Pada hari berikutnya, Krystal langsung pergi bersama Austin ke daerah Utara karena Fred mengatakan di sana pergerakan monster sudah tidak terkontrol lagi. Daerah Utara terkenal akan cuacanya yang dingin dan salju yang selalu memenuhi jalan sehingga Krystal terpaksa harus mengenakan pakaian yang super tebal, walau begitu rupanya rasa dingin masih menusuk masuk ke tulangnya.
“Kenapa dingin sekali di sini?” Krystal menggigil sembari menggosokkan tangannya pelan untuk menciptakan rasa hangat.
Kemudian, Austin menyadari hal itu dan melepas jaketnya untuk diberikan kepada Krystal, ia membantu menyelimuti badan Krystal agar tidak kedinginan lagi.
“Pakai ini, Yang Mulia.”
“Kenapa kau memberikannya padaku? Kau saja yang memakainya, aku akan kesulitan bergerak kalau mengenakan jaket lagi,” ujar Krystal menolak.
“Tapi, kan Anda kedinginan,” melas Austin, bisa dilihat sekilas bahwa Austin benar-benar mengkhawatirkan Krystal.
“Tidak, jika aku bergerak nanti rasa dinginnya akan menghilang,” ucap Krystal seraya mengusap puncak kepala Austin.
Beberapa waktu berselang, para ksatria mulai berkumpul pada satu titik sebelum menyerang kawanan monster yang berada di balik tembok tempat mereka berdiri kini. Tatapan para ksatria tampak tidak bersahabat sama sekali, mereka tidak menyukai Krystal dan Austin, tapi tidak sedikit juga di antara mereka yang membicarakan tentang rupa Krystal yang baru mereka lihat dari dekat.
“BUKA GERBANGNYA!” seru salah seorang ksatria.
Gerbang besar menuju balik tembok tersebut terbuka lebar, seluruh ksatria berlari masuk untuk segera menyerang para monster. Tampak pemandangan tidak mengenakkan, pada mulanya di sini adalah pemukiman rakyat tapi sekarang sudah dihancurkan oleh ulah monster-monster itu. Untungnya, seluruh penghuni di sini sudah diamankan ke daerah lebih aman.
Monster-monster berupa ogre dalam wujud raksasa langsung menyerah ke arah datangnya para ksatria. Mereka merupakan makhluk pemakan manusia, mereka menyukai daging manusia sehingga saat mereka mencium aroma manusia, mereka akan mengamuk dan semakin menggila. Serangan mereka membabi buta dari segala arah berbeda, wujud raksasa mereka bahkan sampai menggetarkan tanah.
“Oke, haruskah aku keluarkan senjataku sekarang? Aku tidak akan membuang-buang kekuatanku hanya untuk melawan makhluk lemah seperti mereka.”
Lalu dari tangan Krystal, tiba-tiba muncul sebuah kipas berwarna merah, kipasnya kecil namun memiliki energi spiritual yang besar di dalamnya. Austin sudah maju lebih dulu, sekarang Krystal juga bersiap untuk melesat ke medan pertempuran.
“Kemarilah kalian dasar monster jelek!”
Krystal mengembangkan kipasnya, ia menerjang ke dalam kerumunan pertempuran, gerakannya terlalu cepat dan gesit, hanya beberapa orang yang mampu mengikuti gerakan Krystal.
“Kipas merah pemusnah!”
Krystal mengayunkan pelan kipas merah tersebut, dari kipasnya timbul angin kencang dan memotong-motong tubuh monster tersebut sampai terkoyak-koyak tak bersisa. Krystal berhasil menghabiskan setengah monster hanya dengan satu ayunan kipas saja.
“Apa-apaan itu barusan? Dia membabat habis semua monster itu hanya dengan satu serangan dari kipas itu saja.”
“Apa kipasnya kipas ajaib? Mengapa keluar angin ganas dari sana?”
Para ksatria membelalak kaget, mereka menanya-nanyakan perihal kipas yang digunakan oleh Krystal. Kipas merah merupakan satu-satunya senjata Krystal, angin yang dihasilkan bak benda tajam yang melajang memutus nyawa para ogre itu. Meski Krystal hanya mengayunkan kipasnya dengan lambat, tapi angin yang dihasilkan benar-benar sanggup menghabisi kawanan monster tersebut. Kipas merah itu juga dapat menahan serangan dari berbagai senjata tajam, permukaan kipasnya tidak tergores sedikit pun walau beberapa kali diterjang oleh senjata atau sihir.
“Yang Mulia, Anda hebat sekali.” Austin menyanjung Krystal dengan mata berbinar kagum, Krystal tertawa kecil sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal.
“Biasa saja, yang hebat itu kipasku ini,” jawab Krystal sengaja merendah.
“Tidak, Anda luar biasa, Yang Mulia!” ulang Austin memuji.
“Haha, ya terserah kau saja. Sekarang kita fokus dulu pada monster-monster ini.”
Mereka kembali pada pertempuran, tidak seperti biasanya kali ini dalam melawan monster dapat selesai lebih cepat. Semua ini berkat Krystal dan Austin, mereka adalah orang yang paling berjasa dalam penghabisan monster.
“Kerja bagus, Austin,” kata Krystal memuji hasil kerja Austin. Muka Austin seketika merona karena malu dengan pujian yang dilontarkan Krystal.
Duaarrrr!
Dari sudut lain yang cukup jauh dari tempat mereka berpijak, terdengar bahana ledakan yang menggelegar. Krystal dan Austin langsung arah suara itu berasal. Di tengah-tengah mayat monster yang berserakan di mana-mana, berdiri seorang pria bertubuh tinggi kekar dengan rambut berwarna biru gelap sedang menghabisi monster yang tersisa. Kekuatannya sangat dahsyat, dia bertarung menggunakan tangan kosong, hanya saja kekuatan penghancur dari tangannya dapat membunuh monster dengan satu pukulan saja.
Krystal terperangah takjub menyaksikan kehebatannya, suara ledakan barusan juga berasal dari serangan tangan kosongnya. Lama menatap, akhirnya netra biru muda pria itu menyorot tajam pada Krystal. Wajahnya tampan, namun terkesan menakutkan bagi mereka yang pertama kali melihatnya, tapi itu tidak membuat Krystal takut sedikit pun. Semakin ia menatapnya, semakin besar pula tatapan menantang dari Krystal.
Rasa penasaran terus memuncak di hati Krystal, dengan nekat dia mendekati pria tersebut.
“Yang Mulia, Anda mau ke mana?” tanya Austin tidak digubris oleh Krystal.
Krystal terus berjalan melangkahi dan melewati mayat-mayat monster, bau darah dari monster itu juga menyeruak ke penciumannya, tapi itu tidak mengganggu dirinya sama sekali.
“Hei, kau! Jadilah selirku.”
Krystal mengatakannya dengan lantang dan terus terang, dia mengajak pria itu untuk menjadi selirnya. Krystal mendapat tatapan tajam darinya, dia tidak peduli sama sekali soal tatapan atau pandangan mengerikan itu. Senyum Krystal yang manis seolah tak ada beban sama sekali menjadi sumber kebingungan tersendiri bagi pria itu.
“Siapa gadis ini? Mengapa dia tidak takut sama sekali denganku? Berbeda dari gadis lainnya. Tapi, dia juga sangat aneh,” batin pemuda itu.
Dia tidak menjawab tawaran ajakan dari Krystal untuk menjadi selir, dia berbalik badan dan bersiap untuk meninggalkan Krystal. Tidak ada niat di hatinya untuk merespon Krystal, dia hanya ingin menganggap Krystal sebagai angin lewat.
“Tunggu! Kau tidak boleh pergi sebelum menjadi selirku,” cegah Krystal memaksa.
Tangan Krystal mencengkram pergelangan tangan pria tersebut, dia bersikeras untuk menjadikannya sebagai selir kedua.
“Lepas!” Pria itu menghentakkan tangan Krystal hingga membuatnya oleng ke samping dan untungnya ada Austin yang menangkap badan Krystal agar tidak terjatuh ke atas tumpukan baju berbalut salju.
“Berani sekali kau hampir mencelakai Yang Mulia! Apa kau bosan hidup? Aku tidak akan membiarkan orang lain menyakiti Yang Mulia!” Austin naik darah, ia menodongkan pedangnya pada pria itu. Akan tetapi, hanya ekspresi kebingungan yang dipertontonkan olehnya pada kala itu.
“Tidak sakit sama sekali, kenapa sentuhan wanita ini tidak menyakiti tubuhku saat tangannya dengan lancang menyentuhku? Siapa sebenarnya dia? Tunggu, pria ini memanggilnya ‘Yang Mulia’? Kalau begitu, apa artinya dia orang kekaisaran?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Ayay Nya Yuda
kristal bner2 lu yee hahah
2025-01-01
0
imah umaraya
🤣🤣 pas Krystal bilang " jadil
ah selirku" refleks aku teriak woy...😄😄 buset radarnya langsung nyala ...🤣🤣🤣🙏
2022-01-08
8
Eka Haslinda
si cowok punya alergi sama cewek.. wkwkwkwk
2022-01-06
1