergi oleh dewi pembalasan hingga ke pintu surga.

“Haruskah aku pergi sekarang?”

...***...

“Hahh akhirnya aku masuk ke tubuh gadis ini dan memutar waktu ke 9 tahun sebelumnya. Jadi, sekarang gadis ini berusia 17 tahun.”

Dewi pembalasan berhasil masuk ke tubuh Krystal, ia mempunyai kekuatan untuk memutarbalikkan waktu dan dia menggunakannya pada misi balas dendam saat ini. Ingatan Krystal masuk satu persatu ke dalam pikirannya, bahkan dia masih merasakan dinginnya pedang menghunus jantung serta kobaran api melahap tubuh mungil itu.

“Awww.” Sang dewi meringis kesakitan, dia merasakan benda kasar mengusap kulit super sensitif tersebut.

Saat ia menoleh, rupanya dia sekarang tengah berada di dalam bath up, di sisi kiri dan kanan terdapat empat orang pelayan sedang membantunya mandi. Akan tetapi, tidak ada dari pelayan itu yang berperilaku lembut ketika menggosok kulit tubuhnya. Dia menelusuri ke dalam pikiran Krystal, ia menemukannya kalau para pelayan ini memang selalu memperlakukan Krystal dengan kasar. Mereka tidak melihat Krystal sebagai Tuan Putri, melainkan sebagai benalu yang mesti mereka rawat dengan kasar.

Dewi membiarkan mereka melakukan apa pun, dia mengamati apa saja yang akan mereka lakukan pada tubuh itu. Selesai mandi, mereka membawa dirinya ke dalam kamar dan segera dibantu memakaikan gaun. Meskipun Krystal adalah seorang Tuan Putri, tapi dia tidak memiliki gaun yang bagus dan semuanya hanyalah gaun bekas dari saudarinya.

“Arghh.”

Lagi-lagi dia merasakan sebuah jarum menusuk pinggangnya, ia melihat apa lagi yang dilakukan oleh pelayan bodoh tersebut. Ternyata pelayan itu sengaja menusukkan jarum ke pinggangnya, mereka tertawa mengejek begitu mendengar suara Krystal merintih kesakitan (mulai sekarang dewinya dipanggil Krystal). Krystal tidak bisa menahan lebih lama lagi, dia akan meledak setelah ini.

“Aku tidak bisa menahannya lagi, apa yang kau lakukan?” Netra Violet milik Krystal mengintimidasi mereka.

“Tumben sekali kau angkat bicara, biasanya juga kau diam saja. Lagian tidak akan ada yang mempedulikan gadis bodoh sepertimu, walau—”

Plakkk!

Krystal melayangkan tamparan super kuat pada salah seorang pelayan yang berani berbicara lancang kepadanya. Kemudian Krystal mencengkram kerah baju pelayan itu, dia menatap lekat-lekat wajah menyebalkan tersebut.

“Apa kau sudah bosan hidup?”

Aura marah Krystal mencekik mereka semua, tidak ada ampun terbesit dari kepala Krystal. Perasaan marah yang tajam, rasa jengkel yang maksimal, lalu perasaan membunuh yang menggebu-gebu, semuanya bercampur menjadi satu.

Para pelayan mendadak merasa hidup mereka kini tengah berada di ujung tanduk, tidak ada di antara mereka yang sanggup menatap mata amarah Krystal. Perlahan tangan Krystal yang mencengkram kerah baju pelayan itu bergerak ke lehernya, ia menjepit leher si pelayan menggunakan tangan mungilnya.

“A-ampun, Yang Mulia. Mohon ampuni nyawa kami.” Para pelayan berlutut lalu bersujud memohon pengampunan nyawa pada Krystal.

“Ampun? Kalian meminta pengampunan dariku? Sepertinya kalian salah memohon padaku agar diampuni,” tekan Krystal menyeringai kejam.

“Ada apa dengan gadis bodoh ini? Kenapa dia tiba-tiba memiliki kekuatan untuk melawan? Biasanya dia hanya diam pada saat kami siksa. Aku harus melaporkan masalah ini kepada Yang Mulia Permaisuri sesegera mungkin,” batin salah seorang pelayan.

“Kalian tidak akan aku biarkan lolos dari kematian.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!