Hari hari Iqbal sunyi dan sepi tanpa kehadiran Rani. Tanpa Rani sangat sulit untuk menemui Alyn. Karena Rani adalah jembatan bagi Alyn dan Iqbal untuk bisa berjumpa.
Sejak Rani merantau Iqbal lebih sering berkumpul dengan teman laki lakinya karena tanpa bantuan dari Rani sangat sulit mendapatkan celah untuk Alyn dan Iqbal bertemu.
Sekali pun bisa bertemu Alyn, suasana jadi terasa hambar tanpa kehadiran Rani, karena keceriwisan dan keceriaannya lah suasana menjadi hidup dan berwarna.
Tiga bulan kemudian di gudang tua tempat biasa mereka berkumpul, salah satu teman Iqbal yang bernama Mukhtar terlihat murung dan sedih. Biasanya dia selalu ceria tapi kini banyak diam.
"Kau kenapa?" Tanya Hadi. Tapi Mukhtar hanya menggelengkan kepalanya. Sedangkan Iqbal hanya menjadi pendengar setia.
"Dia sedang galau." Ucap Fatan. "Sabar kawan... Mungkin belum jodoh..." Lanjut Fatan kemudian merangkul bahu Mukhtar.
"Dia terlambat. Dia kedahuluan orang. Pacarnya di lamar orang lain. Satu Minggu lagi mereka akan menikah." Fatan menjelaskan lebih detail. Fatan melihat Iqbal.
"Iqbal, segera lamar Alyn. Sebelum dia di lamar laki laki lain. Dan kau baru akan menyesal." Ucap Fatan.
"Jangan sampai kamu mengalami apa yang aku alami. Sangat sakit Iqbal, kehilangan orang yang kita cintai." Ucap Mukhtar menimpali ucapan Fatan.
"Huuuuufffhhh...." Iqbal tidak menjawab hanya menghela nafas.
***
Iqbal dan Alyn duduk di bawah pohon tempat biasa mereka bertemu.
"Aku akan melamar mu." Ucapan Iqbal dengan wajah datarnya. Ucapan Iqbal membuat Alyn terkejut. Kenapa mendadak! Lalu bagaimana jika Abah menolak.
"Kenapa terburu-buru mas?..."
"Di kampung Nelayan ini gadis seumuran mu sudah banyak yang menikah dan memiliki anak. Aku tidak ingin ada orang yang mendahului ku dan melamar mu."
"Tapi mas....!"
"Apa kamu mencintaiku?..."
"Iya."
"Aku juga mencintaimu. Jadi tolong jangan menolak permintaan ku."
"Bagaimana kalau Abah menolak lamaran mu?" Alyn mulai tidak percaya diri.
"Kita belum mencobanya Lyn." Iqbal menggenggam tangan Alyn menyalurkan keyakinannya pada Alyn.
"Jika Abah menolak bagaimana?...Apa kamu akan mundur Mas?" Alyn bertanya dengan wajah murung.
"Aku tidak akan mundur. Aku akan memperjuangkan mu. Kita harus saling mempertahankan. Aku akan terus mempertahankan mu selama kau menginginkan ku." Ucap Iqbal dengan tegas.
"Terima kasih mas, Aku akan selalu menunggu mu. Aku sangat mencintaimu" Ucap Alyn lalu Iqbal mengusap rambut Alyn.
****
"Tujuan saya datang kemari adalah untuk melamar Alyn. Kami saling mencintai. Saya berjanji akan berusaha membahagiakan Alyn dan menjadi suami yang bertanggungjawab untuk nya." Ucap Iqbal pada Abah Fajar dengan mantap dan tanpa keraguan.
Kini Iqbal berada di ruang tamu, Iqbal duduk berhadapan dengan Abah Fajar sementara Alyn duduk bersisian dengan Umi Naya di kursi panjang. Iqbal tampak lebih rapi dengan balutan kemeja dan celana kain jika di bandingkan dengan penampilan biasanya.
Alyn menautkan kedua jemari tangannya karena cemas menunggu jawaban dari Abah Fajar. Umi Naya mengusap punggung Alyn berusaha menenangkan Alyn jika kemungkinan jawaban Abah tak sesuai yang di harapkan. Wajah Alyn tampak gelisah menunggu keputusan dari Abah, berbeda dengan Iqbal. Dia justru terlihat lebih tenang dan bersahaja seperti biasanya.
"Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas niat baik Nak Iqbal pada putri saya. Tapi maaf jika hanya dengan kata cinta dan janji tanpa bukti tidak akan bisa menjadi jaminan Alyn akan Bahagia. Apakah penghasilan Nak Iqbal sekarang sudah bisa untuk mencukupi kebutuhan Alyn. Datang lah lagi kemari jika Nak Iqbal sudah kaya." Ucapan sekaligus penolakan Abah Fajar.
"Abaaaahh...." Ucap Alyn yang sudah terisak karena merasa ucapan Abah sangat keterlaluan. Tapi Iqbal tetap tenang walaupun hatinya sakit. Dia menatap Alyn dan menganggukkan kepalanya berharap Alyn bisa tenang.
"Baiklah saya akan berusaha sekuat tenaga saya supaya saya bisa menjadi seperti apa yang Abah inginkan. Dan saat hari itu tiba saya akan datang lagi kemari untuk melamar Alyn."
***
"Tok tok tok....Alyn....Apa kau sudah tidur." Ujar Iqbal dengan suara berbisik.
Alyn yang mendengar suara Iqbal dari balik jendela segera menghapus air matanya. Alyn tidak bisa tidur, sepanjang waktu hanya memikirkan Iqbal. Alyn membuka jendela kamarnya. Melihat Iqbal tersenyum manis padanya sedikit mengurangi luka di hati Alyn.
"Mas ngapain malam malam kesini?..."
"Aku mau pamit!..."
"Kemana?..."
"Ke Jakarta."
"Kapan?..."
"Besok pagi."
"Ngapain Mas?..."
"Merantau....Mau jadi orang sukses biar bisa melamar mu." Jawaban Iqbal langsung membuat Alyn menangis. Berkali-kali Iqbal tersenyum dan menghapus air mata Alyn. Tapi air mata Alyn terus mengalir deras.
"Jangan cengeng. Kau sudah besar." Ucap Iqbal.
"Aku hanya pergi untuk sementara, bukan untuk selamanya. Setelah aku kembali aku akan menikahi mu. Berjanjilah kau akan setia menunggu ku. Doakan aku semoga aku cepat jadi orang sukses. Dan bisa segera kembali pulang." Ucap Iqbal. Alyn hanya mengangguk tak bisa memberi jawaban. Alyn masih terkejut dengan keputusan yang di buat Iqbal secara mendadak. Kedua tangan mereka masih bertautan.
"Sudah malam. Kau tidur lah."
"Mas tunggu dulu." Alyn masuk ke dalam kamar dan memecahkan celengan yang terbuat dari tanah liat berbentuk ayam. Setelah menata uangnya dengan rapi Alyn menemui Iqbal lagi dan memberikan uang itu pada Iqbal.
"Apa yang kau lakukan Alyn. Maaf aku tidak bisa menerimanya. Simpan saja uangmu" Iqbal mengembalikan uang itu ke tangan Alyn.
Saat Iqbal melangkahkan menjauh, Alyn malah memanggil namanya dengan keras, beruntung tidak ada yang mendengar. Kemudian Iqbal berbalik dan kembali pada Alyn.
"Tolong mas. Untuk kali ini terima pemberian ku." Ucap Alyn. Walaupun sebenarnya Iqbal tak mau menerimanya sebab pantang baginya menerima uang dari perempuan. Akhirnya Iqbal menerima uang itu dan pergi. Alyn masih terus memandangi punggung Iqbal.
***
Satu Minggu kemudian Alyn menguping pembicaraan Abah Fajar dan Abi Nizam yang berencana untuk menjodohkan Alyn dan Arya, putra dari Abi Nizam. Alyn sangat kecewa dengan sikap Abah. Dia menyuruh Iqbal berjuang keras untuk melamarnya sementara Abah sudah berniat untuk menjodohkannya dengan anak sahabatnya. Ini tidak adil bagi Iqbal.
***
"Abah kenapa tidak langsung menolak lamaran mas Iqbal saja. Kenapa harus menantang mas Iqbal untuk jadi orang kaya dulu untuk melamar ku. Sedangkan Abah sudah berniat menjodohkan ku dengan anaknya Abi Nizam. Ini tidak adil untuk mas Iqbal. Aku menolak perjodohan ini." Alyn menangis dan mengeluh pada Abah Fajar.
"Jika Abah jujur apa dia akan mundur. Tidak kan. Dia akan terus mengganggumu dan menemui mu diam diam."
"Tapi Bah....Mas Iqbal itu baik, Abah belum mengenalnya."
"Pokoknya Abah tidak setuju kamu sama dia. Mulai sekarang lupakan dia. Titik."
Abah Fajar bangkit dan meninggalkan Alyn di kamarnya. Alyn menangis karena menahan rindu dan rasa bersalah pada Iqbal.
****
JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR PAKE LIKE KOMENTAR DAN VOTE FAVORIT
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
B_Nureki Septiana
rani bak hilang ditelan bumi thorrr
2022-02-21
1
Erma Yanti
seru juga masa lalu iqbal n alyn....
2022-02-16
1
CUKUP T∆U $∆J∆
bkn hanya Rani,Iqbal,dan Alyn, pembaca juga ikut sedih Thor😇😇.hadehhh kshn semuanya😄😄
2022-02-11
1