Aku terburu-buru mengambil langkah, meninggalkan teman sekelasku yang masih betah duduk di kantin. Rasanya aku tak bisa berdiam lebih lama lagi didekatnya. Beruntung Kak Arfan sudah selesai membersihkan kelas, aku jadi memiliki alasan untuk pamit pulang lebih dulu.
"Besok aku langsung tanya Riska, deh. Dia pasti tau nama cewek yang tadi." Bisa-bisanya aku tidak mengajak dia berkenalan. Jatuhnya malah membicarakan gombalan Kak Arfan kepada kakak kelas yang disebutnya Cecilia.
Aku baru bisa mengurangi ritme langkah setelah melihat sosok Kak Arfan dari kejauhan. Dia berdiri membelakangiku di lahan parkir sekolah. Mumpung tidak terlalu banyak orang, aku kagetkan saja dia.
Niat mengagetkanku terpaksa harus berhenti karena Kak Arfan sudah lebih dulu menolehkan kepalanya. "Sayang, nunggu lama, ya?"
Kepalaku menggeleng disertai senyum lebar. Aku bergegas menghampirinya, tanpa malu-malu langsung menggandeng tangannya. "Kak, pergi dulu, yuk!" ajakku setengah memohon.
"Ke mana?" tanyanya dengan sebelah tangan sibuk mengaduk kantong celana.
"Ke Mangkuk Ayam." Tempat biasa kami berkencan, di sana menyediakan beragam rasa es krim dengan topping yang bervariasi. Harganya yang murah, desain tempat yang estetik menambah daya tarik kami untuk terus datang berkunjung.
"Kak?" panggilku karena Kak Arfan tak kunjung fokus terhadap pembicaraan. Tangannya masih terus mengaduk kantong celana. Sudah bisa menebak permasalahan di sini, tanganku lekas mengendurkan rangkulan. "Enggak ketemu, ya?"
"Hm." Wajah Kak Arfan terlihat serius. Keningnya sampai berkerut dalam. "Bentar, ya," tahannya sembari mengambil ponsel untuk menelepon seseorang. Mataku menebar pandangan ke segala arah sambil menunggu Kak Arfan menghubungi temannya.
"Arfan!"
Teriakan itu menarik kami untuk menoleh ke arah yang sama. Sosok gadis cantik, berambut panjang tergerai berjalan mendekat. Mataku sampai tidak berkedip saking melihat pesonanya yang anggun, tetapi seksi. Wah, body-nya bukan main!
"Ce, kamu liat kunci motor saya?"
Bola mataku memutar, melihat Kak Arfan setengah tak percaya. Aku tidak salah dengar, kan? Kak Arfan bilang 'kamu'? Kok, asing, ya? Biasanya, kan, kalau bicara dengan teman pasti memakai kata lo dan gue.
"Ini!" Gadis gemulai itu mengacungkan benda yang dicari kekasihku. Senyum lebarnya semakin menambah kesan mempesona dalam dirinya.
Hatiku berdenyut, bukan karena cemburu, bukan karena iri melihat dia yang lebih cantik, bukan sama sekali. Aku hanya merasa kalau firasatku benar soal ini. Cecilia yang diceritakan oleh temanku tadi. Pasti dia, kan, orangnya?
"Duh, makasih, ya." Kak Arfan mengambil dua langkah ke depan untuk mendekatinya.
"Makanya jangan buru-buru! Jadi, kan, serba ketinggalan," ujarnya.
Kak Arfan terkekeh-kekeh sebelum melanjutkan perkataannya. "Iya, kasian cewek saya udah nunggu."
Sedetik kemudian, pandangan gadis itu langsung tertuju padaku. Dia menatapku tanpa ekspresi, bibirnya pun tak mengulas senyum sedikitpun. Kak Arfan yang tahu arah pandang temannya langsung berkata, "Kenalan, gih, Ce!"
Kepalaku mengangguk, berjalan menghampiri mereka untuk memperkenalkan diri. "Namaku Dara dari kelas X-1." Tanganku terulur ke hadapannya. Sebisa mungkin aku menyunggingkan senyum meski rasanya kikuk bukan main.
"Cecilia." Masih tanpa mengulas senyum, tangannya membalas uluranku. Aku yang sadar akan situasi tak mengenakan lekas mengakhiri perkenalan singkat ini. Benar, dia teman pacarku sekaligus rekannya dalam organisasi. Aku pernah melihatnya bolak-balik mengurusi acara MOPD. Wajahnya memang tak asing, tetapi aku tak mengingat namanya dengan jelas.
"Kak Cecil ternyata cantik, ya?" gumamku saat orang yang bersangkutan sudah mengambil langkah pergi.
"Iya. Dia dapet predikat paling cantik di OSIS."
Aku melirik raut wajah kekasihku saat membicarakan kawannya itu. Biasa saja, sih. Kak Arfan tidak menunjukkan ketertarikan. Tidak ada sedikitpun senyum atau tatap mata berbinar. Ah, sepertinya aku tidak perlu khawatir.
...***...
Kami berhenti di depan toko. Aku menunggunya memarkir dengan benar supaya masuk bersama-sama. Seperti biasa, Kak Arfan menggandeng tanganku.
"Nanti pesen semangkok berdua, ya," pintaku yang ingin bermanja-manjaan.
"Tapi kakak lagi pengen makan menu baru!" Telunjuknya mengarah ke papan menu yang tersedia hari ini.
"Vanilla with papermint?" Aku mengernyitkan kening. Sejak kapan Kak Arfan berbeda selera denganku?
"Tumben banget," komentarku sambil tersenyum tipis.
"Iya. Kata Cecil, ini enak."
Aku melongo sepenuhnya mendengar hal itu. Untuk pertama kalinya aku mendengar Kak Arfan mengindahkan rekomendasi dari orang lain, padahal dia tahu betul kalau aku tak suka hal-hal yang berbau papermint.
"Kamu mau nyoba juga?" tanyanya seraya mendorong pintu dan membiarkan aku masuk terlebih dahulu.
Kepalaku lantas menggeleng. "Aku kayak biasa, aja. Choco cream and cookies."
Aku membiarkan Kak Arfan antre seorang diri untuk pesanan kami. Sengaja aku memilih duduk di dekat wastafel toko supaya lebih mudah untuk mencuci tangan nanti. Mataku terus memperhatikan Kak Arfan. Melihatnya di posisi kanan saja membuatku terpesona apalagi kalau melihat secara keseluruhan. Seketika nama Cecilia tidak berarti lagi bagiku. Mungkin memang benar Kak Arfan ingin mencobanya karena bosan dengan rasa yang biasa kami pesan.
Antrian perlahan berkurang, tersisa dua orang lagi sampai Kak Arfan menyebutkan pesanan. Dia yang sedikit suntuk terlihat merogoh ponsel dari kantung celana. Jemarinya mengetuk layar sebanyak dua kali. Entah apa yang dibaca Kak Arfan di dalam sana, tetapi yang jelas senyumnya langsung melebar sampai membuat kedua matanya menyipit. Dia terlihat bahagia sekali.
Mendadak perasaanku jadi berkecamuk. Hatiku pun gelisah tanpa sebab. Ah, lebih baik aku mengutarakan semua keluh kesah ini kepada Kak Arfan. Mungkin dengan begitu hatiku tidak terlalu kelimpungan.
Senyumku melebar menyambut si pacar yang sudah selesai mengantri pesanan. Dia duduk berhadapan denganku. Cukup melihatnya menikmati beberapa suap es krim, sebelum mengutarakan maksud yang barusan terpikirkan.
"Gimana? Enak?" Aku memandangi dengan serius.
Matanya terpejam untuk beberapa saat, terlihat jelas dia menemukan kenikmatan dari rasa yang baru itu. "Enak banget, Dol. Serius, deh, kamu harus coba ini!"
Aku menggeleng pasti. "Kakak, kan, tau aku enggak suka papermint."
"Tapi ini enak, Sayang. Percaya, deh! Enggak kerasa pahit sama pedes."
Satu suap terulur di hadapanku. Aku yang benar-benar tidak menyukainya langsung menepis pelan. "Buat Kakak, aja." Senyumku ukir selebar mungkin dan Kak Arfan berujung memakannya lagi. Aku mulai memakan es krim milikku beberapa suap sebelum akhirnya mempertanyakan tentang Cecilia. "Kak, waktu ospek jadi mentor di kelas berapa?" tanyaku memancing obrolan.
"Kelas F." Jawaban yang singkat, padat, dan jelas.
"Sama siapa, aja?" tanyaku lagi.
"Wayan, Eren, sama Cecil. Kalau Cecil yang tadi kamu liat di parkiran."
Aku tersenyum tipis, tanpa menjelaskannya pun aku sudah tahu sosok itu karena memang dia, lah, yang menjadi sasaranku. "Kalau Wayan yang mana, Kak?" Kak Arfan pasti tahu kalau aku tidak pandai mengingat nama orang.
"Dia yang waktu itu mau godain kamu."
"Pas upacara?" tebakku yang dijawabnya dengan anggukan. "Kalau Eren?"
"Rambutnya pendek sama item manis, dia yang baca doa pas upacara."
Ah, dia. Aku tidak terlalu memperhatikan wajah orang yang membacakan doa karena baris di posisi paling belakang.
"Di antara mereka bertiga, mana yang lebih asyik diajak kerja sama?" tanyaku hati-hati.
"Emang kenapa?" Kak Arfan mengangkat pandangan dari es krimnya. "Tumben banget kamu nanya itu."
"Engga kenapa-napa, Dara cuma pengen tau, aja," kataku berusaha terlihat tidak memiliki maksud apa pun.
"Oh, gitu." Kak Arfan tampak tidak peduli lagi. "Sejauh ini, sih, yang asyik dibawa ngapa-ngapain itu Cecil. Dia emang selalu disimpen di backstage, tapi sekalinya ikut terjun kinerjanya bukan maen!"
Aku tidak bisa berkata apa pun selain melongo total melihat gemerlap matanya saat membicarakan Cecilia.
"Dia beneran cocok, aja, gitu, dijadiin partner. Lincah, enggak baperan, jago muji orang lagi."
"Jadi, intinya ketimbang dua orang yang lain Kakak milih Cecil buat jadi partner segalanya?"
"Iya, kakak pilih dia."
......***......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
naga²nya bakal ada yang kecewa dan patah hati nih
2022-03-13
0
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
naga²nya bakal ada yang kecewa dan patah hati nih
2022-03-13
0
dhapz H
perlu di curigai arfan sama cecil
2022-02-22
0