Winda menyelamatkan Thalia dari permintaan mengancam yang dilontarkan Ardi. Winda terheran heran dengan sikap yang ditunjukkan Ardi. Meski Winda sudah memberitahukan bahwa waktu konseling berakhir Ardi masih enggan keluar ruangan. Thalia sedikit cemas dengan sikap yang ditunjukkan Ardi.
"Mas Ardi bisa keluar sekarang, atau ada yang harus dibicarakan lagi dengan saya?" tanya Thalia berusaha bersikap sopan meski dalam hatinya ia kesal sekali.
"Saya belum mendapatkan jawaban pasti dari dokter Thalia!" jawabnya dengan menekankan suara di nama Thalia.
"Bukannya saya sudah jawab tadi, saya dilarang terlibat dengan pasien!"
"Baik, saya minta nomor handphone dokter kalo gitu. Saya mau konseling di luar jam rumah sakit!" pinta Ardi dengan memaksa.
Thalia terdiam dan memandang Winda dengan ekspresi yang tidak bisa diungkapkan. Sementara Winda hanya memberi kode agar Thalia segera menuruti kemauan Ardi.
Thalia kembali memandang Ardi yang masih menatapnya tanpa berkedip. Ia menarik nafas panjang lalu mengambil secarik kertas.
"Baiklah ini nomor saya, tapi ingat ada biaya yang harus dibayar diluar tagihan rumah sakit. Saya akan anggap ini kerja lembur setiap mas Ardi hubungi saya. Deal?" ujar Thalia sambil menuliskan nomornya diatas kertas.
"Ok, deal! Saya sanggup kok bayar dokter 3 kali lipat dari tarif rumah sakit!"
Sombong banget ini orang, sabar … Thalia, sabar … ucapnya dalam hati menenangkan dirinya sendiri.
"Ya … ya, saya percaya kok. Jadi mas Ardi bisa keluar sekarang?" tanya Thalia setengah mengusir Ardi.
Ardi menerima kertas dari Thalia, dia belum mau beranjak dari duduknya. Dengan santainya Ardi memasukkan nomor handphone Thalia dan melakukan panggilan. Thalia tersenyum masam lalu menunjukkan pada Ardi layar ponselnya.
"Hanya memastikan saja apa benar ini nomor dokter Thalia, saya nggak mau rugi membayar dokter mahal!" kata Ardi dengan senyuman licik yang tersungging di sudut bibirnya.
"Sudah?"
"Hari ini cukup, entah besok!" jawab Ardi sambil berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan.
Thalia bernafas lega, karena terbebas dari Ardi. Tapi belum sempat ia bicara pada Winda, Ardi kembali membuka pintu ruang prakteknya.
"Malam ini saya mau telepon dokter, tidak ada penolakan!"
What the hell …, Thalia cukup kesal dengan tingkah Ardi tapi ia berusaha bersikap normal dengan menganggukkan kepalanya dan sedikit tersenyum.
Ardi akhirnya pergi dengan kemenangan dipihaknya. Ia mendapatkan nomor dokter Thalia, persis seperti yang ia inginkan. Thalia hanya bisa menatap Winda, dia kehabisan kata-kata.
"Win, apa dia sangat menyebalkan?" tanya Thalia.
"Keras kepala, susah menerima masukan, menderita tapi nggak mau diobatin, apa yang jadi keinginannya selalu harus didapatkan … yup, dia memang sangat menyebalkan. Makanya profesor Budi sudah hands up menangani dia." jelas Winda pada Thalia.
"Apa, jadi saya ini dikerjain Tante Alena?" gumam Thalia lirih.
"Dia pasien VVIP dok, salah satu penyandang dana rumah sakit ini." ujar Winda lagi.
"Oh gitu, pantesan aja lagaknya sombong banget. Eh, kalo dia pasien VVIP jadi saya harus standby buat dia dong Win?!" Thalia baru menyadari posisinya pada Winda.
Winda hanya tersenyum masam dan mengerlingkan matanya, "Sepertinya begitu dok."
"Ah, sial kenapa aku kasih nomorku sama dia coba. Kebayang deh betapa merepotkannya pasien VVIP itu!" sesal Thalia.
Winda tertawa kecil dan menggoda Thalia, "Nikmatin aja dok, siapa tahu dia jodohnya dokter."
"Iiiish, kamu ini bahagia bener kayaknya." sahut Thalia sambil memijat kepalanya yang seketika terasa pusing.
Winda tertawa lagi, ia kemudian berpamitan pada Thalia setelah mengambil rekam medis Ardi. Meninggalkan Thalia yang merutuki nasibnya karena bekerja di rumah sakit milik Tante Alena.
"Saya ngerasa dikerjain nih ma Tante Alena, belum kelar ngurusin si Langit eh disuruh nanganin Ardi. Pusing deh kepalaku."
Thalia memutuskan untuk kembali membaca novel pilihannya untuk menghabiskan waktu. Aplikasi berlogo biru itu ia buka, ada perasaan aneh yang berkecamuk di hatinya.
Jantung berdegup lebih kencang, tangannya berkeringat dan nafasnya terasa berat seperti layaknya seseorang yang sedang menantikan kedatangan sang kekasih. Thalia merasa heran dengan apa yang ia rasakan.
Aneh, kok seperti mau ketemu pacar ya, rasa ini seperti dulu aku pertama ketemu Rendy …,
Thalia membuka rak buku favoritnya, judul bukunya Mantra Gaib milik penulis Kamboja Merah. Senyum Thalia mengembang seolah ia sedang bertatapan dengan sang penulis. Thalia jatuh cinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Ernadina 86
tambah ribet aja hidupmu Thalia...
2023-07-11
0
Hades Riyadi
Lanjutkan 😛😀🤣💪👍👍🙏
2023-06-02
1
Hades Riyadi
Ternyata Writer pun bisa bikin readers jatuh cinta yaakk...kayak lagu jadul ajaahh...🎹🎹🎶" Jatuh Cinta berjuta rasanya...."🎵🎼🎶😛😀
2023-06-02
1