"Kau dimana sih? kenapa telponnya tidak diangkat?" Raf yang sudah mencari berkeliling tidak juga menemukan Menta.
"Ayo jawab telponku Menta!" perasaan putus asa menghantui Raf seketika itu juga. Bayangan Menta diculik dan diperlakukan dengan buruk oleh para penjahat menari-nari diotaknya.
"Argggghhhhh bodohnya kau Raf!" dia memaki dirinya sendiri yang tadi siang menurunkan Menta begitu saja di jalanan.
"Seharusnya tadi kau antar dia pulang ke rumah dulu baru jemput Paula!" katanya bermonolog pada dirinya sendiri.
"Rumah, ya rumah, kenapa aku tidak kepikiran, bisa jadi dia pulang ke rumah orang tuanya!" ia langsung mengarahkan kemudinya ke arah rumah milik orang tua Menta.
"Ck, kenapa jam segini masih macet sih!" karena pikirannya sedang kalut, di lampu merah perempatan jalan yang hanya berhenti sejenak saja rasanya sudah seperti macet panjang bagi Raf.
Sepanjang perjalanan pikiran Raf tidak pernah lepas dari Menta. Kalau saja ia bisa terbang, rasanya ia ingin langsung saja terbang ke rumah gadis itu untuk memastikan bahwa keadaan istrinya baik-baik saja.
..........
"Kau sudah datang?" Adhi yang melihat Raf tergesa-gesa memasuki kediaman Surya bertanya.
"Dimana Menta Om?" Raf to the point.
"Dia ada di kamar" jawab Hendro yang juga sedang berada di kediaman Surya.
"Di sebelah mana kamarnya?" tanyanya sambil menatap dua pria paruh baya itu secara bergantian.
"Disini" suara Sekar terdengar dari arah tangga menuju lantai dua.
"Menta,," Raf berlari menaiki anak tangga.
"Menta,," ulangnya lagi saat melihat gadis itu berbaring tak berdaya di atas tempat tidur.
"Dia kenapa?" meminta penjelasan dari Dini dan Sekar yang menjaga gadis itu.
"Tadi sore dia ditemukan pingsan di kamar dan badannya demam, dokter bilang asam lambungnya tinggi karena dipicu oleh stress dan juga pola makannya tidak bagus, kalau sampai besok belum membaik maka akan kami bawa ke rumah sakit" Dini menjelaskan dengan detail.
"Bawa sekarang saja!" Raf yang melihat kondisi Menta sangat lemah menghampirinya dan hendak menggendong gadis itu.
"Jangan, dia baru saja diberi obat oleh dokter, biarkan dia istirahat dulu sambil menunggu perkembangannya hingga esok hari!" Sekar mencegah.
"Menta,," dia mengelus pipi istrinya dengan lembut.
"Karena kau sudah di sini maka kami permisi dulu" Dini mengajak Sekar untuk keluar kamar dan membiarkan Raf berdua di dalam kamar.
"Maafkan aku" perasaan bersalah semakin menghinggapi Raf.
"Maaa, Menta takut ma, jangan pergi, jangan tinggalkan Menta sendiri hiks hiks hiks" isak tangis pilu seperti malam sebelumnya terdengar lagi disela mimpi gadis itu.
"Kalau mama dan papa pergi, lebih baik Menta ikut saja hiks hiks hiks" tangisnya makin kencang.
"Sssshhhhh, tenanglah" Raf menenangkannya seperti sedang menenangkan anak kecil.
"Maaaa hiks hiks hiks" tangan Menta seperti meraih-raih sesuatu di udara.
"Istirahatlah" melihat tangan Menta seperti sedang mencoba meraih sesuatu, akhirnya Raf pun berinisiatif untuk menggenggam tangannya dan memeluk tubuh sang istri yang lemah tak berdaya.
"Menta sayang mama" Menta membalas pelukan Raf yang dikiranya adalah Tata sang mama. Kemudian mereka berdua pun tidur dengan saling berpelukan erat hingga pagi menjelang.
..........
"Menta!?" Raf yang terbangun keesokan harinya langsung terlonjak kaget saat melihat sisi tempat tidur yang ditiduri oleh sang istri semalam sudah kosong.
"Kak kau sudah bangun?" gadis itu keluar dari kamar mandi dengan pakaian seragam sekolah yang sudah lengkap saat mendengar Raf memanggilnya dengan suara yang keras.
"Kau kenapa memakai ini?" Raf menunjuk seragam Menta.
"Hari ini kan aku mau sekolah" jawab Menta dengan santai.
"Tapi kau kan sedang sakit!" Raf meletakkan tangannya ke kening sang istri untuk mengecek suhunya.
"Apa sih, orang aku sudah tidak apa-apa kok!" jawabnya sambil menepis tangan Raf dari keningnya.
"Kau bilang tidak apa-apa? kau pikun ya? semalam itu kau demam dan terus mengigau, bahkan sampai membuat tidurku terganggu!" Raf berkacak pinggang.
"Lagian siapa suruh kakak tidur di sini? aku kan tidak meminta kakak untuk datang!" selorohnya sambil bersiap meraih tas sekolahnya.
"Kau berani ya sama aku?" ia merebut tas Menta.
"Mau kakak apa sih?" karena merasa dihalangi berangkat ke sekolah, Menta pun protes.
"Aku mau kau sekarang ganti baju dan istirahat di rumah!" Raf membelalakan matanya.
"Tidak mau!" Menta bersikeras.
"Harus mau, kalau tidak aku yang akan menggantikan bajumu!" sambil berjalan maju dan mengintimidasi sang istri.
"Memangnya kakak pikir kakak siapa, beraninya memaksaku!?" namun yang diintimidasi melawan tanpa mengenal takut. Keadaan terdesak membuat Menta yang biasanya penurut menjadi membangkang.
"Apa kau lupa kalau aku ini suamimu?" Raf mengeluarkan senjata pamungkasnya.
"Cih, suami, apa kakak lupa kalau kita ini hanya pura-pura saja? kita sudah sepakat untuk tidak akan ikut campur urusan pribadi masing-masing, jadi jangan halangi jalanku!" skak mat.
Dengan terpaksa Raf pun mengijinkan Menta berangkat ke sekolah. Meskipun terlihat jelas bahwa Menta tidak cukup sehat, namun karena gadis itu tidak bisa diminta beristirahat di rumah, maka hal yang bisa ia lakukan hanyalah mengantarnya sampai di sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Hasni
lanjut thor
2022-12-29
0
Fitriana
👍👍👍mentA...rasai kamu raf kena omingan sendiri...
2022-09-17
1
Lidiya Setiawati
jgn lemah
2022-06-19
1