Rani menangis memeluk lututnya sendiri di dalam bak mandi, menyembunyikan wajahnya di lutut. Rani menyesali segala perbuatannya, Kenapa dia begitu lemah hanya dengan rayuan Iqbal. Kehormatan yang selama ini ia jaga malah di persembahkan pada pria plin plan yang mungkin masih mencintai mantan kekasihnya.
"Jangan menangis Ran. Aku akan bertanggung jawab dan menikahi mu." Tapi Rani tak menggubris ucapan Iqbal. Dia tetap menangis tersedu-sedu.
Rani duduk bersisian dengan Iqbal di dalam bak mandi. Jika Rani menyembunyikan wajahnya maka Iqbal menyandarkan kepalanya di dinding kamar mandi. Kemudian Iqbal kembali memeluk Rani. Iqbal menciumkan rambut Rani yang basah.
"Ran aku mau lagi..." Ucapan Iqbal langsung di balas tatapan tajam oleh Rani, Rani mendorong Iqbal hingga sedikit mundur ke belakang.
"Kamu jangan macam-macam...Pergi..."
Ketus Rani menepis tangan Iqbal.
"Ayolah Ran...Satu kali lagi..."
"Aku tidak mau... Aku tidak mau... Lepas...Iqbal jangan...Iqbal jangaaaan" Rani berteriak sambil menangis terus memberontak dan mundur karena Iqbal terus memaksanya.
"Braaaaakkkk... Aaaawwww...." Rani terjatuh dari ranjangnya. Dia menggosok gosok panggulnya yang terpentok lantai, masih dengan posisi terbaring di lantai.
"Aduuuhhh sakitnya..."
"Untung cuma mimpi...Sial bukan hanya di dunia nyata, di dalam mimpi pun dia masih menggangguku." Ujar Rani yang belum membuka mata.
"Memangnya kau mimpi apa?..." Rani langsung terduduk saat mendengar suara Iqbal.
"Kau.... Jangan masuk masuk kamar gadis sembarangan. Kalau aku tidak pakai baju bagaimana?..." Ketus Rani saat melihat Iqbal berdiri bersandar di pintu seraya menyilangkan tangannya di dada. Rani menarik selimutnya dan menutupi tubuhnya yang hanya memakai baju tidur tipis.
"Kau gadisku."
"Sejak kapan kau disini?..."
"Sejak semalam."
"Bukannya semalam kau pulang."
"Tidak..." Jawab Iqbal sambil melangkah menghampiri Rani.
"Lalu kau masuk lewat mana?... Sedangkan pintu depan sudah ku kunci."
"Lewat jendela...."
"Kau itu sudah seperti pencuri saja." Ketus.
"Sistem keamanan rumah mu itu payah. Nanti aku akan mengirim orang kesini untuk memasang jeruji besi agar keamanan mu lebih terjamin." Ucap Iqbal yang kini sudah duduk di samping Rani.
"Tidak usah Terima kasih..."
"Jangan menolak." Rani malah melengos malas meladeni Iqbal.
"Kau tadi mimpi apa??? Kenapa berteriak jangan Iqbal jangan Iqbal?..."
"Emmmm uuummmm....Tadi aku mimpi kamu menjambak rambutku..."
"Aahhh.... Bohong...Tadi aku dengar kau mendesah...."
"Ehhh ya sudah kalau tidak percaya....." Ketus Rani dengan wajah yang sudah bersemu merah.
"Mimpi basah ya? Hahahaha..."
Rani merengut dan langsung mengambil bantal dan melemparkannya ke wajah Iqbal. Rani berlari memasuki toilet karena sangat malu, masih dengan selimut yang menutupi dirinya.
***
"Bisa bisanya aku mimpi mesum. Menjijikkan sekali. Masak perawanku di ambil di toilet, sama psikopat, gila lagi." Rani membantin sambil membersihkan dirinya.
Saat hendak keluar kamar mandi Rani baru ingat bahwa dirinya tidak membawa handuk. Rani membuka sedikit pintu kamar mandi dan hanya memunculkan kepalanya saja.
"Ini..."Ucap Iqbal yang berdiri membelakangi pintu kamar mandi. Iqbal memberikan handuk, pakaian, Bra dan CD milik Rani, Iqbal sendiri yang memilihnya di dalam lemari, warnanya serba merah. Melihat itu wajah Rani kembali memerah, lebih merah dari yang sebelumnya.
Ingin sekali Rani menangis menghadapi Iqbal.
****
Berada satu atap dengan Iqbal, membuat Rani tidak nyaman. Rani selalu gugup bila dekat dengannya. Iqbal bertingkah seolah ini rumahnya. Lihat saja sekarang, dia sudah duduk santai di atas kursi meja makan yang di depannya sudah tersaji banyak makanan yang tadi sudah di pesannya.
Rani berjalan menghampiri Iqbal dengan perasaan yang malu. Melihat Rani, Iqbal berdiri lalu menarik kursi untuk Rani. Setelah menghela nafas, Rani duduk. Masih enggan melihat Iqbal.
"Kenapa wajahmu merah?...Apa kau sakit?... Kalau kau sakit. Hari ini libur saja tidak usah bekerja."
"Masih bertanya.... Dasar laki laki tidak peka. Setelah melihat ku memakai baju tidur tipis, dia memergokiku mimpi basah dengan dirinya. Lalu memilih pakaian dalam ku. Apa dia tidak tahu, seberapa malunya aku."
"Ehh..." Rani terkejut saat Iqbal menyentuh pipinya.
"Tidak panas..." Ucap Iqbal.
"Hatiku yang panas dingin bego'..."
"Ran kau kenapa?..."
"Huuuuufffhhh...Aku lapar."
Kemudian Iqbal menyuapi Rani seperti semalam, walaupun Rani menolak Iqbal tetap memaksa. Akhirnya Rani menurut, Iqbal terus menyuapi Rani hingga nasi di piringnya tandas. Kemudian Iqbal menuangkan air ke dalam gelas dan memberikannya kepada Rani. Iqbal memperlakukan Rani seperti seorang Ratu.
Kemudian Iqbal mengantarkan Rani ke Cafenya dengan menggunakan mobil pribadi milik Rani. Sepanjang jalan keduanya hanya diam membisu. Dan sesekali Iqbal melirik Rani.
Zain sudah menunggu kedatangan Iqbal di depan Cafe. Iqbal membukakan pintu untuk Rani lalu menutup pintu itu setelah Rani keluar dari mobil.
"Ran... Mungkin untuk empat atau lima minggu ini aku tidak bisa mengunjungimu karena aku ada urusan penting di luar negeri." Ucap Iqbal yang membelai rambut Rani kemudian mencium kening itu tanpa seizin sang empunya, Rani langsung mendorong dada Iqbal menjauh. Membuat Heru yang melihat dari dalam mobil dengan kaca jendela yang gelap murka.
"Baguslah....Kalau begitu aku akan terbebas untuk sesaat darimu...." Batin Rani.
"Kalau begitu aku masuk dulu..." Ucap Rani dan melangkah pergi. Iqbal masih terus memandangi kepergian Rani.
"Tuan." Panggilan Zain saat membuka pintu mobil untuk Iqbal, membuyarkan pandangan Iqbal dari Rani. Setelah mereka memasuki mobil, Zain langsung tancap gas.
***
Kini Rani duduk berhadapan dengan Heru, tatapan Heru sangat serius. Dia mengeluarkan kotak kecil berwarna merah dan membukanya di hadapan Rani. Kotak itu berisi cincin emas.
"Rani...Mau kah kau menerima lamaranku?...." Untuk kedua kalinya Heru melamar Rani. Dulu di tolak karena alasan tidak siap.
Rani menatap cincin itu dengan perasaan berkecamuk. Rani sangat dilema, apakah harus menerima atau menolak lamaran dari Heru. Ibu Rani sudah mendesak Rani untuk menikah, sedangkan hati Rani masih terpaut dengan Iqbal yang tidak jelas hatinya untuk siapa.
"Heru, Aku...." Heru langsung menggenggam erat tangan Rani.
"Jangan menolakku lagi. Sudah lama aku menunggumu Ran. Jika kau masih ragu, terima saja cincin ini dan pikirkan kembali niat baikku ini."
***
Beberapa hari ini Iqbal ingin sekali menghubungi Rani tapi selalu ia urungkan karena perbedaan waktu Washington Distrik Columbia Amerika serikat dan Ibu kota Jakarta selisih waktu 12 jam. Iqbal fokus bekerja agar bisa segera kembali ke tanah airnya dan bertemu sang pujaan hati.
Iqbal selalu berhenti bekerja saat pukul 12 malam, dia sangat lelah dan memilih beristirahat untuk bekerja lagi besok pagi.
Sedangkan di jamnya istirahat untuk makan siang 12 siang di Amerika sedangkan di Jakarta jam 12 malam. Ingin sekali Iqbal menghubungi Rani tapi selalu dia urungkan takut mengganggu tidurnya.
***
Empat Minggu kemudian Arya, Winda, dan Rangga makan malam bersama di restoran, setelah seharian lembur bekerja. Kini mereka berada di Restoran Amerika. Mereka berusaha mengajak perusahaan besar di negara ini untuk bekerja sama dengan perusahaannya di Jakarta.
Tak di sangka mata Arya menangkap sosok Iqbal dan Zain yang hendak keluar dari restoran melewati Arya.
"Hay tuan Iqbal." Iqbal dan Zain hanya mengangguk.
"Tidak di sangka kita bisa bertemu lagi di sini."
"Iya. Dunia itu memang sempit." Jawab Iqbal dan hendak beranjak.
"Tuan Iqbal." Iqbal menghentikan langkahnya saat mendengar panggilan Arya.
"Kenapa anda masih disini?...Apa Rani tidak mengundang anda."
"Apa maksud Anda." Ujar Iqbal dengan wajah yang terlihat emosi.
"Kata Alyn Pernikahannya akan di laksanakan besok malam tepat jam 8 malam di kampung Nelayan." Jawab Arya sambil menunjukkan foto Alyn dan Rani yang berselfi di depan rumah Rani di kampung Nelayan yang terdapat tulisan mohon doa restu. Ada kuade dan banyak tamu dan kerabat di rumah Rani.
"Waktu anda tidak banyak. Sekarang di sana sudah pagi." Lanjut Arya.
Iqbal merasa devaju, hatinya sangat sakit saat mendengar Rani akan menikah. Lebih sakit di bandingkan dengan melihat Alyn menikah dulu.
Dada Iqbal terasa sesak dengan tangan terkepal. Mata Iqbal sudah panas memerah.
***
selamat menikmati
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Emmah Suhaemah
aah moal koment ...sieun iyeu ngimpi 🤔😅
2022-10-10
0
Ummi Alfa
Alhamdulillah.... hanya mimpi kirain beneran.
Ayo Iqbal.... kejar cintamu s moga belum terlambat.
2022-06-25
0
Amanah Amanah
terjang waktu...Iqbal ayooooo
2022-03-28
0