Rani menatap Iqbal saat Iqbal membersihkan sisa makanan di sudut bibir Rani dengan jempolnya. Kemudian Iqbal ******* sisa makanan dari di jempolnya. Membuat Rani menelan salivanya.
"Apa dia tidak jijik?..." Rani membantin... Matanya terus menatap Iqbal.
"Ran bagaimana perasaanmu setelah aku menciummu?..." Pertanyaan Iqbal membuat wajah Rani bersemu merah.
"Pertanyaan macam apa itu?...Apa dia tidak tahu bahwa aku sangat malu."
"Ran..."
"Apa...Biasa saja..." Ketus Rani, melengos.
"Ran..."
"Apa lagi?..." Ujar Rani dengan nada ketus.
"Tidak jadi..." Iqbal urung mengutarakan maksudnya.
"Menyebalkan.... Sudah sana pergi...Aku mau tidur."
"Baiklah..." Ucap Iqbal lalu mengusap rambut Rani. Dan pergi melenggang di buntuti oleh Rani. Saat hampir sampai di pintu keluar, tiba tiba Iqbal berhenti tanpa permisi, hingga Rani menubruk punggungnya.
"Kalau berhenti bilang dulu kenapa!..." Ujar Rani dengan wajah bersungut-sungut.
Tiba tiba Iqbal mengulurkan tangannya."Apa?..." Ketus Rani.
"Katanya ingin aku pulang." Walaupun ragu ragu, Rani menjabat tangan Iqbal, dalam sekejap Iqbal menciumkan punggung tangannya ke bibir Rani.
"Iiiiiisssss Apaan sih...." Ujar Rani langsung mengusap bibirnya. Bekas tangan harum Iqbal masih tertinggal di hidung Rani. Iqbal hanya tersenyum. Kemudian Iqbal pergi begitu saja.
"Kalau begini terus, dapat di pastikan aku gagal move on." Batin Rani.
***
Keesokan harinya adalah hari minggu, hari libur bagi Heru. Di waktunya istirahat dari rutinitas kesibukan sehari-harinya ia manfaatkan untuk mendekati Rani.
"Sebenarnya tempat ini aku kontrak selama 5 tahun. Cafeku Ini sudah jalan 2 tahun. Tapi aku bersyukur dari penghasilan di Cafe ku ini aku bisa membayar cicilan rumah..."
"Memangnya kurang berapa tahun lagi cicilan rumah mu lunas?..."
"Masih lama... Kurang 8 tahun...Yah semoga saja Cafeku ini terus berjalan lancar."
"Aamiin..." Jawab Heru.
"Ran pria yang berlaku kasar di rumah temanmu itu sebenarnya siapa?..."
"Dia...Dia psikopat gila yang tak laku laku...Hahahaha"
"Pantas saja tidak laku, dia pria arogan dan kasar. Wanita pasti takut padanya...."
"Hey dia itu tampan dan berduit, banyak wanita yang mendekatinya tapi dia sama sekali tidak tertarik. Kau tahu kenapa?..."
"Memangnya kenapa?...."
"Karena dia impoten.... Hahahahahahaha." Rani tertawa renyah sambil menggebrak meja.
"Benarkah....Kasihan sekali... Padahal itu aset paling berharga bagi laki-laki...."
"Aku serius....Hahahaha" Seketika tawa Rani hilang karena terkejut saat kursi yang di dudukinya terbang dan berpindah tempat, lebih jauh jaraknya dari Heru. Rani berpegangan erat pada kursi dan mendongak ke atas, wajahnya mendadak pucat.
"Braaaaakkkk...." Kursi yang di angkat berserta orangnya di turunkan dengan kasar oleh Iqbal. Kemudian Iqbal berdiri di hadapan Rani dan membungkuk, mendekatkan wajahnya ke wajah Rani.
"Apa perlu aku membuktikan kejantanan ku padamu?..." Rani langsung menggelengkan kepala mendengar ucapan Iqbal. Rani mulai takut karena Iqbal itu akan selalu membuktikan apapun yang di ucapkan. Iqbal menatap Rani dengan tajam, membuat Rani gugup dan menegang, sangat susah menelan salivanya.
"Hey Tuan apa yang kau lakukan padanya?..." Ujar Heru... Tapi Iqbal tidak menggubrisnya, hal itu membuat Heru semakin kesal.
"Kau masih berhubungan dengannya?..." Ujar Iqbal masih menatap Rani dengan tajam.
"Apa sih!...Kenapa aku jadi terlihat seperti pasangan yang sedang Kepergok selingkuh?..."
"Itu bukan urusanmu Iqbal..."
"Kau sudah berani menghkianatiku?..."
"Heh... Memangnya Kau siapaku?..." Rani mengerutkan dahinya, dia benar benar Gedeg dengan sikap Iqbal.
"KAU WANITAKU." Tegas Iqbal tidak terbantahkan.
"Jleb..." Jantung Rani berdegup..."Sepertinya aku terjerat cinta si psikopat gila. Aku jadi merinding gini sih."
"Usir dia atau aku akan mengusirnya dengan caraku." Ujar Iqbal tegas masih menatap Rani.
Rani hendak menendang Iqbal tapi gerakan Iqbal lebih cepat. Iqbal memegangi paha Rani, membuat wajah si empunya memerah. Rani menatap tangan Iqbal, Iqbal yang melihat pergerakan mata Rani langsung melepaskan tangannya. Rani mengumpat dalam hati karena tangan Iqbal yang sembarangan mampir.
Heru menghampiri Iqbal namun di hadang oleh Zain.
"Dasar pengecut, Beraninya bawa bodyguard. Kalau berani sini, one by one. Hadapi aku jika kau memang gentle man." Ujar Heru yang kemudian menggulung lengan panjang kemejanya sampai ke siku.
"Heru kau bicara apa?...Kau tidak tahu siapa lawan mu!..." Rani membantin.
"Heru kau lebih baik pulang dulu, kita bisa bicara nanti." Ujar Rani lembut takut menyinggung perasaan Heru, walaupun Heru tetap tersinggung dengan pengusiran Rani.
"Kau tidak perlu takut padanya Ran. Ada aku...."
"Ya ampun,,, Orang ini susah sekali di kasih tahu. Aku hanya mau menyelamatkan nasibmu dari monster ini..." Rani membantin.
"Tidak perlu pergi... Kita bisa ngobrol bareng bertiga....Ia kan Ran?..." Ujar Iqbal dengan senyuman manisnya pada Rani. Tentu senyum itu terlihat menakutkan bagi Rani, lebih tepatnya seringai yang memastikan.
"Apa yang kau rencanakan Iqbal." Ucap Rani.
"Tidak ada..." Jawab Iqbal.
"Zain...." Iqbal memanggil Zain.
"Iya Tuan...." Dengan sigap Zain menjawab dan menghampiri Iqbal. Kemudian Iqbal berbisik ke telinga Zain. Dan Zain pun pergi menuju mobilnya memenuhi perintah dari Iqbal. Perasaan Rani jadi tidak enak melihat interaksi mereka, bos dan anak buah sama sama gilanya.
Kini Heru, Iqbal dan Rani duduk di satu meja yang sama. Dengan suasana panas mencekam. Berlomba memperebutkan satu wanita. Dengan ekspresi wajah yang berbeda beda. Jika Heru menatap tajam pada Iqbal, maka Rani lebih terlihat kebingungan, sedangkan Iqbal terlihat santai dengan rokok di mulutnya. Menghisap rokok sambil memandangi wajah cantik Rani, seolah hanya ada dirinya dan Rani. Sedangkan Heru hanyalah patung pajangan.
"Kau tahu aku tidak suka asap rokok." Ketus Rani, lalu Iqbal menjejakkan bara rokok itu ke asbak.
Tidak lama kemudian Zain datang masih dengan tangan kosong, berdiri di belakang Iqbal dan Rani. Membuat Rani heran lalu menatap Iqbal.
"Ceklek...." Pandangan Rani beralih ke tangannya yang sudah di borgol bersama tangan Iqbal, oleh Zain. Rani menganga di buatnya.
"Hey manusia robot... Cepat buka...Kalian berdua keterlaluan." Ujar Rani dengan nada tinggi, sambil melayangkan tangannya ke udara. Heru yang melihat itu jadi geram.
"Braaaaakkkk...Apa yang anda lakukan?..." Hardik Heru yang emosi dengan kelakuan atasan dan bawahan tersebut. Bukannya gentar Iqbal malah tersenyum, sementara Zain keluar dari Cafe lalu melemparkan sebuah kunci ke atas atap. Rani tak habis pikir dengan tindakan Zain.
"Saya akan melaporkan tindakan kalian ke pihak yang berwajib." Ancaman Heru malah membuat Iqbal geli.
Untung masih terlalu pagi, Cafe belum di buka...Hanya ada karyawan saja yang sedang berberes-beres di Cafe.
"Kau itu apa apaan sih Iqbal..." Ketus Rani dengan wajah merengut.
Rani mencubit paha Iqbal, alhasil Iqbal meringis kesakitan. Iqbal meraih dagu Rani dan mendekatkan bibirnya ke telinga Rani.
"Akan aku buktikan padamu, kalau aku tidak impotent." Iqbal berbisik ke telinga Rani, membuat bulu kuduknya berdiri...
***
SELAMAT MENIKMATI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Emmah Suhaemah
hahah aya" wae tu c iqbal 😅😅😅😅🤭
2022-10-10
0
Ummi Alfa
Gara2 ucapan kamu Ran.... bisa2 Iqbal bener2 mau buktiin ucapannya nanti malh kamu sendiri yg rugi dah tau Iqbal orangnya bar2 dan nekad.
2022-06-25
0
Juliezaskia
seruu
2022-06-22
0