Thalia memijat keningnya yang terasa sedikit sakit. Memikirkan bagaimana cara menghadapi pasien Gamophobia, sementara dirinya sendiri juga menunjukkan gejala yang sama setelah perceraiannya 2 tahun lalu.
Kenapa harus berhadapan sama pasien begini, harus gimana ni? Sama aja aku mengobati diri sendiri … haaaiiish, Tante Alena kau sungguh menyiksaku!
Sebuah rasa yang familiar menyerang kembali. Thalia diam dan berusaha tidak memikirkannya. Hembusan angin ringan menerpa rambut Thalia, membuat bulu kuduknya meremang.
Apa lagi ini …, keluhnya dalam hati.
Sentuhan dingin di tangannya begitu terasa nyata. Thalia tersentak kaget, sesuatu mencoba berinteraksi dengannya. Perlahan ia membuka matanya, dan benar saja tepat di sampingnya sosok gadis kecil berbaju merah datang.
"Astaghfirullah, Amy kalau kamu mau ketemu saya tolong rubah dulu wajah kamu itu. Saya mual lihatnya, bisakah?" Pinta Thalia sambil menahan gejolak di perutnya.
Thalia kembali menutup matanya, ia tidak peduli apakah gadis kecil itu menuruti permintaannya atau tidak. Thalia tidak ingin dikuasai oleh mereka yang tak terlihat.
"Thalia …" sebuah bisikan terdengar persis di telinga kirinya.
"Amy, saya sudah bilang kan jangan muncul dengan wajah seram kamu. Saya nggak mau bicara kalau kamu nakutin gitu!"
"Buka matamu, lihat aku …"
Thalia mencoba untuk mempercayai bisikan itu, perlahan ia membuka matanya. Thalia tersenyum melihat Amy, sosok astral itu kini telah berubah. Terlihat cantik meskipun dengan kulit pucatnya. Setidaknya tidak ada lagi darah yang menempel di sana sini.
"Naah, ini lebih baik. Lain kali kalau mau bicara seperti ini aja ok?" Pinta Thalia.
Sosok itu menganggukkan kepalanya tanda setuju. Ia berjalan mendekati kursi di depan Thalia dan duduk manis.
"Boleh aku tau, kamu dari mana dan kenapa kamu disini?" Tanya Thalia
"Aku sudah lama disini, kesepian dan aku ingin berteman denganmu. Apa aku bisa menjadi teman Thalia?" Jawab Amy.
Thalia berpikir sejenak, ia bukannya tidak mau berteman tapi mereka kebanyakan sangat pandai berkata-kata sekali ia menyetujui maka mereka akan terus menempel pada dirinya kemana pun. Ini yang Thalia hindari.
"Aku nggak mau direpotkan dengan mu Amy. Kau bisa menjadi temanku tapi tidak ada perjanjian apa pun. Dan jangan ikuti aku terus kemana pun aku pergi!" Thalia menegaskan perkataannya pada Amy.
Amy mengangguk tanda setuju. Thalia yang penasaran mengajukan pertanyaan lagi, "Kenapa kamu datang padaku Amy, apa kamu mau minta tolong?"
Amy mengangguk, "Aku hanya ingin disempurnakan."
Thalia memahami hal itu, Amy terlalu lama di dunia dan menjadi arwah penasaran. Thalia menegakkan tubuhnya, ia memperhatikan Amy dari atas sampai bawah jika diperhatikan gadis ini mungkin berasal dari tahun 1940 an.
"Apa yang terjadi padamu?"
Sosok itu menatap Thalia, tangan kecilnya perlahan menyentuh tangan Thalia. Seketika Thalia terhenyak, tubuhnya seolah berpindah ke lain dimensi. Di hadapannya berdiri seorang gadis kecil yang asyik bermain sendiri. Dialah Amy.
Amy memakai baju yang sama persis seperti saat ini. Sebuah pesta sedang diadakan di rumah Amy. Rumah tuan Belanda yang asri di tengah kebun teh. Itu pesta kelahiran adik Amy.
Amy yang bisa keluar rumah dan bermain sendirian. Terlalu asyik bermain hingga tidak menyadari seorang pria berbaju hitam dengan penutup kepala menyergapnya dan membekap mulutnya. Amy dengan tubuh kecilnya tak kuasa menahan lawan, ia lemas.
Tak seorang pun menyadari bahwa Amy hilang. Thalia kembali berpindah tempat, di sebuah ruangan kotor. Gudang teh, Thalia bisa mencium aroma teh yang sedang dilayukan. Teriakan terdengar dari sudut ruangan, Thalia mencarinya. Ia menemukan Amy yang terpojok dan ketakutan.
Pria berbaju hitam itu, orang pribumi. Amy disiksa dan diperlakukan dengan biadab. Tangisan dan jeritannya bahkan tidak membuat orang itu menghentikan perbuatannya. Thalia tidak sanggup melihatnya, ia menangis dan memalingkan wajahnya.
Tubuhnya kembali berpindah ke tempatnya semula. Gadis itu terdiam dan memandang Thalia dingin.
"Mengerikan, tega banget dia sama kamu. Apa kamu kenal orang itu?" Tanya Thalia
Gadis kecil itu mengangguk. "Kenal dekat?" Tanya Thalia lagi.
Ia kembali mengangguk dan menjawab, "Dia, Teman dekat Mom."
Thalia tertegun, bagaimana bisa orang yang begitu dekat dengan lingkungan keluarga justru berbuat sesadis itu pada seorang anak kecil. Kejahatan sadis yang dilakukan orang terdekat biasanya tidak jauh dari motif balas dendam. Thalia tidak ingin mengetahuinya lebih dalam, ia hanya ingin membantu Amy pulang dengan lebih layak.
...----------------...
"Dok, dokter Thalia? Halo … dokter kenapa?" Winda berusaha menyadarkan Thalia dari lamunannya.
Thalia tersadar setelah beberapa kali Winda mengguncang tubuhnya.
"Eh, Winda … ada apa?" Tanya Thalia
"Syukurlah, dokter bikin saya jantungan aja. Dokter kenapa bengong, awas nanti ketempelan setan lho. Rumah sakit ini banyak setannya dok, saya aja ngeri kalau dinas malam!"
Thalia tersenyum dan hanya bisa berucap dalam hati, 'Baru nyadar banyak setannya Win, saya sampe mual begini tiap hari …, '
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Hades Riyadi
Selalu tinggalkan jejak petualang baca 👣👣👣😀💪👍
2023-06-02
0
Hades Riyadi
Mang paling ga enak kalo punya kelebihan bisa ngeliat makhluk astral seperti Thalia, harus siap untuk sering kaget, mual dan pusiiaang...kalo yang diliat cakep-cakep, bersih masih mending, lhaa..kalo wajahnya dan kondisi tubuhnya menyeramkan benar² memualkan...🤔🙄😩😠
2023-06-02
1
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
ini teka teki Amy ntarnya thalia pecahin ga ya
2022-12-19
0