***Panti asuhan Jaka***
Bu Siti, pemilik Panti Asuhan Jaka tersenyum lebar menyambut kedatangan beberapa donatur panti asuhan yang berasal dari keluarga kaya dan terpandang.
"Selamat datang Ibu-Ibu ke Panti Asuhan Jaka. Maaf apabila Panti Asuhan ini banyak kekurangan," ucap Bu Siti sambil memberikan ekspresi wajah malu bercampur sedih.
Rombongan ibu-ibu itu merupakan donatur dan sebagian besar berasal dari keluarga berada. Mereka melihat sekeliling Panti Asuhan Jaka.
Banyak sekali anak-anak yatim piatu yang tinggal di sana dan terlihat jelas anak-anak itu dalam kondisi menyedihkan. Anak-anak itu terlihat kotor, kumuh, dan kurus.
"Ibu-Ibu silahkan duduk dulu," kata Bu Siti.
Para donatur itu pun duduk di atas kursi sofa yang sudah robek-robek dan tidak berbentuk utuh lagi.
"Aku baru mengambil alih panti asuhan ini. Sebelumnya panti asuhan ini di kelola oleh Jaka, abangku. Akan tetapi, beliau sakit keras dan meninggal beberapa waktu yang lalu. Penyakitnya memerlukan banyak uang sehingga keluargaku tidak bisa menyiapkan dana untuk menyokong panti asuhan ini," jelas Bu Siti sambil berlinang air mata.
"Jangan khawatir Bu Siti. Kita sudah mengetahui keadaan panti asuhan ini dari foto-foto yang Bu Siti posting di media sosial. Kita akan memberikan bantuan dana supaya anak-anak yatim piatu ini semuanya bisa hidup dengan layak," ucap salah satu donatur mewakili temannya yang lain.
"Terima kasih banyak Bu. Aku mewakili semua anak panti asuhan Jaka mengucapkan beribu-ribu terima kasih atas kebaikan hati ibu-ibu semua," kata Bu Siti sambil menangkupkan kedua tangannya di hadapan para ibu-ibu donatur yang dermawan.
***
Seorang anak laki-laki membawa nampan yang berisi beberapa aqua gelas dan menghidangkannya di atas meja.
"Silahkan di minum Bu!" ucap anak laki-laki itu dengan sopan.
"Terima kasih nak!" jawab para Ibu-Ibu donatur.
Mereka terkejut ketika melihat wajah anak laki-laki yang menghidangkan aqua gelas.
Anak laki-laki itu kurus dan tinggi sehingga para Ibu-Ibu donatur menebak usianya sekitar lima belas tahun. Padahal tahun ini usianya hanya sepuluh tahun.
Yang membuat para Ibu-Ibu donatur terkejut adalah karena bola mata anak laki-laki itu yang berwarna biru.
"Anak ini blasteran?" tanya salah satu ibu donatur ke Bu Siti.
"Iya, Bu. Namanya Arthur. Joko menemukannya di tempat sampah dan mengasuhnya selama sepuluh tahun," jawab Bu Siti.
"Malang sekali nasibnya," ucap ibu donatur yang lainnya.
Arthur hanya terdiam dan berdiri di samping Bu Siti. Arthur sudah terbiasa melihat tatapan iba maupun kata-kata yang mengasihaninya dari setiap orang yang bertemu dengannya.
Arthur sama sekali tidak merasa malu ataupun rendah diri. Arthur tidak peduli siapa pun orang tuanya yang telah tega membuangnya ke tempat sampah.
Arthur sangat mensyukuri hidupnya yang diselamatkan oleh Jaka sehingga bertekad membalas budi Jaka.
Walaupun setiap tahun selalu ada keluarga yang berniat mengadopsinya, Arthur menolaknya karena kondisi kesehatan Jaka yang semakin buruk.
Arthur ingin tetap berada di sisi Jaka untuk menjaganya hingga akhirnya Jaka meninggal dan panti asuhan ini di ambil alih oleh Bu Siti.
Arthur merasa senang dengan kedatangan para Ibu-Ibu donatur yang bisa membantu kehidupan anak-anak yatim piatu lainnya menjadi lebih baik.
Dalam waktu singkat, para ibu-ibu donatur sudah memberikan uang tunai dalam jumlah banyak ke Bu Siti.
Bu Siti mengantar kepulangan para Ibu-Ibu donatur ke depan pintu Panti Asuhan Jaka dengan senyuman semringah.
***
"Kapan Bu Siti akan membeli makanan dan pakaian untuk adik-adik?" tanya Arthur dengan polos.
"Ini adalah uangku. Tidak ada makanan dan pakaian baru," ujar Bu Siti dengan ketus dan tersenyum sinis.
"Tetapi kata ibu-ibu donatur itu..."
"Diam! Pergi masak nasi dan telur goreng untuk mereka. Aku sudah cukup baik masih menyediakan beras dan telur ayam untuk kalian!" teriak Bu Siti.
Arthur mengepalkan kedua tangannya menahan emosinya dan berjalan menuju dapur.
Yang paling penting baginya sekarang adalah menyiapkan makanan untuk anak-anak yang berada di Panti Asuhan Jaka.
Anak-anak yang polos dan dengan lahap memakan nasi putih dipadu telur goreng yang dimasak oleh Arthur.
Arthur memberikan jatah makannya ke anak lainnya yang lebih memerlukan makanan itu.
Beberapa saat kemudian Arthur berniat mencari Bu Siti lagi untuk meminta kebutuhan anak-anak panti asuhan Jaka.
***
Arthur melihat Bu Siti sedang berada di teras depan. Wanita tua itu sedang berbicara dengan seorang pria.
Arthur menguping pembicaraan mereka secara diam-diam.
"Gimana sayang? Dapat gak uangnya?" tanya pria itu.
"Ya pastilah. Uang yang banyak! Semua karena jasamu. Semula aku ingin menjual panti asuhan ini. Idemu untuk memotret mereka dalam kondisi menyedihkan membuat donatur datang sukarela menyetor uang ke kantongku," ucap Bu Siti sambil ketawa.
"Jangan lupa bagianku," ujar pria itu sambil tersenyum lebar.
"Oke! No problem! Dua hari lagi akan datang donatur yang baru. Siap-siap deh kantongku full uang tunai," kata Bu Siti.
"Kantong kita!" kata pria itu sambil ketawa keras.
Arthur segera meninggalkan tempat persembunyiannya sambil mengepalkan kedua tangannya.
Arthur sama sekali tidak menyangka Jaka yang dermawan bisa mempunyai adik yang serakah dan mata duitan.
Malam harinya setelah semua anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan Jaka tertidur pulas, Arthur mengendap-endap keluar dari Panti Asuhan Jaka.
Arthur tidak mau dirinya dimanfaatkan oleh Bu Siti lagi. Sebelum pergi Arthur menatap bangunan Panti Asuhan Jaka dalam waktu yang lama.
"Maafkan abang, adik-adikku! Abang harus pergi! Abang bersumpah akan kembali menyelamatkan kalian!" janji Arthur dengan suara bergetar.
Arthur yakin Bu Siti yang masih memerlukan anak-anak panti asuhan untuk mendapatkan uang dari donatur, pasti mau tidak mau harus mengurus mereka semua.
***
Sejak malam itu Arthur tinggal di jalanan. Hidup di jalanan yang keras membuat Arthur harus berkelahi setiap hari dengan sesama anak jalanan hanya demi memperebutkan sesuap nasi saja.
Lama kelamaan Arthur mengetahui beberapa teknik berkelahi untuk melindungi dirinya sendiri.
Semua pekerjaan anak jalanan dilakukan oleh Arthur. Menjadi penyemir sepatu, pengamen, pengelap kaca mobil bahkan membersihkan bus umum.
Mata Arthur yang berwarna biru seolah-olah dapat menghipnotis setiap orang yang dijumpainya sehingga mereka mau memakai jasa Arthur.
Arthur mendapatkan setiap rupiahnya dari hasil jerih payahnya.
Arthur tidak mau bergabung dengan komplotan anak jalanan yang suka mencuri maupun menjadi pengemis bohongan di jalan raya.
Arthur memegang teguh prinsipnya sehingga membuat banyak anak jalanan yang iri dan selalu berkelahi dengan Arthur. Bahkan ada beberapa anak jalanan yang usianya lebih tua daripada Arthur ingin merebut uang hasil jerih payah Arthur.
Tentu saja Arthur memberikan perlawanan yang keras dan berkelahi mati-matian dengan beberapa anak jalanan itu.
Walaupun tubuhnya sudah penuh dengan luka tinju, Arthur tidak mau menyerah.
"Hei bule! Serahkan uangmu segera! Jika tidak, nyawamu akan melayang!" teriak Boris, bos anak jalanan yang mengeroyoknya saat ini.
Ucapan Boris bukan omong kosong belaka karena dia sudah mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya.
"Kalian tidak malu memalak anak kecil! Aku tidak akan pernah tunduk dan takut!" ucap Arthur dengan nada tegas.
TERIMA KASIH READERS SETIA SUDAH MEMBACA KARYAKU.
FOLLOW AUTHOR LYTIE DI NOVELTOON DAN JUGA BERGABUNG DENGAN GRUP CHAT LYTIE CHAN. DITUNGGU YA READERS 🤗
AUTHOR : LYTIE
IG : lytie777
FB : Lytie
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
2024-05-15
0
Mr. Smile
1st
2024-04-01
0
Fajar Ayu Kurniawati
.
2024-03-01
0