"Kak Bagas emang punya citra baik, tapi soal cinta, dia nol besar."
Mataku menyipit dengan kening berkerut. Apanya yang nol besar, sih? Dilihat dari caranya memperlakukanku tadi, dia terlihat bisa diandalkan dan penuh kesetiaan.
"Cerita-cerita! Cepet!" tuntut Riska saking penasarannya.
"Kak Bagas, tuh, enggak boleh sembarangan milih cewek. Sekolah kita netizennya barbar. Kalau Kak Bagas cari cewek yang salah kayak kemaren, pasti gagal lagi dunia percintaan."
"Kemaren kapan?" Mataku sudah menatap tajam. Kemarin yang dimaksud itu hari kemarin, kan? Berarti Kak Bagas sudah ada yang punya, dong. Terus kenapa dia mengajakku untuk bersandiwara?
"Kemaren, tahun kemaren. Sebelum kita masuk sini."
Ah, syukurlah! Napasku berembus penuh rasa lega.
"Wah, dia pernah punya cewek?" Riska membusungkan badan karena ingin berkonsentrasi penuh pada cerita Kak Bagas.
"Pernah, tapi cuma tiga hari."
Sebelah alisku terangkat mendengar pernyataan Putri. Apa dia tidak salah ucap? Kenapa cuma tiga hari?
"Mental, tuh, cewek kurang kuat. Minimal yang jadi cewek Pak Ketos, tuh, tahan mental dan tahan hujatan. Dia waktu itu menye-menye, dicolek dikit langsung gas ngadu. Sikap kayak gitu, ya, jelas makin diejek, lah! Akhirnya mereka putus, tapi yang netizen salahin bukan lagi ceweknya. Mereka nyalahin Kak Bagas karena engga pandai ngejaga sampe, tuh, cewek kena mental."
Cerita yang panjang lebar itu membuat kami menyimpulkan satu pertanyaan. "Emang siapa ceweknya?" Riska menatapku penuh senyuman karena pertanyaannya terwakilkan olehku.
"Nah, ini yang masih aku telusurin." Puput menggaruk kepalanya dengan sebelah tangan. "Kakak kelas yang aku kenal engga mau ngasih tau, katanya rahasia."
"Ah, enggak seru!" keluh Riska yang aku setujui dengan anggukan.
"Serius. Nanti, deh, kalau enggak sibuk aku mau cari-cari lagi info."
"Emang kamu sibuk apaan?" Aku memandangnya sinis.
"Mau nyiapin diri ikutan Klub Mading." Mendengarnya spontan aku bertepuk tangan. Sumpah! Aku mendukung sekali jika Putri ingin memasuki zona netizen yang maha benar itu. "Kenapa heboh banget, Ra?"
"Aku mau sungkem sama kamu." Tanganku menangkup di depan dada, lalu tubuhku membungkuk perlahan. "Semoga kamu keterima dan pegang kuasa yang banyak di sana. Tolong ciptakan klub yang ramah lingkungan, ya! Udah 2021, masa mau jadi racun buat mental orang lain," jelasku penuh kesungguhan.
...***...
Usai jam belajar, aku menyempatkan diri duduk di kantin bersama Riska. Meminum jus jambu super dingin karena cuaca hari ini teramat terik. Aku memerlukan suntikan semangat sebelum pulang ke rumah menaiki motor matic yang didapat dari Papi setelah rajin membantu Mami.
"Mau dikawal enggak?" Riska lagi-lagi mengetatkan pengawasan. Dia bersungguh-sungguh ingin melindungiku dari hujaman netizen.
"Ya, kali presiden dikawal," candaku sambil lalu.
Aku sedang belajar menangani masalah sendiri dan tak ingin melibatkan Riska yang terlalu baik. Bagiku kepercayaannya dan Putri sudah lebih dari cukup. Kehadiran dan senyum mereka didekatku cukup meredam tuntas semua perilaku tak mengenakkan di kelas.
"Eh, serius!"
Aku tertawa ringan saat melihatnya kembali meradang. Entah sedang datang bulan atau tidak, dia begitu sensitif hari ini. Kepeduliannya padaku seperti dalam mode penuh.
Ponsel yang kusimpan di meja bergetar. Layarnya penuh karena panggilan seseorang dari aplikasi WhatsApp.
"Abang siapa?"
Aku lekas menoleh sembari mengangkat ponsel. Untung nomor telepon Kak Bagas sudah aku simpan dengan nama 'Abang❤️ '. Riska cepat tangkap rupanya, dia bisa membaca nama yang tertera meskipun melihatnya dengan sekilas saja.
"Bentar, ya," pintaku karena ingin mengangkat telepon terlebih dulu. "Halo?" Aku mulai memfokuskan diri untuk berbicara dengan lawan bisnis.
"Udah bubar?"
Seketika napasku tercekat. Mataku mengedip tanpa ekspresi yang jelas. Gila! Suaranya candu, Bos! Pesona Kak Bagas memang beda. "Udah." Aku hanya bisa menjawab dengan satu kata karena terganggu oleh pesona suaranya.
"Itu lagi di kantin?"
Kepalaku menengok ke kanan-kiri. Sedikit takut kalau Kak Bagas berada di sini. Jujur, aku belum siap. Aku belum bercerita kepada Riska tentang status baru ini. Napasku berangsur normal kembali setelah memastikan sosoknya yang tidak kutemukan di area kantin. "Iya, Bang. Abang pulang duluan, aja! Dara bawa motor, kok." Cepat-cepat aku mengatakannya supaya acara teleponan ini lekas berakhir.
"Enggak bisa, gitu, dong. Kita, kan, setuju mau pulang bareng per hari ini."
Kuku ibu jari berujung aku gigiti. Sejak kapan Kak Bagas begitu susah ditawar dan diajak berkompromi?
"Tapi Dara bawa motor, Bang!" Aku menegaskan seraya meninggikan volume suara. Terasa wajah Riska tengah menghadap padaku. Aku yakin dia pasti menyimpan segudang rasa penasaran.
"Abang bisa kawal, kok. Sekarang abang lagi jalan mau nyusul Adek ke kantin."
Buset, buset! Tunggu! Jangan! Aku harus bercerita dulu kepada Riska supaya dia tidak terkejut di siang bolong.
"Tunggu, aja, di parkiran gimana? Nanti kita ketemu di sana."
"Oke! Abang tunggu di parkiran."
Sesuai dugaan setelah panggilan terputus, mata Riska sudah menatapku tajam. Aku yang tak bisa berbuat apa pun jadi terkekeh-kekeh. "Kenapa, Ris?" Berusaha bersikap datar dengan wajah tanpa dosa.
"Abang, siapa?" Wajahnya berubah serius.
Baik. Aku cuma punya waktu lima menit untuk menceritakan status baruku kepadanya. "Ris, sebenernya aku udah punya cowok." Mataku langsung terpejam, tak ingin memandang reaksi tersentak sahabatku sendiri.
Keheningan menyertai kami. Sekelebat rasa aneh hingga di benakku. Kenapa dia diam saja? Bukankah normalnya orang kaget itu menjerit?
Penasaran ingin melihat reaksinya yang malah diam-diam saja, aku memutuskan untuk membuka mata dan menghadapinya. Dia masih di tempat yang sama rupanya, tidak mengalihkan pandangan dariku sedikitpun seperti sedang menunggu dengan serius.
"Orangnya gimana?" Riska menopang dagu dengan sebelah tangan. Pandangannya masih tertuju padaku.
Bola mataku memutar, mengingat-ingat dengan betul perilaku Kak Bagas saat berada didekatku. "Dia baik, bisa dipercaya, enggak banyak minta, ya, walaupun romantisnya tipis-tipis, tapi aku ngerasa dia lebih baik dari yang kemaren."
"Anak sini, ya?" tebaknya yang langsung mendapat anggukan. "Deketnya dari kapan? Kok, aku enggak pernah denger?"
"Itu ...." Mendadak aku harus memutar otak. "Aku deket baru-baru ini, sih, tapi ngeberaniin diri buat buka hati langsung sama dia." Bibirku mengulas sedikit senyum.
"Kamu yakin bisa kuat mental?"
"Hah?" Tubuhku tersentak. Kenapa dia jadi bawa-bawa mental, ya?
"Putri, kan, tadi bilang kalau mau jadi cewek Kak Bagas harus kuat mental."
Mataku membulat sepenuhnya. Terkejut mendengar hasil akhir dari pembicaraan ini. Hebat sekali Riska yang sudah mengetahui statusku sekarang padahal aku belum mengatakannya secara detail. "Kamu tau darimana?" Pertanyaanku bahkan tak bisa terucap lengkap.
"Dari sini." Riska menunjukkan ponsel dengan layar menyala. Dia memperlihatkan hasil tangkapan layar dari instastory milikku. "Grup kelas heboh karena Eveline ngirimin ini."
"Hah? Kapan?" Lekas aku menengok grup kelas yang sudah berubah jadi lahan gosip itu. Benar. Belum sampai satu jam, tetapi pesan dalam grup sudah menyentuh angka 100. Kenaikan yang cepat padahal saat memesan jus tadi baru terpampang belasan pesan.
"bs123ja. Bagas Raharja, kan?"
Aksi menggulirkan layar ponsel terhenti. Ibu jariku berakhir mematung di atas layar yang masih menyala. "Kamu buka akunnya?" tanyaku memastikan.
"Bagas Raharja itu Ketua OSIS kita, kan?" tanyanya disertai senyum miring.
Aku menelan ludah karena tenggorokan yang terasa seret. Sekuat tenaga mulutku terbuka demi menanyakan kalimat ini. "Kamu tau darimana?"
Riska tersenyum menahan lucu. Telunjuknya langsung mengarah ke belakang badanku. "Dari tadi orangnya ada di belakang kamu."
......***......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Yeni Rahmah
thor... kamu perpecto.. sempurna.. keren banget ceritany😍😍😍😍. sampe episode ini alurnya cantik banget. tata katanya rapih.. mantull pokoknya. tau gak thor.. jdul novel kamu udh lama ada di list riwyaat yg mau aku baca. dientar entar mulu. eehh qadarulloh semalem aku putisin baca. brawal iseng karana bebrapa udh jenuh nunggu apdet novel ongoing. naahh... serasa dapet angin surga.. aku trhibur banget thor baca karna kamu yg ini.. next aku bakalan cari novel kamu yg lain.. tetep.semngat nulisnya thor💪💪💪💪
2023-03-17
0
༄༅⃟𝐐🧡𝐌ɪ𝐌ɪˢᵒᵏIᗰꀎ꓄❣︎Kᵝ⃟ᴸ🦎
yeeaayy... seru beb.
belum lama mutusin telepon, tau² dah sampai aja.
lagian katanya mau nunggu di parkiran motor, kok malah sampai kantin??? enggak sabaran yaa mo ketemu
2022-03-14
0
༄༅⃟𝐐🧡𝐌ɪ𝐌ɪˢᵒᵏIᗰꀎ꓄❣︎Kᵝ⃟ᴸ🦎
lha.. katanya mau nunggu di parkiran
🤣🤣🤣😅😅🤪
2022-03-14
0