Thalia merasa jatuh cinta, tapi ia sendiri tidak yakin akan perasaannya. Thalia bimbang, ia bingung dengan kondisi yang ia rasakan saat ini. Setiap kata, setiap kalimat yang tertulis dalam novel itu seolah mengikat hatinya untuk terus membaca dan membaca tanpa henti. Thalia merasa dirinya dan penulis itu begitu dekat meski mereka bahkan tidak saling mengenal.
Aneh, kenapa begini rasanya …,
Thalia menepis rasa yang membuatnya penasaran. Berpikir secara logika lebih realistis ketimbang mengedepankan perasaannya. Beberapa chapter dari novel itu telah selesai dibaca Thalia menyisakan rasa aneh yang semakin menyiksanya.
Rasa sakit bercampur gelisah mulai mendera Thalia, membuatnya seakan kehabisan energi. Tubuhnya terasa lemas dan kehabisan oksigen. Ia memutuskan untuk berhenti membaca.
"Kok nafasku sesak, kenapa ini … apa aku sakit, kenapa tubuhku aneh begini?"
Thalia berdiri dari kursinya, kepalanya terasa pusing. Sejenak ia memejamkan mata, merasakan dunianya berputar. Hampir saja ia limbung dan terjatuh jika dirinya tidak berpegangan pada kursi.
"Ya Allah, sepertinya aku kebanyakan baca semalam. Mungkin aku kecapekan."
Thalia mengambil sebotol air mineral dingin yang tersedia dalam lemari pendingin di ruangan. Ia mengistirahatkan tubuhnya di sofa dan menempelkan botol yang dingin itu ke kepalanya.
"Aneh, semakin dibaca semakin aku kesakitan juga gelisah. Ada apa sama novel itu, apa karena mantra didalamnya? Iiish gak mungkin lah … masa iya itu bisa ngaruh?!"
Thalia memutuskan untuk beristirahat sejenak, memberi jeda pada tubuhnya agar dapat menetralisir rasa. Hingga ia terlelap tidur.
...----------------...
"Dok, bangun … makan siang dulu! Dokter Thalia, bangun dok?!"
Thalia mendengar suara wanita yang memanggilnya. Perlahan ia membuka matanya, itu Winda. Thalia refleks melihat ke arah jam tangan yang melilit di tangan kirinya. Jam 2 siang, artinya ia tertidur selama kurang lebih 1 jam.
"Win, ada apa nih? Maaf saya ketiduran, badan nggak enak banget."
"Dokter sakit? Kok pucat banget mukanya?" tanya Winda khawatir.
"Nggak tau nih, sesak nafas sama pusing. Tadi pagi nggak apa-apa, mungkin saya kurang tidur aja."
"Mau saya tensi nggak dok?" tanya Winda
"Nggak perlu lah, dibawa istirahat sama makan juga baikan." tolak Thalia halus.
"Ini ada kiriman makan siang buat dokter." Winda menyerahkan tas kecil berisi kotak makanan, Thalia bisa menebak itu dari Sean.
"Orang rumah saya ya yang antar?" tanya Thalia.
Winda menggelengkan kepalanya, dengan setengah berbisik Winda mengatakan.
"Kiriman dari pak Ardi, dok!"
"Eeh, Ardi?"
"Iya, katanya ungkapan rasa terimakasih buat dokter." sahut Winda
Ya Allah kepalaku seketika terbelah lagi, pusing …, batin Thalia.
"Buat kamu aja Win kalo gitu!"
"Saya juga dapat dok, nih liat. Kita makan sama-sama yuk?" ajak Winda sambil menunjukkan kantong kertas lainnya.
Mau tidak mau akhirnya Thalia bersedia menerima pemberian Ardi. Mereka duduk berseberangan di meja kerja Thalia. Ini kali pertama mereka makan bersama. Teriyaki salmon dan nasi merah ditambah dengan salad buah sebagai penutup mulut ludes dihabiskan Thalia dan Winda.
"Sering-sering aja ni makan enak, biar saya gemuk dok?" celetuk Winda
"Gemuk itu bukan dari makanan seperti ini aja Win, tapi juga dari rasa nyaman, aman, dan tenang di hati kamu. Mau makanan enak gizinya tinggi kalo pikiran kamu stres sama banyak masalah dijamin mpe lebaran kucing nggak bakalan gemuk." sahut Thalia
"Eh dok, sejak kapan kucing punya lebaran?" tanya Winda dengan wajah polosnya.
Thalia tercengang mendapat pertanyaan konyol dari asistennya, "Sejak saya bicara tadi Win!"
"Oh ya, tapi …"
"Stop, jangan terusin saya pusing jawabnya!" tukas Thalia membuat Winda diam dan tidak meneruskan pertanyaannya.
"Win boleh nanya nda?"
"Apa dok?"
"Pernah nggak sih kamu baca novel trus kamu merasakan sesuatu gitu … seperti sesuatu yang aneh dibadan?" tanya Thalia penasaran.
"Maksud dokter sesuatu gimana nih, bisa lebih spesifik nda?"
"Ya sesuatu yang menyakitkan badan misalnya." Thalia bingung menjelaskan pada Winda rasa yang dialaminya.
"Oooh, pernah dok sering malah. Rasanya menyenangkan bikin saya ma suami tambah lengket, mesra hubungannya." jawab Winda malu-malu.
"Kamu dah punya suami?"
Winda mengangguk, "Baru 5 bulan saya menikah dok."
"Tunggu, maksud kamu gimana kok menyenangkan rasanya? Yang saya tanyain kan rasa yang menyakitkan?" tanya Thalia sedikit curiga.
"Buat saya menyenangkan dok, bikin saya ma suami … semakin hot!" bisiknya pada Thalia.
"Eeh, bacaan kamu novel apaan kok bikin hot?"
"Bacaan yang romantis yang pake label 21+ kalo nda bacaan basah dok. Pokoknya yang judulnya ada ranjang sama gairah gitu!" jawabnya dengan wajahnya yang bersemu merah.
Thalia terkejut mendengar pengakuan Winda yang blak-blakan. Sejurus kemudian ia tertawa,
"Winda, saya nanyanya ke Arab kamu jawabnya ke Eropa kagak nyambung dah … masyaallah, ni anak eror bener mentang-mentang pengantin baru!"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Hades Riyadi
dilanjut yang 21+.... Thor, ga ada yaaa... diadakan laaahh, supaya kesannya ga serem² amat, jadi keingetan sewaktu pagi² dinihari baru pulang dari pub di hotel bintang lima biasanya khan jam 02.00 bru tutup, kuliat di halaman rumah rerumputan ada sebuah bola tergeletak, kupikir bola sepak anak tetangga main jatuh di halamanku ga berani ambil, langsung kutendang...eh.. luput, gw merasa aneh.. setelah diperhatikan ternyata bisa tertawa...ga taunya si Gundul Pringis.. thoo...😛😀🤣
2023-06-03
1
Hades Riyadi
Winda ini typical wanita yang polos dan ga munafik... mantaabb abiiss itu...Win, gw juga sukak yang seperti itu, bikin hidup rasanya lebih bersemangat... wkwkwk 😛😀🤣💪👍👍🙏
2023-06-03
1
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
bacaan basah yg gmna windd
jhann kok aku ya Ra mudeng
jdi inget tulisan di bak mobil truk
"kamu basah Aku lelah"
ntah itu artinya apa 😄😄
2022-12-19
0